BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kata ‘Qalbu (Hati)’ dinisbahkan
kepada hati (sebagai benda) inderawi yang bertempat didalam dada;sedangkan
Allah menidbahkan kata ‘hati’ kepada hati dalam makna yang berbeda yang juga terdapat didalam dada yang erat
kaitannya dengan hati inderwi (bendawi).Hati dalam pengertian yang berbeda itu
adalah tempat iman dan kekufuran.Para penyair dan pujangga membicarakan masalah
hati sebagai tempat rasa,baik itu rasa cinta maupun rasa benci.
Tidak syak lagi bahwa terdapat
kaitan pengertian antara hati menurut penertian penyair maupun hati menurut
pengertian pujangga dengan hati sebagai tempat dari kekufuran,kemunafikan,dan
iman.Sebagaiman akan kita bahas dalam makalah saya selanjutnya.
B.Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Qalbu (Hati)?
2. Apa
keutamaan Qalbu dan Urgensinya ?
3. Apa
sarana menghidupkan hati serta unsur-unsur yang membuat hati rusak ?
4. Apa
fungsi dan potensi Qalbu ?
5. Apa
kualitas dan kandungan Qalbu ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Qalbu (Hati)
Dalam tinjauan bahasa,al-qalb
memiliki dua pengertian : Pertama,menunjukan arti sesuatu yang paling orisinil
dan paling mulia.Kedua,menunjukan arti membalikan sesuatu dari sisi ke sisi
lainnya.
Yang pertama adalah hati manusia dan
selainnya.Dinamakan hati,karena ia adalah sesuatu yang paling mulia.Segala
sesuatu yang paling orisinal dan paling mulia.Segala sesuatu yang paling
orisinal dan paling mulia adalah hatinya.Makna yang pertama itulah yang
dimaksud dalam hal ini.
Banyak pembicaraan dalam Al-Quran
dan Hadist Nabi mengenai hati,apakah yang dimaksud dengan hati itu adalah
segumpal daging yang terdapat di dada ataukah yang dimaksud dengan hati adalah
akal yang terdapat di otak .
Hati itu bukan ini bukanlah
itu,melainkan ia adalah rahasia Ilahi yang memiliki kaitannya yang erat dengan
hati yang melekat dalam tubuh ini.Sebagaimana halnya ia memiliki kaitannya
dengan otak berikut isyarat-isyarat lahiriahnya menurut cara yang hanya
diketahui oleh Allah.
Ayat-ayat Al-Quran dan Hadist Nabi
yang dapat dipahami darinya bahwa yang dimaksud dengan hati adalah hati yang terdapat diantara
tulang-tulang rusuk.Adapun beberapa pihak yang berpendapat bahwa akal terdapat di otak.
Pertama,ayat-ayat dan hadist yang menunjukan pengertian bahwa yang dimaksudkan dengan hati adalah hati yang
terdapat di dalam dada.Hadist yang merupakan bukti kuat dalam masalah ini
bahkan nyaris menjadi nash dalam masalah ini:[1]
1) Dari
Anas bin Malik bahwa Rasulullah (semasa kecil) pernah didatangi oleh Jibril saat
sedang bermain dengan dua anak kecil lainnya.Maka Jibril menangkapnya dan
membaringkannya lalu membelah dadanya,lantas mengeluarkan dari hati itu
segumpal darah seraya berkata,”ini adalah bagian setan darimu”.Kemudian Jibril mencucinya dalam
bejana terbuat dari emas dengan air zam-zam,kemudian memperbaikinya,lalu
mengembalikannya di tempatnya semula.Anas berkata mengenai hal itu,”Aku pernah
melihat bekas jahitan itu pada dada beliau”
Ucapan
Anas ini jelas bahwa yang dimaksud adalah hati yang terdapat di dalam dada.
Apa yang dilakukan Jibril terhadap
hati Nabi memberitahukan bahwa hati yang berwujud daging itu mengandung Alaqah
(rekatan-rekatan darah) atau rahasia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia.Alaqah ini mungkin nampak dan mungkin juga tersembunyi.Jika pun nampak
maka ia tidak terjangkau karena begitu kecilnya,dimana tidak dapat diketahui
dengan mata telanjang.
2) Allah
berfirman: yang artinya “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,tetapi
yang buta ialah hati yang ada di dalam dada”.Kata-kata yang ada di dalam
dada,menafikan segala Mujaz (metafor) yang memungkinkan dihubungkan dengan
tempat hati yang bersifat maknawi,dan pernyataan diatas berhubungan
dengan hakekat (keadaan sebenarnya).[2]
Semua dali-dalil tersebut dapat dipahami
bahwa yang dimaksud dengan hati ialah hati yang berwujud daging itu berikut apa
yang terdapat di dalamnya berupa keterkaitannya yang bersifat rahasia dengan
amalan-amalan manusia dan kehendaknya
Kedua,Kedokteran
modern sampai saat ini tidak mengetahui secara meyakinkan dimanakah tempat yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan batin manusia dabn kehendaknya,serta dimanakah
tempat munculnya perasaan-perasaan.Tetapi yang diketahui ialah tempat yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan fisik manusia yaitu otak.
Ketiga,pengaruh
akal dan hati,yang menguatkan pendapat ini juga ialah bahwa karena kehidupan
lahiria manusia berhubungan dengan hati dan akalnya sekaligus berdasarkan
kenyataan,maka mungkin saja kehendaknya dan perasaannya berdasarkan dengan hati
dan akalnya juga.Sebab manusia tidaak dapat hidup sehat dengan wajar,kecuali
apabila hati dan akalnya sehat.Tidak ada halangan kemungkinan terjadinya kaitan
yang erat antara hati dengan akalnya yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
batin manusia atau yang dinamakan sebagai ibadah-ibadah dan penyakit-penyakit
hati serta perasaan-perasaan batiniah.
Keempat,pendapat
ini mengkompromikan antara pihak yang berpendapat bahwa akal itu terdapat
didada dan tidak ada hubungannya dengan otak dengan pihak yang berpendapat
bahwa akal itu terdapat di otak dan tidak ada hubungannya dengan hati.[3]
Memahami
dan menangkap pengertian qalbu secara utuh adalah kemustahilan. Kita hanya
dapat memahami melalui asumsi-asumsi dari proses perenungan yang sangat
personal karena di dalam qalbu terdapat berbagai potensi yang sangat
multidimensional. Sehingga, sepanjang sejarah penghayatan dan filsafat agama,
tema yang berkaitan dengan qalbu menjadi masalah yang abadi dan selalu menggoda
untuk memahaminya secara lebih mendalam. Qalbu tidak mempunyai batas atau
ukuran-ukuran permanen. Sebagaimana makna qalbu itu sendiri yang bersifat
kondisional (ahwal) dan tidak memiliki pengertian yang statis (maqamah). Qalbu
tidak mungkin diukur dengan batas- an-batasan atau dibatasi dengan
ukuran-ukuran yang pasti. Meminjam ungkapan dari Pascal, "Le coeur a ses
raisons que la raison ne connait pas ’hati mempunyai akalnya sendiri yang tidak
bisa dimengerti oleh akal budinya’." Pascal melanjutkan bahwa kebenaran
hanya dapat diketahui jika kita mau mendengar suara hati (logique de coeur).
Walaupun seharusnya lebih ditegaskan bahwa kebenaran hanya mungkin diketahui
dan dirasakan nyata, apabila kita mau melaksanakan kata hati, bukan hanya
mendengar!
Qalbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran Ilahiah, yaitu ruh. Sebagaimana sejak di alam ruh, kita telah melakukan kesaksian kebenaran,
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seraya berfirman), ’Bukankah Aku ini Tuhanmu?’Mereka menjawab, ’Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi... ’’’ (al-Araaf: 172)[4]
Qalbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran Ilahiah, yaitu ruh. Sebagaimana sejak di alam ruh, kita telah melakukan kesaksian kebenaran,
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seraya berfirman), ’Bukankah Aku ini Tuhanmu?’Mereka menjawab, ’Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi... ’’’ (al-Araaf: 172)[4]
Pengertian
qalbu (bentuk masdar) dari qalaba yang artinya ’berubah-ubah, berbolak-balik,
tidak konsisten, berganti-ganti’. Pokoknya qalbu merupakan lokus atau tempat di
dalam wahana jiwa manusia yang merupakan titik sentral atau awai segala awai
yang menggerakkan perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan dan
keburukan. Qalbu juga merupakan saghafa atau hamparan yang menerima suara hati
(conscience) yang berasal dari ruh dan sering pula disebut dengan nurani
(bersifat cahaya) yang menerangi atau memberikan arah pada manusia untuk
bertindak dan bersikap berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimilikinya.
Dengan
qalbu itulah, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakannya dari segala
makhluk yang diciptakan-Nya. Sebaliknya, karena qalbu itu pula, manusia
membinatangkan dirinya sendiri. Hal ini bisa terjadi dikarenakan qalbu merupakan
titik sentral kecerdasan dan sekaligus kebodohan ruhaniah bagi manusia. Itulah
sebabnya, Allah menempatkan qalbu sebagai sentral kesadaran manusia sehingga
Allah sendiri tidak mempedulikan tindakan yang tampak kasat mata, bahkan Allah
memaafkan kesalahan yang tidak dengan sengaja disuarakan oleh hati nuraninya
perbuat,
.. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilafpadanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hati (qalbu)mu...." (al- Ahzab: 5, al-Baqarah: 225)[5]
.. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilafpadanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hati (qalbu)mu...." (al- Ahzab: 5, al-Baqarah: 225)[5]
Allah
tidak memandang apa yang tampak, tetapi melihat yang lebih esensial, yaitu
qalbu manusia, karena dari sinilah berangkat segala tindakan yang autentik.
Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya
Allah tidak memandang bentuk wajahmu, tidak memandang badanmu, melainkan Dia
memandang qalbumu."
Di
dalam qalbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati tentang
salah-benar, baik-buruk, serta berbagai keputusan yang harus diper-
tanggungjawabkannya secara sadar, sehingga kualitas qalbu akan menentukan
apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka
bumi (divine vicegerency) ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina, bahkan
lebih hina dari binatang yang melata. Qalbu merupakan awai dari sikap sejati
manusia yang paling autentik, yaitu kejujuran, keyakinan, dan prinsip-prinsip
kebenaran.
Perasaan
moral tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tindakan yang berorientasi pada
prestasi (achievemnents orientation ’amal saleh’). Dengan pemahaman ini,
tumbuhlah kecerdasan ruhaniah yang paling awai, yaitu kesadaran untuk
bertanggung jawab. Sehingga, seorang karyawan yang datang terlambat dengan
sengaja, pada hakikatnya dia sedang mengkhianati hati nuraninya sendiri,
merusak keyakinan moralnya, yaitu iman dan sekaligus tidak memiliki rasa
tanggung jawab. Iman dan takwa telah tercoreng oleh perbuatannya tersebut,
betapa pun tindakannya tersebut dianggap sepele (hanya datang terlambat).
Padahal, nilai moral tidak dapat diukur oleh asumsi demikian, tetapi rasa getir
karena telah berkhianat. Bukan soal kuantitas melainkan kualitas dari nuraninya
mulai dikesampingkan, dan betapa pun kecilnya sebuah tindakan yang mengkhianati
komitmen iman pada akhimya akan memberikan akibat yang sangat buruk, bukan
hanya untuk dirinya sendiri, melainkan pula untuk orang lain. Bila Anda
terlambat, berarti ada mekanisme yang terputus karena keberadaan Anda merupakan
bagian dari sebuah sistem. Keterlambatan Anda akan ditanggung oleh teman-teman
Anda dan Anda sendiri menjadi bagian dari penghambat mekanisme kerja yang akan merugikan
bukan hanya Anda, tetapi perusahaan! Anda tidak saja melecehkan suara hati Anda
sendiri, tetapi Anda sedang dalam keadaan zalim dan menzalimi.[6]
Untuk
itu, kecerdasan ruhaniah sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan
memberikan pencerahan qalbu (tazkiyah, tarbiyatul quluub) sehingga mampu
memberikan nasihat dan arah tindakan serta caranya kita mengambil keputusan.
Qalbu harus senantiasa berada pada posisi menerima curahan cahaya ruh yang
bermuatkan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi. Rasulullah
saw. bersabda,
"Mintalah
nasihat pada dirimu, mintalah nasihat pada hati nuranimu (istafti nafsaka,
istafti qalbaka) wahai Habishah (Nabi mengulanginya tiga kali). Kebaikan adalah
sesuatu yang membuatjiwa tenangdan membuat hati tenang. Dosa adalah sesuatu
yang membuat jiwa tidak tenteram dan terasa bimbangdi dalam hati."(HR
Ahmad)[7]
B.Keutamaan-Keutamaan Hati Dan
Urgensinya
Hati memiliki keutamaan-keutamaan,keistimewaan-keistemewaan
dan urgensinya begitu menentukan dibandingkan anggota-anggota tubuh
lainnya,antara lain:
1.
Hati
Adalah Tempat Turunnya Ilham-ilham Ilahiyah
Nash-nash
syariat telah menjelaskan kemuliaan hati,urgensinya,dan pengaruhnya yang
besar,serta menjelaskan bahwa Allah memperlakukan hati manusia bagaimana saja
Dia menghendakinya Sebab Allah membatasi antara manusia dengan hatinya.
“Dan
ketahuilah ,sesungguhnya Allah membatasi antara seseorang dengan
hatinya.”(Al-Anfal;24)
$pkr'¯»t
z`Ï%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qç7ÉftGó$#
¬! ÉAqߧ=Ï9ur
#sÎ)
öNä.$tãy
$yJÏ9
öNà6Íøtä
( (#þqßJn=ôã$#ur
cr&
©!$#
ãAqçts
ú÷üt/
ÏäöyJø9$#
¾ÏmÎ7ù=s%ur
ÿ¼çm¯Rr&ur
Ïmøs9Î)
crç|³øtéB
ÇËÍÈ
Artinya:”Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah
bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya[606] dan
Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”[8]
(605). Maksudnya:
menyeru kamu berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat membinasakan
musuh serta menghidupkan Islam dan muslimin. juga berarti menyeru kamu kepada
iman, petunjuk Jihad dan segala yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
(606). Maksudnya: Allah-lah yang menguasai hati
manusia.
2. Hati Adalah Sandaran Taklif
(pembebanan).
Karena
Islam,iman dan ihsan,berikut segala yang mengikutinya berupa ibadah-ibadah
batin,asasnya adalah hati,sedangkan hati adalaha pusat perhatian Allah.Nabi
telah memberitahukan :
“Sesungguhnya Allah
tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa-rupa
kalian,tetapai Dia melihat kepada hati
kalian,seraya menunjuk dengan jarinya ke dadanya yang mulia.”
3.
Hati
Yang Mendapat Petunjuk akan Mendapat Pahala yang Sangat Besar
Hati
yang mendapatkan petunjuk,di dalamnya terdapat cahaya-cahaya dan hujjah-hujjah
yang diberikan Allah kepada siapa yang dikehendakiNya dari Hamba-hambaNya.Lalu
dengan itu,Allah memelihara dari berbagai keburukan dan menunjukkannya
kebajikan yang banyak.Yaitu seperti Ilham.
Allah
berfirman :
!$uZøym÷rr&ur
#n<Î)
ÏdQé&
#ÓyqãB
÷br&
ÏmÏèÅÊör&
( #sÎ*sù
ÏMøÿÅz
Ïmøn=tã
ÏmÉ)ø9r'sù
Îû
ÉdOuø9$#
wur
Îû$srB
wur
þÎTtøtrB
( $¯RÎ)
çnr!#u
Å7øs9Î)
çnqè=Ïæ%y`ur
ÆÏB
úüÎ=yößJø9$#
ÇÐÈ
Artinya:”dan Kami
ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya
Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah
(pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,
dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.”
4.
Tarikan-tarikan
Hati yang Adakalanya Menyelamatkan Manusia dan Adakalanya Membinasakannya
Adakalanya
di dalam hati manusia terdapat tarikan yang mulia sehingga ia selamat,dan
kadang kala ada tarikan yang merusak sehingga ia celaka.Qaswah (hati yang
keras) adalah tarikan hati yang merusak.Tatkala hal ini terdapat pada hati
seorang wanita maka ia celaka.
5.
Baiknya
Kualitas Hati Adalah Kunci Baiknya Kualitas Individu dan Masyarakat
Hati
yang baik adalah cikal bakal baiknya masyarakat,sebab baiknya individu itu
bergantung pada baiknya hati.Nabi bersabda,”Sesungguhnya di dalam jasad itu
terdapat segumpal daging,jika ia baik maka seluruh tubuh menjadi baik,dan jika
rusak maka seluruh tubuh menjadi rusak:itulah hati”.[9]
Kualitas itu ada dua macam:fisik dan
ruhani.Adapun baiknya fisik,jika hati seseorang itu baik,maka badannya akan
menjadi baik pula.,Karena ia akan meninggalkan hal-hal yang memabukkan,hal-hal
yang terlarang dan kenistaan-kenistaan.Jika badannya baik,maka itu adalah cikal
bakal yang baik dalam kemajuan umat,produktiffitasnya dan pembangunan
peradabannya.Inilah perbaikan materi yang besar.
Adapun baiknya ruhani,maka baiknya
hati akan diiringi dengan melaksanakan hak-hak Allah dengan
sebaik-baiknya,seperti shalat,puasa,menegakan jihad,dan meyebarkan dakwah.Dan
umat-umat itu hanya dapat tegak dengan hati yang baik disertai dengan fisik
yang baik.
Amalan-amalan hati adalah
ibadah-ibadah yang hanya dimiliki oleh umat islam.Seandainya mereka menjalankan
dengan baik ibadah ini niscaya mereka menduduki senggasana peradaban dunia.
Dari penjelasan tadi jelaslah bahwa
hati ini unik dengan berbagai keistimewaan dan keutamaan-keutamaan yang
besar.Karena itu harus ada kesungguhan untuk memperhatikannya sehingga tidak
menyimpang atau tersesat.[10]
a. Kaidah-Kaidah
Ibadah Hati
Amalan-amalan
hati terbagi menjadi liam bagian:
·
Wajib
·
Ajuran (sunnah)
·
Haram
·
Makruh
·
Mubah
Artinya
hukum-hukum taklifiyah yang liam itu pula berlaku bagi hati.
Ibadah-ibadah
yang diwajibkan atas hati,seperi : Ikhlas,Tawakal,Khauf (rasa takut),raja
(berharap) dan taubat.
Seluruh ibadah tersebut memiliki dua
unjung :Pertama,pokok kewajiban yang harus dilaksanakan.Kedua,kesempurnaan lagi
dianjurkan dan ini adalah derajat orang-orang yang mendekatkan diri kepada
Allah (al-Muqarrabin)
Ibadah-ibadah qalbiyah yang
dianjurkan adalah,seperti menyempurnakan apa yang diperintahkan dari
ibadah-ibadah yang wajib tadi,ridha,khusyu,rindu kepad Allah,jinak kepadaNya
dan menuju kepadaNya.
Yang
diharamkan atas hati ada tiga macam :
·
Kufr (kekafiran),seperti:mengingkari
Allah,syirik,dan bersikap ragu-ragu.
·
Kabair (Dosa-dosa besar),seperti:
riya,ujub,sombong,bangga diri,putus asa
dari rahmat Allah,memrasa aman dari maker Allah,gembira dengan bencana yang
menimpa kaum muslimun,memaki musibah yang menimpanya dan dengki.
·
Shaghair (Dosa-dosa kecil),yaitu
dosa-dosa yang tidak mencapai dosa-dosa besar,seperti:berkeinginan melakukan
dosa-dosa kecil dan mengangankannya.
Hal-hal yang dimakrukan yang berlaku
atas hati,ialah lalai terhadap Allah,dengan ketrgantungannya yang berlebihan
terhadap urusan-urusan duniawi.Demikian pula yang terlintas di hati berupa
pikiran-pikiran yang sebenarnya seseorang dapat menahannya dan meninggalkannya
buah pikiran-buah pikiran tersebut lebih baik dari pada memikirkannya,tetapi ia
tidak di siksa karenanya.
Adapun perkara-perkara yang mubah adalah
kekosongan hati dari makna-makna yang agung dan terlintasnya buah pikiiran-buah
pikiran duniawi yang menyibukan hatinya.
b. Kedudukan
Kesehatan Qalbu Dan Jiwa Dalam Taklif
Ketentraman Qalbu merupakan manifestasi
dari kesehatan Qalbu.Kita dituntut untuk sampai pada situasi dan keadaan
tersebut.Jalan menuju ketentraman Qalbu adalah zikir,dan yang termasuk zikir
adalah shalat.Kita dituntut juga untuk menegakannya.Salah satu pengaruh dari
ditegakannya shalat ialah ketercegahan diri dari perbuatan keji dan
mungkar,kitapun dituntut untuk mewujudkannya dari
perbuatan-perbuatannya.Jadi,ada empat tingkatan termasuk diantaranya
kesehatan Qalbu dan jiwa yang harus kita
wujudkan keempat-empatnya dan mencapainya dengan ilmu dan amal.
Allah Swt,berfirman :
$ygr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
|=ÏGä.
ãNà6øn=tæ
ãP$uÅ_Á9$#
$yJx.
|=ÏGä.
n?tã
úïÏ%©!$#
`ÏB
öNà6Î=ö7s%
öNä3ª=yès9
tbqà)Gs?
ÇÊÑÌÈ
Artinya:”Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”[11]
Puasa adalah kewajiban.Hikmah dari
puasa adalah tercapainya takwa.Takwa merupakan naluri yang terdapat didaalam
Qalbu yang darinya lahir tingkah laku tertentu,kita dituntut untuk mewujudkan
semua ini.Salah satunya adalah Qalbu
yang sehat,jiwa yang sehat,ruh dan akal budi yang sehat,yang dapat melahirkan
tingkah laku tertentu sebagai dampak dari amal perbuatan tertentu.Disekitar
masalah ini kadang-kadang terjadi kedangkalan pemahaman dan tindakan yang
kelewat batas.
Setelah semua masalah ini tersebut
jelas,maka selanjutnya upaya untuk membahas dan berbicara tentang sejumlah
persolan yang di tengah-tengah uraian dan penjelasannya kita dapat mengetahui
maksud dari kesehatan Qalbu,jiwa,dan ruh,setelah kita mengetahui kedudukan
kesehatan jiwa dan qalbu tersebut dalam taklif.
Tentang jiwa Al-Quran berkata,karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuryruh kepada kejahatan (QS Yusuf:53).Ini
merupakan situasi atau keadaan jiwa yang sakit,dan firmanNya lagi,dan Aku bersumpah
dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (QS AL-Qiyamah:2).Ini adalah
keadaan atau situasi jiwa yang lebih tinggi,sebab ia mencerca dan menyalakan
dirinya pada saat terperosok dalam kejahatan.[12]
Al-Quran juga berkata,Hai jiwa yang
tenang (QS.Al-Fajr:27).Di sini situasi dan keadaan jiwa berada pada tingkat
tinggi,karena ia mencapai ketentraman dan keyakinan.Perlu diperhatikan bahwa
jiwa yang tentram itu adalah jiwa yang dikatakan padanya : Kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya (QS.Al-Fajr:28).
Hal ini menunjukan bahwa jiwa yang
tenang adalah jiwa yang diridhai Allah dan yang akan dipuaskan atau disenangkan
oleh-Nya.Jadi jiwa yang tenang adalah situasi kesehatan tingkat tinggi bagi
jiwa.
Jalan menuju jiwa yang tenang adalah
bertobat atau berserah diri kepada Allah,beriman dan memperbanyak zikir.Kita
semua dibebani tanggung jawab untuk mewujudkannya.
Inilah gambaran tentang kesehatan
jiwa dan qalbu berikut jalan yang dapat mengantarkan pada kesehatan ruhani
tersebut.Sekarang kami akan melakukan suatu contoh lain,kemudian kembali kepada
topic semula.
Para sufi berbicara tentang apa yang
disebut hal (keadaan) dan tentang apa yang dinamai maqam (tingkatan).Kata
mereka hal (kkeadaan ruhani) adalah awal mula dari maqam.Suatu contoh,yang
mula-mula dilakukan oleh seorang adalah menyibukan diri dalam zikir hingga
sampai pada wujud tertentu dari ketentraman qalbu,yang tak lama kemudian hilang
lenyap;inilah yang disebut hal.Jika seseorang melakukan zikir terus-menerus
hingga mencapai ketenangan qalbu yang abadi,maka kondisi ruhani yang demikian
disebut maqam.Kita yang dituntut dalam setiap wujud manifestasi kesehatan qalbu
dan jiwa untuk sampai pada maqam,agar kita kokoh dan tetap di dalamnya.Namun
demikian,hakekat maqam (tingkatan-tingkatan) kesehatan ruhani banyak tidak
diketahui orang sebagaiman amal nyta untuk itu jarang sekali ditemukan.
Kita semua dituntut untuk mewujudkan
sifat tabah,kecuali biala hak-hak Allah dilanggar.Ketika itu kita dituntut
untuk melakukan sesuatu pun dikarenakan marah kita,sehingga kita mampu
menegakan perintah Allah.Demikian perilaku Rasulullah Saw.Beliau tidak memarahi
individunys,tapi marah pada saat hak-hak Allah dilanggar.
Sifat tabah tidak terwujud
sekaligus,melainkan terwujud dengan latihan.Pada saat seseorang mulai berperang
melawan amarahnya,kadang-kadang ia mengalami kegagalan,tapi kadang-kadang
berhasil.Ketabahan semacam ini
(ketabahan pada saat saat mampu menahan amarah,tabaahn semacam ini),hingga ia
sampai pada tingkatan ketabaahn.Jadi orang
yang telah sampai pada tingkatan ketabahan tidak akan marah kecuali menurut
syariat ia harus dan wajib marah.Pada saat itulah berarti ia telah kokoh dan tetap dalam
tingkatan ketabahan,dan telah berada dalam keadaan sehat qalbu dan jiwa.[13]
Apa sajakah akhlak qalbu dan jiwa
yang menjadi tuntutan kita ? Sejumlah akhlak tersebut jika kita telah ada pada
diri kita adalah berupa tingkatan-tingkatan dan keberadaan-keberadaan kita
tersebut.Ketika itu kita telah memliki kesehatan Qalbu dan jiwa.
Jika jiwa dan qalbu
sehat,memancarkan air yang jernih dan buah yang baik.Itu adalah semua
pancaran (mata air) fitrah dan buah dari
iamn,yang akan tampak dalam berinteraksi dengan kebenaran dan makhluk
manusia.Inilah yang dimaksud dengan empat wilayah .Pertama,wilayah pelaksanaan
perintah dan penjauhan diri dari laranga.Kedua,wilayah pengejahawatan hikmah
dari perintah dan
larangana.Ketiga,wilayah pengaruh positif dari keduanya,yang berupa kesehatan
qalbu dan jiwa.
Kita semua dibebani tanggung jawab
untuk mewujudkannya wilayah-wilayah itu sesuai dengan derajat taklif dalam
setiap jenjang.Tidak sedikit orang yang keliru dalam memahami dan menerapakan
keempat wilayah tersebut.
Jadi kesehatan yang sempurnah adalah
pengejawatahan empat wilayah.Sedangkan kesehatan jiwa dan qalbu merupakan pusat
dari kesehatan yang sempurnah.Pusat dari kesehatan jiwa dan qalbu adalah
makrifat (pengenalanan terhadapa Allah),realisasi dari asma-asma-Nya dan
penghambaan diri yang sempurnah terhadap-Nya.[14]
C.Sarana Menghidupkan Hati dan
Unsur-Unsur Yang Dapat Merusak Hati
Hati yang hidup serta senantiasa
berzikir adalah nikmat dari Allah sedangkan orang yang berhati mati sebenarnya
sudah mati sebelum ajalnya tiba,sebab dalam kehidupannya tidak ada kebajikan
atau faidah.
Unsur-unsur yang dapat menhidupkan
hati adalah sebagai berikut :
Ø Berzikir Kepada Allah
Manfaat
zikir sudah dimaklumi.Orang yang berdzikir lagi khsyuk hatinya,berate hatinya
tidak rusak dan tidak pula mati.
Ø Mengingat Kematian
Sebab
orang yang mengingat kematian itu sedikit angan-anagannya,banyak amalnya,dan
sedikit dosanya.
Sa’id
bin Jubair berkata “Sekiranya hatiku berpisah dari mengingat kematian,maka aku
benar-benar khawatir hal itu dapat merusak hatiku.”
Ø Ziarah Kubur
Ziarah
kubur adalah sunnah yang telah banyak diabaikan.Banyak orang-orang shalih telah
melalaikannya,apalagi umat islam yang masih awam.Ziarah kubur merupakan sarana
terbesar untuk menghidupkan hati dan menghubungkannya dengan alam ghaib.Adalah
kaum salaf sangat memperhatikan masalah ziarah kubur ini.Salah satunya adalah
Shafwan bin Sulaim,Ia pernah datang ke pekuburan Baqi,seorang yang shalih lalu
menguntitnya dari belakang seraya berkata “Aku akan melihat apa yang dia
lakukan.” Lalu melanjutkan,”Shafwan lalu mendekati kubur kemudian terus
menangis sehingga aku mengasuhinya (agar tidak menangis)”.Aku mengira bahwa itu
adalah kuburan salah seorang keluarganya.Pada kali lain ia melewatiku,dan aku
pun mengikutinya ia melakukan seperti sebelumnya.Aku ceritakan kejadian itu
kepada Muhammad bin al-Munkadir.Kataku ‘Aku menyangka bahwa itu adalah kuburan
salah seorang keluarganya’.
Muhammad menjawab,”Mereka semua
adalah keluarganya dan saudaranya.Ia tidak lain adalah seorang pria yang
menggerakan hatinya dengan mengingat kematian,setiap kali hatinya mulai
mengeras.”
Ø Mengunjungi Orang-orang Shalih dan
Melihat Amal-amal Kebaikan Mereka
Ini
sangat berguna.Jika itu sulit dilakukan,hendaklah mengunjungi mereka dalam
lembaran kitab-kitab yang memuat biografi mereka.Ini sangat penting sekali. Ja’far bin Sulaiman berkata,”Apabilah
aku mendapatkan hatiku mulai mengeras,maka aku pergi untuk melihat wajah Nabi
Muhammad bin Wasi.”Ia seola-olah pelipur laraku.Seseorang yang harus senantiasa
menjaga hatinya agar keragu-raguan dan kenistaan-kenistaan batin,seperti riya,dan
syirik,tidak menjalar kedalam hati.[15]
Abu
Hafsan Naisiburi berkata “Aku menjaga hatiku selama dua puluh tahun
pula.”Seseorang harus waspada terhadap hal-hal yang dapat merusak hati.
Hati dapat rusak sebagaiman halnya
badan.Rusaknya hati tersebut diakibatkan karena banyak hal yang dapat
memalingkan seseorang hamba.Unsur-unsur yang dapat merusak hati antara lain
sebagai berikut :
Ø Hati yang Sibuk dengan Selain Allah
dan Bergantung Kepada Selain-Nya
Kesibukan-kesibukan
yang dapat memalingkan hati cukup banyak,antara lain:cinta kepada kehidupan
duniawi,panjang angan,sibuk dengan aib orang lain,membenci mereka,menginkan
balas dendam terhadap mereka,dan memenuhi hati dengan kedengkian kepada orang
lain.Orang yang memiliki hati dengan kedengkian kepada lain.Orang yang memiliki
hati seperti ini,kapankah hatinya akan bebas dari was-was tersebut.Disamping
semua faktor diatas,ini terjadi akibat sedikit mengingat Allah.
Ø Dosa-dosa
Pengaruh
dosa-dosa sudah dimaklumi dapat menghitamkan hati dan menebalkan hijab yang
menghalanginya dari Allah.[16]
Allah
berfirman: “Sekali-kali tidak demikian sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutup hati mereka.”(Al-Mutahaffifn:14).
Kata ran ditafsirkan oleh sebuah riwayat
dari Abu Hurairah ia berkata,Rasulullah bersabda : “Orang mukmin apabila
melakukan sesuatu dosa,maka bercak hitam muncul dihatinya.Jika dia
bertaubat,mencabut dirinya dari kemaksiatan dan beristgfar,maka hatinya kembali
mengkilap.Jika ia melakukan dosa lagi,maka bercak hitam itu bertambah lagi
sehingga tertutuplah hatinya oleh noda yang Allah sinyalir dalam
firmanNya,’Sekali tidak demikian,sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutup hati mereka’”. (Al-Mutahaffifn:14).
Al-Hasan al-Basri berkomentar,’Ialah doa
diatas dosa diatas sehingga dapat membutakan hati lalu mati’.
Ø Banyak Berbaur dengan Sembarang
Orang
Sebab
batasan yang cermat dalam pergaulannya yang terpuji ialah berserikat dengan
mereka dalam kebajikan dan menjauhi berserikat dengan mereka dalam dosa serta
berlebih-lbihan dalam hal-hal yang dipebolehkan sia-sia.Siapa yang tidak mampu
kecuali bergaul dalam hal-hal yang sia-sia,hendaklah ia mencabut hatinya dari
mereka,sebagaiman rambut tercabut dari adonannya.Hendaklah ia berada di
tengah-tengah mereka dalam keadaan hadir dan absen,dekat dan jauh,tidur dan
terjaga,melihat mereka namun tidak memperhatikannya,mendengar ucapan mereka
namun tidak menanggapinya.Karena ia telah mengambil hatinya dari tengah-tengah
mereka,dan dengannya ia naik menuju tempat yang bertnggi bersama para arwah
yang suci.
Ø Banyak Makan dan Minum
Fudhal bin Iyadh pernah mengatakan,Ada
dua hal yang dapat mengeraskan hati:banyak berbicara dan banyak makan.
Imam Syafi’I berkata “Aku tidak pernah
kenyang sejak enam belas tahun lalu,kecuali sekali,lantas aku masukkan tanganku
untuk kumuntahkan.Karena kenyang memberatkan badan,mengeraskan
hati,menghilangkan kecerdasan,megajak tidur,dan melemahkan beribadah.”
Abu Sulaiman ad-Darin berkata,”Tiap-tiap
sesuatu mempunyai karatnya hati adalah kekenyangan.”
Ø Banyak Tidur
Banyak
orang yang telah menyia-nyiakan waktu yang panjang dan berharga.Itu terjadi
karena mereka berlebih-lebihan dalam tidur.Ukuran tidur yang wajar bagi
seseorang adalah sepertiga dari umurnya (kurang lebih 8 jam/hari).Dan ada yang
melebihi hal itu,berarti seberapa banyak ia tidur ? Jika seseorang tidur
melewati batas yang wajar,maka hatinya akan mati-kita berlindung kepada Allah
dari semua itu.[17]
D.Fungsi dan Potensi
Qalbu
Fungsi
utama qalb adalah sebagai alat untuk memahami realitas (kehidupan) dan
nilai-nilai seperti terdapat dalam surat al-Hajj sebagai berikut:
أفلم
يسيروا في الأرض فتكون لهم قلوب يعقلون بـها أو آذان يسمعون بـها فإنـها لا تعمى
الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدور. سورة الحج: 46
Artinya: "Apakah
mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengannya
mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang dengannya mereka dapat
mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta
adalah hati yang ada di dalam dada." (al-Hajj : 46).[18]
Dalam ayat tersebut, qalb mempunyai potensi yang sama dengan akal, atau
yang dimaksud qalb di sini mempunyai arti sama dengan akal. Qalb secara
sadar dapat memutuskan sesuatu atau melakukan sesuatu, dan dari potensi
inilah, maka yang harus dipertanggunggjawabkan manusia kepada Tuhannya
adalah apa yang disadari oleh qalb dan fu'ad. Allah
berfirman: "Allah tidak menghukum kamu disebabkan oleh sumpahmu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan
(sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun (QS. al-Baqarah [2]: 225).
Dalam ayat lain Allah juga berfirman: "Janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya (QS.
al-Isra' [17]: 36).
Ada beberapa potensi (kemungkinan, kemampuan) qalb yang dijelaskan oleh
al-Qur'an, yaitu sebagai berikut:
1. Qalb dapat
berpaling (dari kebenaran), seperti pada QS. al-Taubah: 117.
2. Qalb dapat merasa
kecewa dan kesal (QS. al-Zumar [39]: 45)
3. Qalb secara sengaja
memutuskan untuk melakukan sesuatu (QS. al-Ahzab [33]:5 dan al-Baqarah: 225)
4. Qalb dapat
berprasangka buruk (QS. al-Fath [48]: 12)
5. Qalb dapat
menolak sesuatu (QS. al-Taubah [9]: 8)
6. Qalb dapat
mengingkari (QS. al-Nahl [16]: 22)
7. Qalb dapat diuji
(QS. al-Hujurat [49]: 3)
8. Qalb dapat ditundukkan
(QS. al-Hajj [22] 54)
9. Qalb dapat
diperluas dan dipersempit (QS. al-An'am [6]: 125)
10. Qalb bahkan dapat ditutup
rapat/dikunci mati (QS. al-Baqarah [2]: 7).[19]
Selain itu, qalb juga mempunyai fungsi untuk
mengetahui (mengenal) Pencipta-nya, mencintai, mengesakan dan hanya beribadah
kepada-Nya. Hati pula yang membuat seseorang merasa senang mendekatkan diri
kepada Allah, ridha, tawakkal, selalu mengingat-Nya, dan tidak suka atau benci
terhadap kemaksiatan, sedih dan menyesal ketika berdosa dan tidak melaksanakan
perintah Allah dengan sebaik-baiknya (Ibn al-Qayyim, IV, 2000: 185).
E.Kualitas dan
Kandungan Qalbu
Selain mempunyai potensi
tersebut, qalb juga ibarat wadah yang di dalamnya terkandung banyak
kualitas dan muatan-muatan yang memperkuat potensi tersebut. Al-Qur'an
menyebutkan bahwa di dalam qalb terkandung kualitas dan muatan-muatan
sebagai berikut:
1. Penyakit (QS. al-Baqarah [2]: 10 dan
al-Ahzab [33]: 32). Penyakit hati dalam dua ayat ini masing-masing menunjukkan
penyakit lemah keyakinan dan penyakit "kenakalan".
2. Perasaan takut (QS. Ali Imran
[3]: 151)
3. Getaran (QS. al-Anfal [8]: 2)
4. Kedamaian (sakinah) (QS.
al-Fath [48]: 4)
5. Keberanian (QS. Ali Imran [3]: 126)
6. Cinta dan kasih sayang (QS. al-Hadid
[57]: 27)
7. Kebaikan (QS. al-Anfal [8]: 70)
8. Iman (QS. al-Hujurat [49]: 7, 14)
9. Kedengkian atau iri hati (QS.
al-Hasyr [59]: 10)
10. Kufur (QS. al-Baqarah [2]: 93)
11. Kesesatan (QS. Ali Imran [3]: 7)
12. Penyesalan (QS. Ali Imran [3]: 156)
13. Panas hati (QS. al-Taubah [9]: 15)
14. Keraguan (QS. al-Taubah [9]: 45)
15. Kemunafikan (QS. al-Taubah [9]: 77)
Berdasarkan muatan dan kualitas hati manusia tersebut, dapat
ditegaskan bahwa qalb itu memang cenderung tidak stabil, berubah-ubah,
terkadang didominasi oleh "niat baik", dan terkadang didominasi
"niat jahat". Yang membuat hati manusia selalu berubah adalah setan
yang selalu menggoda dan membujuk rayu manusia (QS. al-Nas [114]: 4-5) agar mau
mengikuti jalan kesesatan dan kehinaan. Oleh karena itu, Islam memerintahkan
umatnya agar selalu membaca ta'awwuzd dan basmalah ketika hendak
memulai sesuatu yang baik.[21]
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pengertian
qalbu (bentuk masdar) dari qalaba yang artinya ’berubah-ubah, berbolak-balik,
tidak konsisten, berganti-ganti’. Pokoknya qalbu merupakan lokus atau tempat di
dalam wahana jiwa manusia yang merupakan titik sentral atau awai segala awai
yang menggerakkan perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan dan
keburukan. Qalbu juga merupakan saghafa atau hamparan yang menerima suara hati
(conscience) yang berasal dari ruh dan sering pula disebut dengan nurani
(bersifat cahaya) yang menerangi atau memberikan arah pada manusia untuk
bertindak dan bersikap berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimilikinya.
Dengan
qalbu itulah, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakannya dari segala
makhluk yang diciptakan-Nya. Sebaliknya, karena qalbu itu pula, manusia
membinatangkan dirinya sendiri. Hal ini bisa terjadi dikarenakan qalbu
merupakan titik sentral kecerdasan dan sekaligus kebodohan ruhaniah bagi
manusia. Itulah sebabnya, Allah menempatkan qalbu sebagai sentral kesadaran
manusia sehingga Allah sendiri tidak mempedulikan tindakan yang tampak kasat
mata, bahkan Allah memaafkan kesalahan yang tidak dengan sengaja disuarakan
oleh hati nuraninya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Muhammad,Manajemen Hati,Jakarta:Darul Haq,2004.
Hawwa Sa’id,Jalan Lurus,Bandung:Penerbit Mizan,2001.
Mubarok Ahmad,Pskologi Al-Quran,Jakarta:Pustaka Firdaus,2001.
Tasmara Toto,Konsep Qalbu,Jakarta:Penerbit Gema Insani Press,2001.
Internet :
[1] Muhammad bin Hasan,Manajemen Hati,(Jakarta,Darul
Haq,2004)h.7-9
[4]Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, (Bandung : CV. Al-Jumanatul Ali, 2005), h. 173
[5]Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, h. 36
[8]Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, h. 176
[11]Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, h. 28
[14] Sa’id Hawwa,Jalan Ruhani,(Bandung,Penerbit Mizan,2001)h.195-197
[18]
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, h. 337
[19] Ahmad Mubarok,Psikologi Pendidikan,(Jakarta,Pustaka
Firdaus,2001)h.218-219
EmoticonEmoticon