BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidik
di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau
berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar, melainkan juga
oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial
yang dihadapinya di dalam maupun di luar sekolah. Kepribadian anak itu
berbeda-beda bukan hanya berbeda bakat atau pembawaanya akan tetapi terutama
karena pengaruh lingkungan sosial yang bebeda-beda. Anak datang ke sekolah
dengan membawa corak dan kebudayaan rumah tangganya, yang mempunyai corak
tertentu, bergantung antara lain pada golongan atau status sosial, kesukaan,
agama, nilai-nilai dan aspirasi orang tuanya. Disekolah ia akan memilih teman
atau kelompok yang cocok dengannya yang pada suatu saat akan sangat
mempengaruhi tingkah lakunya.
Anak
itu selanjutnya di pengaruhi oleh kepala sekolah dan guru-guru, yang
masing-masing mempunyai kepribadian sendiri-sendiri yang antara lain terbentuk
atas golongan sosial dari mana dia berasal dan orang-orang di pilihnya sebagai
kelompok pergaulannya.
Kepribadian
guru sangat mempengaruhi suasana kelas, kebebasan yang dinikmati anak dalam
mengeluarkan buah pikirannya dan mengembangkan kreativitasnya atau pengekangan
dan keterbatasan yang dialaminya dalam pengembangan pribadinya serta motivasi
belajarnya.
Peranan guru di sekolah ditentukan oleh
kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling
utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru.
Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan atau
kepribadian yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Guru sebagai
pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, di dalam maupun di
luar sekolah.[1]
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan kepribadian guru,karakteristik serta perkembangan pribadi
guru ?
2. Apa
saja karakteristik pribadi guru menurut perpektif islam?
3. Apa
yang dimaksud dengan motivasi belajar ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kepribadian guru beserta karakteristik dan perkembangan kepribadian guru.
1)
Pengertian
Kepribadian guru
Istilah
kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggirs “personality”. Sedangkan
istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa latin “person”
(kedok) dan “personare” (menembus). Personal biasanya dipakai oleh para pemain
sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan
karakter pribadi tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa
para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar
untuk mengekspresikan suatu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya: seorang
pendiam, pemurung, periang, peramah, pemarah dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan
pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu
dengan melalui kedok yang dipakainya.
Secara
sedehananya dapat dikatakan bahwa perkembangan kepribdian adalah belajar
mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan, yang timbul karena
individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan, yang
timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber
tegangan (tension). Adapun sumber tegangan yang pokok adalah proses pertumbuhan
fisiologis, frustasi, konflik dan ancaman.
Tiap
orang yang pernah sekolah dan karena itu berhubungan dengan guru mempunyai
gambaran tertentu tentang kepribadian guru. Ternyata banyak kesamaan mengenai
gambaran orang pada umumnya tentang guru sehingga terbentuklah stereotip guru.
Gambaran tentang guru itu tampak dalam cerita-certia, film, sandiwara,
karikatur dalam permainan peranan oleh anak-anak belum bersekolah.[2]
Guru
merupakan sumber pengetahuan utama bagi murid-muridnya, namun pada umumnya
orang tidak memandang guru sebagai orang yang pandai yang mempunyai intelegensi
yang tinggi. Orang yang ber-iQ tinggi akan menjadi dokter atau insinyur dan
tidak menjadi guru, walaupun dalam kenyataan terbukti bahwa guru yang beralih
jabatannya dpat melakukan tugasnya dengan baik sebagai usahawan, seniman,
pengarang dan sebagainya. Walaupun demikian orang tetap berpegang pada stereotip guru.
Guru
wanita, bila dibandingkan dengan gadis atau wanita lain yang bekerja di kantor,
bersifat lebih serius, berpakaian lebih konservatif karena enggan mengikuti
mode terbaru, bahkan tak malu mengguanakan pakaian yang sama berulang-ulang.
Guru lebih kritis terhadap kelakuan oaring lain, mungkin Karen ia terbiasa
mengecam kelakuan murid. Guru wanita tidak mudah bergaul dengan sembarang orang.
Dalam hiburan seperti menonton bioskop ia membatasi diri dan tak suka berjumpa
dengan murid di tempat serupa.
Pofil guru adalah sebuah tujuan
sekaligus alat untuk mencapai tujuan pendidikan, baik tujuan pendidikan secara
nasional, institusional, kurikuler maupun proses pembelajarannya. Profil guru
yang diinginkan sesuai dengan system pendidikan tenaga kependidikan abad 21
adalah seorang guru yang memiliki kualitas berikut ini:
(a)
Memiliki kepribadian,
(b)
Memiliki pengetahuan dan pemahaman profesi kependidikan,
(c)
Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bidang spesialis,
(d)
Memilki kemampuan an ketrampilan profesi.
Kepribadian guru mempunyai kelebihan
sendiri bila diterapkan dalam kelas karena ia akan memberikan kecenderungan dan
kesenangan yang berbeda kepada murid. Namun ada juga yang mengatakan bahwa
kepribadian guru sulit ditemukan kadarnya dan tidak mudah untuk dicari
batasannya serta sulit juga untuk didefinisikan secara jamik dan manik.
Kepribadian juga diibaratkan sebagai magnit, listrik dan radio yang tidak bisa
diketahui kecuali setelah tahu bekasnya atau pengaruhnya.Kepribadian ialah
kumpulan sifat-sifat yang aqliah, jismiah, khalqiyah dan iradiah
yang biasa membedakan seseorang dengan orang lain.[3]
Dikatakan guru yang mahir adalah
guru yang mampu untuk menundukkan hati mereka dan mempengaruhi mereka dengan
baik sehingga ia dapat memerintah mereka dan berbicara dengan mereka. Maka
dengan Kepribadian itu bisa membangkitkan semangat, tekun dalam menjalankan
tugas, senang memberi manfaat kepada murid menghormati peraturan sekolah
sehingga membuat murid bersifat lemah lembut memberanikan mereka, mendorong
pada cinta pekerjaan, memajukan berfikir secara bebas tetapi terbatas yang bisa
membantu membentuk pribadi menguatkan kepribadian menguatkan kehendak
membiasakan percaya pada diri sendiri.
Suksesnya seorang guru tergantung
dari kepribadian, luasnya ilmu tentang materi pelajaran serta banyaknya
pengalaman. Tugas seorang guru itu sangat berat, tidak mampu dilaksanakan
kecuali apabila kuat kepribadiannya, cinta dengan tugas, ikhlas dalam
mengerjakan, memelihara waktu murid, cinta kebenaran, adil dalam pergaulan. Ada
yang mengatakan bahwa masa depan anak-anak di tangan guru dan di tangan gurulah
terbentuknya umat. Kepribadian itu memungkinkan untuk mengarahkan mereka pada
jalan yang lurus.
2)
Karakteristik
keribadian guru
Guru
memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Karena guru memegang kunci
dalam pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru adalah pihak yang paling dekat
dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan sehari-hari, dan guru merupakan pihak
yang paling besar peranannya dalam menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan pendidikan.Saat ini guru dianggap sebuah profesi yang sejajar dengan
profesi yang lain, sehingga seorang guru dituntut bersikap profesional dalam
melaksanakan tugasnya.
Guru
yang profesional adalah “guru yang mempunyai sejumlah kompetensi yang dapat
menunjang tugasnya yang meliputi kompetensi pendagogik, kompetensi profesional,
kompetensi sosial maupun kompetensi pribadi”. (Kristian Hendrik. 2010 : )
Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi personal seorang guru.Kompetensi ini
merupakan sosok kepribadian seorang guru yang berkarakter sebagai orang
Indonesia serta pribadi yang ideal dari orang yang menjadi teladan di
masyarakat. [4]
Faktor-faktor
pengembangan diri seorang guru
-
Faktor Bawaan
Unsur
bawaan genetic ( ciri fisik : warna
kulit, mata, rambut ) dan kecenderungan dasar ( kepekaan, bakat, potensi diri /
IQ )
-
Faktor Lingkungan
Lingkungan
sekolah, social / budaya ( seperti : teman, guru ) dan perluasan wawasan (
karena : pendidikan formal / informal, perjalanan / pergaulan )
-
Interaksi antara bawaan
dan lingkungan
Interaksi
yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan
AKU / DIRIKU dalam diri seseorang.
Contoh : Anak yang sering dipukul maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis, kejam.
Contoh : Anak yang sering dipukul maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis, kejam.
Faktor-faktor
yang memperhambat pengembangan pribadi seorang guru :
-
Faktor yang berasal
dari diri sendiri :
1. Tidak
punya tujuan hidup yang jelas;
2. Individu
kurang termotivasi;
3. Ada
keengganan untuk menelaah diri sendiri ( takut menerima kenyataan karena memiliki
kekurangan / kelemahan );
4. Orang
yang usianya sudah tua tidak melihat bahwa kearifan dan kebijaksanaan bisa
dicapai;
5. Merasa
tidak ada tantangan;
6. Merasa
tidak mampu;
7. Sudah
merasa puas;
8. Merasa
tidak berharga.
-
Faktor penghambat yang
berasal dari lingkungan :
1. Sistem
yang dianut ( di lingkungan : pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal);
2. Tanggapan,
sikap atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan ( kebiasaan atau tradisi,
misalnya : isteri sebagai pengurus rumah tangga sulit berkembang dalam bidang
profesi yang diminati ).[5]
Guru
merupakan pribadi yang dapat menjadi contoh bagi yang lain. Kompetensi
kepribadian guru itu terdiri atas:
·
Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
·
Menampilkan diri
sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan
masyarakat.
·
Menampilkan diri
sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
·
Menunjukkan etos kerja,
tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
·
Menjunjung tinggi kode
etik profesi guru.
Berikut
ini adalah karakteristik kepribdian guru dalam tiap spesifikasinya :
a) Guru
Bimbingan dan Konseling
Sebagai
seorang individu yang sedang berada dalam proses ke arah kematangan atau
kemandirian, untuk mencapai kematangan tersebut, seorang individu memerlukan
bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang
dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Disamping itu dapat dikatakan bahwa proses perkembangan seorang individu tidak
selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain,
proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau
searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan
seorang individu tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis
maupun sosial.Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan
yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga
masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar
jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku
konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah
pribadi atau penyimpangan perilaku. Oleh sebab itu peran guru bimbingan dan
konseling ataupun konselor penting untuk menyelenggarakan pendidikan yang utuh.[6]
Pentingnya
peran pendampingan dan konseling disebabkan pendidikan masih dimaknai secara
sempit.Pendidikan yang utuh adalah pendidikan yang tidak hanya bertujuan
meningkatkan kemampuan akademis, tetapi juga mengembangkan karakter dan
kepribadian peserta didik.Di sinilah peran guru bimbingan dan konseling, yaitu
membantu peserta didik mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya.Peran
guru bimbingan konseling dan konselor semakin penting karena saat ini
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih dalam makna sempit.Pendidikan
hanya cenderung untuk meningkatkan kemampuan akademis semata.Pendidikan juga belum
menanamkan kecerdasan kultural kepada peserta didik sehingga potensi bangsa
kurang tergali.
Pendidikan
Indonesia saat ini juga belum bisa membentuk watak dan karakter
bangsa.Pendidikan di Indonesia baru sampai pada tujuan mencerdaskan anak didik
secara individual saja.Padahal, kecerdasan suatu bangsa tidak terbentuk dari
penjumlahan kecerdasan dari setiap warganya. (Sunaryo Kartadinata. 2010). Pada
saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling,
yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, klinis, dan terpusat pada
konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan
preventif.Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental
Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive
Guidance and Counseling).
Pelayanan
bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas
perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah
individu.Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang
harus dicapai seorang individu, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan
dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling).Standar
dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian.Konselor sekolah adalah konselor
yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam
kegiatan BK terhadap sejumlah peserta didik.Pelayanan BK di sekolah merupakan
kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian
terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya.
Pada
hakikatnya pelaksanaan BK di sekolah untuk mencapai tiga kesuksesan, yaitu:
sukses bidang akdemik, sukses dalam persiapan karir dan sukses dalam hubungan
kemasyarakatan. Seorang guru bimbingan dan konseling harus memilki kompetensi
dalam bidangnya termasuk kompetensi kepribadian yaitu : [7]
1. Mengaplikasikan
pendangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual,
bermoral, social, individual dan berpotensi.
2. Menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya.
3. Menghargai
dan mengembagkan potensi positif individu pada umumnya dan individu pada
khususnya.
4. Memiliki
integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
5. Memiliki
sifat demokratis.
6. Memiliki
kepibadian dan prilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah,
dan konsisten).
7. Memiliki
emosi yang stabil
8. Memliki
Kasih sayang dan perhatian terhadap individu yang memerlukan bantuan.
9. Memiliki
kepedulian kepada orang lain, peka dan bersifat empati serta menghargai
perubahan dan keraguan.
10. Menampilkan
toleransi tinggi terhadap individu yang menghadapi stress dan frustasi.
11. Penuh
kesabaran.
12. Mau
mendengarkan keluhan orang lain.
13. Mendorong
dengan ikhlas.
14. Mampu
berkomunikasi dengan efektif.
b) Guru
Mata Pelajaran
Guru
Mata Pelajaran Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar,
memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari
sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu”
(ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan
perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan
belajar anak didik. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi
pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak
atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah).[8]
Karakteristik
kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya
adalah dengan keluwesan ranah cipta yang merupakan kemampuan berpikir yang
diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.Guru
yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan
beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. Dalam
Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah
“kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik”.
Kompetensi
kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang
guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik.Kompetensi personal ini
mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan
diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Kompetensi pribadi meliputi :
1) Pengetahuan
tentang adat istiadat baik sosial maupun agama,
2) Pengetahuan
tentang budaya dan tradisi,
3) Pengetahuan
tentang inti demokrasi,
4) Pengetahuan
tentang estetika,
5) Memiliki
apresiasi dan kesadaran sosial,
6) Memiliki
sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,
7) Setia
terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih
khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan
mampu menilai diri pribadi.
Kemampuan
personal guru, mencakup :
1) Selalu
menampilkan diri sebagai pribadi mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
yang ditandai, antara lain melalui pembiasaan diri dalam; menerima dan memberi
kritik dan saran, mentaati peraturan, konsisten dalam bersikap dan bertindak,
meletakkan persoalan sesuai pada tempatnya; dan melaksanakan tugas secara
mandiri, tuntas, dan bertanggung jawab.
2) Selalu
menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi
murid dan masyarakat yang tercermin melalui pembiasaan diri dalam; berprilaku
santun, berprilaku mencerminkan ketaqwaan, dan berprilaku yang dapat diteladani
oleh murid dan masyarakat.[9]
3) Berprilaku
sebagai pendidik profesional yang dicirikan, antara lain; membiasakan diri
menerapkan kode etik profesi guru dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan
komitmen sebagai pendidik, dan mengembangkan etos kerja secara bertanggung
jawab.
4) Mampu
mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik yang dicirikan
keinginan melatih diri dalam memanfaatkan berbagai sumber untuk meningkatkan
pengetahuan/ketrampilan/dan kepribadian, mengikuti berbagai kegiatan yang
menunjang pengembangan profesi keguruan, melakukan berbagai kegiatan yang
memupuk kebiasaan membaca dan menulis, mengembangkan dan menyelenggarakan
kegiatan yang menunjang profesi guru.
5) Mampu
menilai kinerjanya sendiri yang dikaitkan dalam pencapaian utuh pendidikan yang
dicirikan antara lain; mengkaji strategi berfikir reflektif untuk melakukan
penilaian kinerja sendiri, memecahkan masalah dan meningkatkan kinerjanya untuk
kepentingan pendidikan, membiasakan diri menilai kinerjanya sendiri dan
melakukan refleksi untuk perbaikan di masa depan, dan menindaklanjuti hasil
penilaian kinerjanya untuk kepentingan peserta didik.
6) Mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, dan riset
lainnya.
7) Mampu
berkomunikasi secara efektif dengan orang tua peserta didik, sesama pendidik,
dan masyarakat dalam program pembelajaran khususnya dan peningkatan kulitas
pendidikan umumnya, bersikap inovatif, adaptif dan kritis terhadap lingkungan.
c) Guru
Wali Kelas
Guru
Wali Kelas Seorang guru wali Kelas harus mengerti karakteristik kepribadian
anak didiknya, seorang guru harus menguasai ilmu dedaktik dan metodik. Dengan
menguasai ilmu ini seorang guru dapat menyampaikan bahan pelajaran dengan baik
dan mengajarkannya dapat didasarkan atas prinsip kegiatan menyampaaikan bahan
pelajaran, "Dengan mengerti ilmu dedaktik seorang guru dapat mengerti cara
siasat (strategi) menyampaikan bahan pelajaran tertarik dari suatu mata
pelajaran agar siswa dapat mengetahui, menguasai dan mempergunakan bahan
pelajaran tersebut dan memahami ilmu metodik berarti ilmu mengajar yang
didasarkan atas prinsip-prinsip kegiatan menyampaikan bahan pelajaran dimiliki
oleh siswa. [10]
1) Memperhatikan
,pendekatan yang berbeda.
2) Bersedia
mendengarkan dan memperhatikan keluhan siswa individual, karena setiap siswa
memiliki sifat, bakat,minat dan kemampuan.
3) Memiliki
kepekaan “ membaca “ kondisi batin ( mood ) siswa.
4) Perilaku
guru dapat dijadikan teladan bagi siswa.
5) Memperhatikan
dan menciptakan rasa aman bagi seluruh siswa di sekolah.
6) Menanamkan
nilai-nilai budi pekerti melalui proses pembiasaan misalnya sopan santun,
menghargai orang lain ,bekerjasama,mengendalikan emosi, kejujuran dan
sebagainya.
7) Berpikir
positif ( positive thinking ) terhadap siswa.
8) Memberikan
penghargaan atas keberhasilan siswa.
9) Bersikap
sadar,dewasa dan terbuka dalam menilai perilaku siswa.
10) Memahami
prinsip dasar perkembangan jiwa remaja agar dapat memahami dan menghargai
siswa.
3)
Perkembangan
pribadi guru
Kepribadian guru terbentuk atas
pengaruh kode kelakuan seperti yang di harapkan oleh masyarakat dan sifat
pekerjaanya. Guru harus menjalankan peranannya menrut kedudukannya dlam
berbagai situasi sosial. Kelakuan yang tidak sesuai dengan peranan itu akan mendpat
kecaman dan harus dielakannya. Sebaliknya kelakuan akan diinternalisasikan dan
menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.
Dalam suatu kelas guru menghadapi
sejumlah murid yang harus dipandangnya sebagai “anaknya”. Sebaliknya
murid-murid akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat
kedudukannya maka guru didewasakan, di-“tua”-kan sekalipun menurut usia yang
sebenarnya belum pantas menjadi orang tua.[11]
Orang tua murid akan menganggap guru
sebagai “partener” yang setaraf kedudukannya dan mempercayakan anak mereka
untuk di asuh oleh guru. Dalam menjalankan peranannya sebagai guru ia lambat
laun membentuk kepribadiannya. Ia di perlakukan oleh lingkungan sosialnya
sebagai guru dan ia akan beraksi sebagai guru pula. Ia menjadi guru karena diperlakukan
dan berlaku sebagai guru.
Kedudukannya sebagai guru akan
membatasi kebebasannya dan dapat pula membatasi pergaulannya. Ia tidak akan
diajak melakukan kegiatan yang rasanya kurang layak bagi guru. Ia akan mencari
pergaulannya terutama dari kalangan guru yang sependirian dengan dia.
4)
Ciri-ciri Stereotip Guru
Stereotipe adalah kombinasi dari
ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok terhadap kelompok
lain atau seseorang kepada orang lain. Secara lebih tegas dapat dikatakan
stereotipe sebagai generalisasi kesan yang kita miliki mengenai
seseorang/kelompok, terutama karakter psikologis atau sifat kepribadian.
Contohnya: stereotip yang berkenan dengan asal etnik adalah stereotipe yang melekat pada etnis Jawa, seperti lembut dan penurut, etnis Batak adalah keras kepala dan tegas, tidak suka basa basi, orang Minang yang pintar berdagang dan etnis Cina adalah berhemat dan pekerja keras.
Contohnya: stereotip yang berkenan dengan asal etnik adalah stereotipe yang melekat pada etnis Jawa, seperti lembut dan penurut, etnis Batak adalah keras kepala dan tegas, tidak suka basa basi, orang Minang yang pintar berdagang dan etnis Cina adalah berhemat dan pekerja keras.
Dari beberapa penjelasan dan contoh
diatas tentang stereotipe, ada gambaran mengenai yang menjadi stereotipe dari
seorang guru. Diantaranya dapat diklasifikasikan kedalam beberapa poin yang
terlihat dan nampak secara umum sebagai berikut:
Guru dalam pandangan umum adalah
tegas, lembut berwibawa dan bijaksana.
Dalam pandangan sisi penampilan
seorang guru lebih menampilkan tenang, sederhana, percaya diri.
Pada sisi interaksinya dengan
masyarakat, guru pandai memahami diri dan cenderung menjauhkan diri ( sangat
berhati-hati) untuk tidak terlalu masuk dalam pergaulan orang ( bebas), atau
dapat dikatakan menjaga "image".
Guru lebih cenderung untuk menjadi
atau ideal sebagai "pimpinan" dalam kegiatannya di masyarakat.
Bersikap otoriter, menggurui dan
sebagai orang yang serba tahu, seperti saat dia berada didalam kelas dan akan
memperlihatkannya diluar.
Guru berusaha menjaga harga diri dan
merasa keterikatan perilakunya pada norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
Bagi dirinya/mereka, guru itu terhormat dan harus berkelakuan sesuai dengan
kedudukannya.[12]
Inilah beberapa gambaran yang
menjadi ciri stereotipe dari seorang guru pada umumnya, yang muncul karena
pandangan pribadi guru sendiri, contohnya, guru memandang guru-guru sebagai
kelompok yang berbeda dari golongan pekerja lainnya. Kecenderungan ini pun
turut menimbulkan stereotipe guru maupun dari pandangan orang lain secara umum.
Namun ciri-ciri diatas tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara komprehensif.
Tetapi pandangan ini yang menjadi
umum dan nampak dari stereotipe seorang guru.
Walaupun gambaran diatas tidak benar
sepenuhnya, orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan pandangan yang ada
padanya.
5)
Memilih Jabatan Guru
Sukar memperoleh data yang objektif
tentang pribadi calon guru dan alasan untuk memilih pekerjaan sebagai guru.
Bila calon-calon di tanyakan mengapa mereka memilih pekerjaan guru, biasanya
mereka menjawab bahwa pilihan itu sesuai dengan cita-cita untuk berbakti kepada
nusa dan bangsa dengan mendidik generasi muda. Kita tidak tahu berapa diantara
mereka yang sebenarnya tidak berhasil memasuki perguruan tinggi lain yang lebih
mereka prioritaskan. Bial kita tanyakan kepada murid-murid SMA sangat jarang
yang ingin menjadi guru.
Dalam penelitian tentang latar
belakang sosial mereka yang memilih profesi guru ternyata bahwa kebanyakan
berasal dari golongan rendah atau menengah seperti anak petani, pegawai rendah,
saudagar kecil, walaupun ini tidak berarti bahwa semua anak-anak golongan ini
akan memilih jabatan sebagai guru.
Dalam kenyataan dilihat bahwa
guru-guru menunjukan kepribadian tertentu sesuai dengan jabatannya.
Tak dapat disangkal kebanyakan guru
bekerja dengan penuh dedikasi dengan menunjukkan kesediaan yang tinggi untuk
berbakti kepada pendidikan anak dan masyarakat. Sekalipun guru tidak
menonjolkan upah financial ia juga manusia biasa yang harus menghidupi
keluarganya. Maka sudah selayaknya nasib guru dapat di perhatian pemeruntah dan
masyarakat.[13]
6)
Ketegangan Dalam Jabatan Guru
Latar belakang sosial-ekonomi
profesi seorang guru kebanyakan dari kalangan menengah bawah. Sulit kita
menemui atau masih sedikit data yang menyebutkan kalangan sosial ekonomi
menengah ke atas bersedia memilih bekerja sebagai guru. Profesi guru jelas
bukan profesi yang berkelas dengan gaji besar, bukan profesi yang enak dan
mengasyikan. Status ini penuh beban moral an sosial yang menuntut hidupnya
sesuai dengan apa yang di ajarkan, sesuai dengan apa yang di ucapkannya, baik
itu di dalam relasi sosialnya maupun di luar sekolah.
Menurut Nasution, profesi guru
memiliki ketegangan yang di sebabkan oleh beberapa hal berikut:
Tiap pekerjaan mengandung
aspek-aspek yang dapat menimbulkan ketegangan, apakah itu pekerjaan diplomat,
penerbang, sopir, dokter maupun guru. Ketegangan itu tidak hanya ditentukan
oleh sifat pekerjaan itu, tetapi juga bergantung pada orang yang melakukannya.
Gaji pekerja atau pegawai pada
umumnya tidak tinggi dibandingkan dengan
gaji orang di Negara-negara yang maju, atau dibandingkan dengan guru di
Malaysia dan singapyang maju, atau dibandingkan dengan guru di Malaysia dan
singapura. Guru-guru pada umumnya tidak begitu melibatkan diri dalam usaha
mencari uang, namun menginginkkan adanya jaminan ekonomis agar dapat menutupi
biaya kehidupan sehari-hari menurut keperluannya. Untuk mencari jaminan ini,
guru atau anggota keluarganya terpaksa mencari sumber-sumber financial lain.
Ini kemudain menimbulkan ketegangan di kalangan guru.
Mengenai status guru di dalam
masyarakat, dapat kita selidiki pendapat orang banyak. Guru banyak berasal dari
golongan rendah atau menengah rendah dan memandang jabatan sebgai guru sebagai
jalan untuk mendapatkan status yang lebih tinggi. Status guru yang tidak begitu
tinggi dalam mata masyarakat dan status yang tidak jelas bagi guru mungkin akan
mengecewakannya dan dapat mengganggu kestabilan kepribadiannya.[14]
Sumber ketegangan lain bagi guru
ialah otoritas guru untuk menghukum atau memberi penghargaan kepada murid.
Tidak selalu sama pendapat masyarakat apa yang harus dihargai atau di hukum
sehinngga menimbulkan ketegangan.
Ketegangan juga dapat ditimbulkan
oleh persoalan apakah pekerjaan guru dapat di akui sebagai profesi. Tanpa
melalui pendidikan keguruan, seorang dapat mengajar.
Hal yang tidak mungkin terjadi dalam
profesi dokter atau hukum. Diadakan akta IV/V dapat di pandang sebagai
pengakuan ats perlunya pendidikan khusus keguruan dapat mengajar dengan
tanggung jawab.
Sumber ketegangan juga terletak pada
pekerjaan guru di dalam kelas. Di situ diuji kemampuan dalam profesinya,
kesnggupannya untuk mengatur proses
belajar mengajar agar berhasil baik sehingga memuaskan bagi setiap murid.
Kesenjangan antara guru dan birokrat,
yang memperoleh tunjangan structural yang kini naik melangit disertai berbagai
fasilitas lainnya.
Kesenjangan antara guru dan dosen.
Ketika dosen sudah lam mendapat tunjangan fungsional, guru hanya sekedar
mendapat apa yang disebut tunjangan tenaga pendidikan.
Kesenjangan guru menurut jenjang
pendidikan, misalnya anatara guru SD, dan guru SLTP dan SLTA, yang di masa lalu
berada di lingkungan pengelolaan yang berbeda.
Kesenjangan antara guru pegawai
negeri digaji oelh Negara dan pegawai swasta digaji oleh pihak swasta.
Kesenjangan tidak hanya dalm soal gaji tapi juga dalam hal perlakuan.
Kesenjangan antara guru pegawai
tetap dan guru pegawai tidak tetap atau honorer yang tidak seimbang dengan
tuntutan kerja.
Kesenjangan antara guru yang
bertugas di kota-kota dan dan guru yang bertugas di wilayah pedesaan atau
daerah terpencil, terutama dalam hal pendapatan, kesempatan melanjutkan studi,
kesempatan mengikuti perkembangan, and tugas yang lebih berat.[15]
7)
Gangguan dan Fisik Mental Guru
Menurut laporan di suatu rumah sakit
di USA presentase tertinggi yang dirawat adalah guru. Mungkin guru yang paling
banyak mengalami gangguan mental, atau guru paling banyak pergi ke ahli jiwa
bila ada sedikit gangguan mental yang dialaminya. Menurut penelitian Hicks
17,5% dari sampel guru yakni 20% wanita dan 8% guru pria cepat “nervous” atau
gugup diukur dengan kuesioner yang menunjukkan kondisi neurotic.[16]
Berdasarkan penelitian itu dapat
dibuktikan adanya guru yang mengalami gangguan mental, bahwa ada diantaranya
memerlukan perawatan psikiater. Akan tetapi penelitian itu tidak menunjukkan
apakah gangguan mental itu lebih banyak di kalangan guru dibandingkan dengan
profesi lain. Juga tidak diketahui apakah gangguan mental itu telah ada pada
calon guru, nyata atau laten, sebelumnya ia melakukan profesinya ataukah
gangguan iru mental itu timbul sebagai akibat pekerjaannya sebagai guru.
Selanjutnya tidak diketahuai sampai
mana gangguan mental itu merugikan murid dan proses belajar-mengajar.
C.
Kepribadian Guru Dalam Persdektif
Islam
Seorang
guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab
untuk membimbing”.(Ramayulis,1982:42) Pendidik tidak sama dengan pengajar,
sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid.
Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia
berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang
diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab
menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk
kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi. (Ramayulis, 1998:36)
Untuk
menjadi seorang pendidik yang baik, Imam Al-Ghazali menetapkan beberapa
kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Tulisan berikut ini merupakan
kutipan yang diambil oleh penulis dari buku Abuddin Nata (2000:95-99) ketika
menjelaskan kriteria guru yang baik dari kitab Ihyaa Ulumuddin yang merupakan
karya monumental Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Sengaja kutipan di
bawah ini diberi sedikit komentar untuk lebih memperjelas maksud yang hendak
disampaikan.
Al-Ghazali
berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang
selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat
fisiknya Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu
pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi
contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat
melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.[17]
·
Sifat-Sifat Guru Yang Baik Dalam Islam
Selain
sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas,
seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu
sebagai berikut :
Ø Pertama,
Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka
sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini
dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa
tenteram pada diri murid terhadap gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat
menciptakan situasi yang mendorong murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan
oleh seorang guru.
Ø Kedua,
karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orang alim
(berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya
mengajarnya itu.Seorang guru harus meniru Rasulullah SAW.yang mengajar ilmu
hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar itu ia dapat bertaqarrub kepada
Allah. Demikian pula seorang guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh
muridnya, melainkan sebaliknya ia harus berterima kasih kepada muridnya atau
memberi imbalan kepada muridnya apabila ia berhasil membina mental dan jiwa.
Murid telah memberi peluang kepada guru untuk dekat pada Allah SWT.Namun hal
ini bisa terjadi jika antara guru dan murid berada dalam satu tempat, ilmu yang
diajarkan terbatas pada ilmu-ilmu yang sederhana, tanpa memerlukan tempat
khusus, sarana dan lain sebagainya. Namun jika guru yang mengajar harus datang
dari tempat yang jauh, segala sarana yang mendukung pengajaran harus diberi
dengan dana yang besar, serta faktor-faktor lainnya harus diupayakan dengan
dana yang tidak sedikit, maka akan sulit dilakukan kegiatan pengajaran apabila
gurunya tidak diberikan imbalan kesejahteraan yang memadai.
Ø Ketiga,
seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan penyuluh
yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya.Ia tidak boleh membiarkan
muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran
yang sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan
kepada muridnya bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada
Allah SWT,.Dan bukan untuk mengejar pangkat, status dan hal-hal yang bersifat
keduniaan.Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan dan
pertengkaran dengan sesama guru lainnya.[18]
Ø Keempat,
dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik,
halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam
hubungan ini seorang guru hendaknya jangan mengekspose atau menyebarluaskan
kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak murid
yang memiliki jiwa yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi gurunya. Dan
jika keadaan ini terjadi dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi
terlaksananya pengajaran yang baik.
Ø Kelima,
seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik
di hadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap
toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Seorang guru hendaknya tidak
mencela ilmu-ilmu yang bukan keahliannnya atau spesialisasinya.Kebiasaan
seorang guru yang mencela guru ilmu fiqih dan guru ilmu fiqih mencela guru
hadis dan tafsir, adalah guru yang tidak baik. (Al-Ghazali, t.th:50).
Ø Keenam,
seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan
potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya sesuai
dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Dalam hubungan ini,
Al-Ghazali menasehatkan agar guru membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan
batas kemampuan pemahaman muridnya, dan ia sepantasnya tidak memberikan
pelajaran yang tidak dapat dijangkau oleh akal muridnya, karena hal itu dapat
menimbulkan rasa antipati atau merusak akal muridnya. (Al-Ghazali, t.th:51)
Ø Ketujuh,
seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di samping memahami
perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat,
tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya.Kepada
murid yang kemampuannya kurang, hendaknya seorang guru jangan mengajarkan
hal-hal yang rumit sekalipun guru itu menguasainya.Jika hal ini tidak dilakukan
oleh guru, maka dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada guru, gelisah dan
ragu-ragu.[19]
Ø Kedelapan,
seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang
diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa.Dalam
hubungan ini Al-Ghazali mengingatkan agar seorang guru jangan sekali-kali
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang dikemukakannya.
Sebaliknya jika hal itu dilakukan akan menyebabkan seorang guru kehilangan
wibawanya. Ia akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan yang pada gilirannya
akan menyebabkan ia kehilangan kemampuan dalam mengatur murid-muridnya. Ia
tidak akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada murid-muridnya.
Dari
delapan sifat guru yang baik sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwa
sebagiannya masih ada yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru
yang mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian
berikutnya sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia,
kejiwaan dan kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan
cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi panutan dan teladan adalah
sifat-sifat yang tetap sejalan dengan tuntutan masyarakat modern.
·
Tantangan
Guru PAI Di Era Globalisasi
Globalisasi
telah merubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan
sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari arus
globalisasi.Tugar dan peran guru PAI dari hari ke hari semakin berat, seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai guru PAI tentu akan
semakin berat dalam menghadapi perkembangan globalisasi yang semakin pesat
karena dalam perkembangan itu berdampak pada pergeseran nilai-nilai, sehingga
sebagai guru PAI harus mampu mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai Islam
di tengah arus globalisasi yang pesat, diantara tantangan guru PAI dalam
menghadapi arus globalisasi sebagai berikut:[20]
1. Krisis
Moral
Akibat
pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada
dalam kehidupan masyarakat.Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung
tinggi moralitas kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan
globalisasi. Di kalangan remaja begitu terasa akan pengaruh iptek dan
globalisasi. Pengaruh hiburan baik cetak maupun elektronik yang menjurus pada
hal-hal pornografi telah menjadikan remaja tergoda dengan kehidupan yang
menjurus pada pergaulan bebas dan materialism.
2. Krisis
Sosial
Seperti
kriminalitas, kekerasan, pengangguran dan kemiskinan yang terjadi dalam
masyarakat.Akibat perkembangan industry dan kapitalisme maka muncul
masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.Tidak semua lapisan masyarakat
bisa mengikuti dan menikmati dunia industry dan kapitalisme. Mereka yang lemah
secara pendidikan, akses dan ekonomi akan menjadi ganasnya industrialism dan
kapitalisme. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang formal dan sudah mendapat
kepercayaan dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta didik yang siap
hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun.Dunia pendidikan harus menjadi
solusi dari suatu masalah sosial bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari
masalah sosial tersebut.
3. Adanya
perdagangan bebas
Kondisi
di atas membutuhkan kesiapan yang matang dan terutama dari segi kualitas sumber
daya manusia.Dibutuhkan SDM yang andal dan unggul yang bersiap bersaing dengan
bangsa-bangsa lain di dunia.Dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting dan
strategis dalam menciptakan SDM yang digambarkan di atas.Oleh karena itu,
dibutuhkan guru yang visioner, kompeten dan berdedikasi tinggi sehingga mampu
membekali peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam
kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.
4. Perkembangan
iptek
Perkembangan
iptek yang cepat dan mendasar mendorong guru harus bisa menyesuaikan diri
dengan responsive, arif, dan bijaksana.Responsif artinya guru harus bisa
menguasai dengan baik produk iptek, terutama yang berkaitan dengan dunia
pendidikan, seperti pembelajaran dengan menggunakan multimedia.[21]
D.
Pengertian
Motivasi
Banyak
sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjukan mengapa
seseorang itu berbuat sesuatu10.Motif dan motivasi berkaitan erat dengan
penghayatan suatu kebutuhan.Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Berawal
dari pendekatan kata “motif” tersebut dapat ditarik persamaan bahwa keduanya
menyatakan suatu kehendak yang melatarbelakangi perbuatan. Banyak para ahli
yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Mc.
Donald yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan, motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
2. Tabrani
Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
3. Heinz
Kock memberikan pengertian, motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk
melakukan sesuatu.
4. Dr.
Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah
umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan
atau dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong
individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya
tujuan yang diharapkan.[22]
5. Gleitman
dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat, bahwa motivasi berarti
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah15.
Dari
berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat
dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan
sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dalam
pembahasan skripsi yang penulis maksudkan adalah motivasi dalam belajar. Oleh
karena itu sebelum menguraikan apa itu motivasi belajar terlebih dahulu
diuraikan tentang belajar.
Belajar
adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Untuk
lebih jelas penulis akan kemukakan pendapat para ahli:
1. Sumadi Soerya Brata
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah membawa perubahan yang
mana perubahan itu mendapatkan kecakapan baru yang dikarenakan dengan usaha
atau disengaja.
2. L. Crow dan A. Crow,
berpendapat bahwa pelajaran adalah perubahan dalam respon tingkah laku (seperti
inovasi, eliminasi atau modifikasi respon, yang mengandung setara dengan
ketetapan) yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh pengalaman.
“pengalaman” yang serupa itu terutama yang sadar, namun kadang-kadang
mengandung komponen penting yang tidak sadar, seperti biasa yang terdapat dalam
belajar gerak ataupun dalam reaksinya terhadap perangsang-perangsang yang tidak
teratur, termasuk perubahan-perubahan tingkah laku suasana emosional, namun
yang lebih lazim ialah perubahan yang berhubungan dengan bertambahnya
pengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak, tidak termasuk perubahan-perubahan
fisiologis seperti keletihan atau halangan atau tidak fungsinya indera untuk
sementara setelah berlangsungnya pasangan-pasangan yang terus menerus.
Adapun
pengertian menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut Oemar Hamalik
(2005:106), adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[23]
Motivasi
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapainya.Disini motivasi adalah sangat penting, motivasi merupakan konsep
yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Apabila terdapat dua anak yang
memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk
mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan
lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Motivasi menentukan
tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa.Belajar tanpa motivasi
sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Oemar Hamalik, 2005:108).
Hal
ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar,
maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun
begitu, hal itu kadang-kadang menjadi masalah karena motivasi bukanlah suatu
kondisi. Apabila motivasi anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa prestasi
yang bersangkutan akan rendah dan besar kemungkinan ia tidak akan mencapai
tujuan belajar. Bila hal ini tidak diperhatikan, tidak dibantu, siswa gagal
dalam belajar. (Catharina, 2004:112).
Pada
kenyataannya motif setiap orang dalam belajar dapat berbeda satu sama lain. Ada
siswa yang rajin belajar karena ingin menambah ilmu pengetahuan, adapula siswa
yang belajar karena takut dimarahi oleh orang tua.Adanya perbedaan motivasi
tersebut dipengaruhi oleh motivasi instrinsik yang muncul dalam diri sendiri
tanpa dipengaruhi oleh sesuatu diluar dirinya.
Dan
motivasi ekstrinsik yang muncul dalam diri seseorang karena adanya pengaruh
dari luar seperti: guru, orang tua dan lingkungan sekitar. Seseorang yang
motivasinya besar akan menampakkan minat, perhatian, konsentrasi penuh,
ketekunan tinggi, serta berorientasi pada prestasi tanpa mengenal perasaan
bosan, jenuh apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang rendah motivasinya akan
terlihat acuh tak acuh, cepat bosan, mudah putus asa dan berusaha menghindar
dari kegiatan. Dalam kaitannya dengan kegiatan, motivasi erat hubungannya dengan
aktualisasi diri sehingga motivasi yang paling mewarnai kebutuhan siswa dalam
belajar adalah motivasi belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi.[24]
2. Menurut Pintrich,Kata
motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi
menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap
melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini
berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan
berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha,
berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.
3. Menurut Santrock,
motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007).
4. Menurut Sadirman ,Dalam
kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
5. Brophy (2004) menyatakan
bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan
siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta
mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang
memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan,
membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi
belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan
yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi,
mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Siswa
yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut
memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi
belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai
tujuan belajar tersebut.
6. Menurut Natawidjaya,Istilah
motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk
bereaksi dalam berbagai situasi. Sedangkan menurut Rochman Natawidjaya
(1979:78) menyatakan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku, yang mengatur tingkah laku atau perbuatan
untuk memuaskan kebutuhan atau menjadi tujuan.[25]
E.
Jenis-jenis
motivasi belajar
Motif
asi yang mendasari tingkah laku manusia banyak jenisnya dan dapat digolongkan
berdasarkan latar belakang perkembangannya, motif dapat dibagi menjadi dua
yaitu motif primer dan sekunder. 1.) Motif primer adalah motif bawaan, tidak
dipelajari. Motif ini timbul akibat proses kimiawi fisiologik yang terdapat
pada setiap orang. 2.) Motif sekunder adalah motif yang diperoleh dari belajar
melalui pengalaman. Motif sekunder ini, oleh beberapa ahli disebut juga motif
sosial.Lidgren menyatakan bahwa motif sosial adalah motif yang dipelajari dan
bahwa lingkungan individu memegang peranan yang penting (Darsono, 2000:62).
Menurut
Bimo Walgito (2003:224) menyatakan bahwa motif dibagi menjadi dua yaitu motif
fisiologis dan motif sosial. 1.) Motif fisiologis adalah dorongan yang
berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai
mahluh hidup. Seperti ketika lapar ada dorongan untuk makan, haus ada dorongan
untuk minum.Karena itu motif ini sering disebut sebagai motif dasar (basic
motives) atau motif primer (primery motives). 2.) Motif sosial adalah motif yang
mempelajari dalam kelompok sosial (social group). McClelland (lin. Morgan,
dkk., 1984) berpendapat bahwa motif sosial itu dapat dibedakan dalam (1) motif
berprestasi (achievement motivation), (2) motif kebutuhan afiliasi (need for
affiliation), (3) motif kebutuhan berkuasa (need for power.
Adapun
macam-macam motivasi dalam pembelajaran yang dikemukakan para ahli adalah
sebagai berikut :
·
Motivasi Intrinsik
Menurut
Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.Sejalan dengan
pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa
motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang.
Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi
yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang
lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri
seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar.
·
Motivasi Ekstrinsik
Menurut
A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al
(2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya
terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu
sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan
atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau
melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh
dari luar.[26]
Motivasi Dalam
Belajar
Menurut
pendapat aliran Skolastik belajar adalah mengulang-ulang bahan yang harus
dipelajari (Sumadi Suryabrata,1984:244). Sedangkan menurut Oemar Hamalik
(2005:36) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman.
Belajar
adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik
dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun sikap.Agar kegiataan ini terwujud,
harus ada motivasi, yang disebut motivasi belajar (Max Darsono, 2000:64).
Didalam
kehidupan sehari-hari, kebanyakan motif dan motivasi itu dipelajari, termasuk
dalam motivasi belajar.Oleh karena itu motivasi dapat timbul tenggelam atau
berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor faktor ini perlu
diketahui, terutama oleh guru, agar dapat memelihara dan memperkuat faktor yang
meningkatkan motivasi belajar, dan menghindari factor yang melemahkan motivasi belajar.[27]
Fungsi Motivasi Dalam
Belajar
Dengan
mantapnya disiang bolong, si abang becak mendayung becak untuk mengankut
penumpangnya, demi mencari makan untuk anak istrinya.Dengan teguhnya anggota
ABRI itu melintasi sungai dengan meniti tambang.Berjam-jam tanpa mengenal lelah
para pemain sepak bola itu berlatih untuk menghadapi babak kualifikasi pra
piala dunia. Para pelajar mengurung dirinya dalam kamar untuk belajar, karena
akan menghadapi ujian pada pagi harinya. Serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu atau yang
secara umum dinamakan motivasi.Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Begitu
juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an
essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada
motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula
pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa.
Perlu
ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan.Seperti disinggung di
atas, bahwa walaupun di saat siang bolong si abang becak itu juga menarik
becaknya Karena bertujuan untuk mendapatkan uang demi menghidupi anak istrinya.
Juga para pemain sepak bola rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena
mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan yang akan
dilakukannya. Dengan demikian, motivasi mempengaruhi adanya kegiatan.
Sehubungan
dengan hal tersebut ada 3 fungsi motivasi :
1. Mendorong
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energy. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
2. Menentukan
arah perbuatan, yakni dengan kearah tujuan yang hendak di capai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.[28]
3. Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan – perbuatan apa yang harus dikerjakan,
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang
tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping
itu, ada juga fungsi – fungsi lain. Motivasi dapat sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi.Seorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang
baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
Unsur – unsur
yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut
Max Darsono menyatakan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:
a) Cita-cita
atau Aspirasi
Cita-cita
disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target
ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang
ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.
Yang
dimaksud dengan cita-cita atau aspirasi di sini ialah tujuan yang ditetapkan
dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang (W.S. Winkel, 1989:
9)
Aspirasi
ini dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif.Siswa yang mempunyai
aspirasi positif adalah siswa yang menunjukkan hasratnya untuk memperoleh
keberhasilan.Sebaliknya siswa yang mempunyai aspirasi negatif adalah siswa yang
menunjukkan keinginan atau hasrat menghindari kegagalan.
Dalam
beraspirasi siswa menentukan target atau disebut juga taraf aspirasi, yaitu
taraf kebersilan yang ditentukan sendiri oleh siswa dan ia mengharapkan dapat
mencapainya. Taraf aspirasi atau taraf keberhasilan ini dapat dipakai sebagai
ukuran untuk menentukaan apakah siswa mencapai sukses atau tidak.[29]
b.
Kamampuan
Belajar
Dalam
belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek
psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, ingatan, daya
pikir, fantasi.
Orang
belajar dimulai dengan mengamati bahan yang dipelajari.Pengamatan dilakukan
dengan mengfungsikan panca indera. Makin baik pengamatan seseorang, makin jelas
tanggapan yang terekam dalam dirinya, dan makin mudah merepoduksi atau
mengingat apa yang mengolahnya dengan berpikir, sehingga memperoleh sesuatu
yang baru. Daya fantasi juga sangat berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Jadi
siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih bermotivasi dalam
belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses, sehingga
kesuksesan ini memperkuat motivasinya
c.
Kondisi
Siswa
Siswa
adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan psikofisik.Jadi kondisi siswa
yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik, dan
kondisi psikologis.Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik,
karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi
psikologisnya.Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk akibat begadang
atau siswa yang dimarahi orang tuanya dan terbawa ke sekolah akan mengurangi
bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa.
d.
Kondisi
Lingkungan
Kondisi
lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa.Lingkungan
siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya, ada tiga, yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru harus berusaha mengelola
kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan diri secara
menarik, dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam balajar.[30]
Lingkungan
fisik sekolah, sarana dan prasarana, perlu ditata dan dikelola, supaya
menyenangkan dan membuat siswa betah belajar.Kecuali kebutuhan siswa terhadap
sarana dan prasarana, kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat
perhatian.Kebutuhan rasa aman misalnya, sangat mempengaruhi motivasi belajar
siswa.Kebutuhan berprestasi, dihargai, diakui, merupakan contoh-contoh
kebutuhan psikologis yang harus terpenuhi, agar motivasi belajar timbul dan
dapat dipertahankan
e.
Unsur-unsur
Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur
dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses
belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang22 kadang lemah dan bahkan
hilang sama sekali. Khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya
kondisional.Misalnya keadaan emosional siswa, gairah belajar, situasi dalam
keluarga. [31]
f.
Upaya
Guru Membelajarkan Siswa
Upaya
yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik
perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa.
Bila
upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa,
maka diharapkan upaya tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.Bila
upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik
tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain
motivasi belajar siswa melemah atau hilang.
Prinsip-prinsip
Motivasi Belajar
Menurut
Kenneth H Hoover (dalam Hamalik, 2009: 114), mengemukakan bahwa prinsip-prinsip
motivasi belajar sebagai berikut.
Pujian
lebih efektif daripada hukuman.Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan,
sedangkan pujian bersifat menghargai yang telah dilakukan.
Para
siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat
kepuasan.Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud dalam bentuk yang berbeda-beda.Siswa
yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan
belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
Motivasi
yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang
berasal dari luar.
Tingkah
laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan
penguatan (reinforcement).Penguatan perlu dilakukan pada setiap tingkat
pengalaman belajar.
Motivasi
mudah menjalar kepada orang lain. Guru yang berminat dan antusias dapat
mempengaruhi siswa, sehingga berminat dan antusias pula, yang pada gilirannya
akan mendorong motivasi rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.
Pemahaman
yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar. Apabila
siswa telah menyadari tujuan belajar dan pembelajaran yang hendak dicapainya,
maka perbuatan belajar kearah tujuan tersebut akan meningkat, karena daya
dorongnya menjadi lebih besar.
Tugas-tugas
yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk
melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar.
Ganjaran
yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk
merangsang minat belajar.Dorongan berupa pujian, penghargaan, oleh guru
terhadap keberhasilan siswa dalam belajar dapat merangsang minat dan motivasi
belajar yang lebih efektif.
Teknik
dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara minat
siswa.Strategi pembelajaran yang bervariasi dapat menciptakan suasana yang
menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih mendorong motivasi belajar.
Minat
khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang tergolong pandai,
karena adanya perbedaan tingkat kemampuan.
Kecemasan
dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi
lebih baik.Keadaan emosi yang lemah dapat mendorong perbuatan yang lebih
energik.[32]
Kecemasan
yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan mengganggu perbuatan
belajar siswa karena perhatiannya terarah pada hal lain.
Upaya-upaya meningkatkan motivasi belajar adalah sebagai berikut :
Seperti
diketahui, motivasi belajar siswa tidak sama kuatnya. Pada siswa yang
motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung
pada faktor di luar dirinya.Sebaliknya dengan siswa yang motivasinya belajarnya
bersifat ekstrinsik.Kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di
luar dirinya.Namun demikan, di dalam kenyataan, motivasi ekstrinsik inilah yang
banyak terjadi, lebih-lebih pada anak-anak dan remaja.Oleh karena itu, upaya
menimbulkan dan meningkatkan motivasi belajar, khususnya oleh guru, merupakan
suatu hal yang perlu dan wajar.
Beberapa
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai
berikut:
1. Mengoptimalkan
penerapan prinsip-prinsip belajar.
2. Mengoptimalkan
unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
3. Mengoptimalkan
pemanfaatan pengalaman atau kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa.
4. Mengembangkan
cita-cita atau aspirasi siswa.[33]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidik
tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan
materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh
seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai
materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya
bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga
membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
Al-Ghazali
berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang
selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat
fisiknya Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu
pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi
contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat
melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Kepribadian
guru dapat mempengaruhi suasana kelas atau sekolah baik kebebasan yang
dinikmati anak dalam mengeluarkan buah pikiran, dan mengembangkan
kreatifitasnya ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dalam
pengembangan pribadinya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan
melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan
kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus
mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran
agama.
Guru
sebagai pengajar dan pendidik mengemban tugas dan tanggung jawab yang
beratdalam membina potensi siswa. Oleh karena itu guru dituntut harus memiliki
kepribadian yang baik dan positip didalam menyajikan bahan pelajaran yang
diembannya kepada siswa, disamping juga harus menguasai bidang pokok ilmu yang
diperoleh .
Kepribadian
guru tidak hanya menjadi dasar bagi guru untuyk berprilaku, tetapi juga menjadi
modal keteladanan bagi peserta anak didik.
Tidak
semua pelajaran menarik bagi siswa maka sangat diperlukan kecakapan guru dalam
menyajikan bahan pelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Guru
sebagi tenaga Pendidik dan Pengajar harus bertekad untuk mencintai anak didik,
meningkatkan kecakapan-kecakapan profesinya dengan mengikuti seminr, diklat,
workshop atau lain sebagainya yang sesuai dan selanjutnya bersikap demokratis
didalam pergaulan dengan siswa.
Kewibawaan
yang muncul dari seorang guru didapat dari pengalaman dan penegakkan disiplin
yang diawali dari dalam diri sendiri dan tugas yang dilaksanakan adalah atas
dasar keikhlasan dan dengan dasar kepercayaan yang penuh dan bertanggung jawab.
Faktor-faktor
pengembangan diri seorang guru
-
Faktor Bawaan
Unsur
bawaan genetic ( ciri fisik : warna
kulit, mata, rambut ) dan kecenderungan dasar ( kepekaan, bakat, potensi diri /
IQ )
-
Faktor Lingkungan
Lingkungan
sekolah, social / budaya ( seperti : teman, guru ) dan perluasan wawasan (
karena : pendidikan formal / informal, perjalanan / pergaulan )
-
Interaksi antara bawaan
dan lingkungan
Interaksi
yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan
AKU / DIRIKU dalam diri seseorang.
Contoh : Anak yang sering dipukul maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis, kejam.
Contoh : Anak yang sering dipukul maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis, kejam.
Faktor-faktor
yang memperhambat pengembangan pribadi seorang guru :
-
Faktor yang berasal
dari diri sendiri :
1. Tidak
punya tujuan hidup yang jelas;
2. Individu
kurang termotivasi;
3. Ada
keengganan untuk menelaah diri sendiri ( takut menerima kenyataan karena
memiliki kekurangan / kelemahan );
4. Orang
yang usianya sudah tua tidak melihat bahwa kearifan dan kebijaksanaan bisa
dicapai;
5. Merasa
tidak ada tantangan;
6. Merasa
tidak mampu;
7. Sudah
merasa puas;
8. Merasa
tidak berharga.
-
Faktor penghambat yang
berasal dari lingkungan :
1. Sistem
yang dianut ( di lingkungan : pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal);
2. Tanggapan,
sikap atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan ( kebiasaan atau tradisi,
misalnya : isteri sebagai pengurus rumah tangga sulit berkembang dalam bidang
profesi yang diminati ).
Guru
merupakan pribadi yang dapat menjadi contoh bagi yang lain. Kompetensi
kepribadian guru itu terdiri atas:
·
Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
·
Menampilkan diri
sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan
masyarakat.
·
Menampilkan diri
sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
·
Menunjukkan etos kerja,
tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
·
Menjunjung tinggi kode
etik profesi guru.
Kriteria
guru ini penting dirumuskan karena peran pendidik yang fital. Pada proses
pembelajaran memposisikan guru berperan besar dan strategis, karena itu corakk
dan kualitas pendidikan Ilsam secara umum dapat diukur dengan melihat kualitas
pendidiknya. Secara umum, tugas pendidik menurut Islam ialah mengupayakan
perkembangan seluruh subyek didik. Guru bukan saja bertugas menstransfer ilmu
tetapi ia juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer pengetahuan
sekaligus nilai-nilai diantaranya yang terpenting adalah nilai-nilai ajaran
Islam.
Guru
memiliki kedudukan yang sangat terhormat, karena tanggung jawabnya yang berat
dan mulia. Sebagai guru ia dapat menentukan atau paling tidak mempengaruhi
kepribadian subyek didik. Bahkan guru yang baik bukan hanya mempengaruhi
individu, melainkan juga dapat mengangkat dan meluhurkan derajat suatu umat.
Allah memerintahkan suatu umat agar agar sebagian diantaranya yang berkenan
memperdalam ilmu dan menjadi guru (Q.S. 9: 122) untuk meningkatkan derajat diri
dan peradaban dunia, tidak semua bergerak ke medan perang.
Guru
membawa amanah ilahiyah untuk mencerdaskan kehidupan umat dan membawanya taat
ibadah dan berakhlak mulia. Karena tanggung jawabnya yang tinggi itu ia
dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu baik yang berkaitan dengan
kompetensiprofessional, pedagogik, sosial, dan kepribadian. Tentang keempat
kompetensi ini, UU guru dan Dosen dn pemerintah telah memberikan
rambu-rambunya.
Kemuliaan
tugas guru, Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi, memberikan syarat kriteria ideal yang
harus dimiliki oleh pendidik agar ia dapat menjadi guru yang baik, yaitu 19
Zuhud dan ikhlas, 2) bersih lahir dan batin, 3) pemaaf, sabar, dan mampu
mengendalikan diri, 4) bersifat kebapakan atau keibuan (dewasa), dan 5)
mengenal dan memahami peserta didik dengan baik (baik secara individual maupun kolektif).
Untuk itu, tidak mudah menjadi guru Muslim yang baik.Kepribadian guru harus
merupakan refleksi dari nilai-nilai Islam.
Didalam
kehidupan sehari-hari, kebanyakan motif dan motivasi itu dipelajari, termasuk
dalam motivasi belajar.Oleh karena itu motivasi dapat timbul tenggelam atau
berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor faktor ini perlu
diketahui, terutama oleh guru, agar dapat memelihara dan memperkuat faktor yang
meningkatkan motivasi belajar, dan menghindari factor yang melemahkan motivasi belajar.
Sedangkan
factor-faktor yang mendukung motivasi belajar diantaranya factor internal
contohnya : motivasi yang tumbuh dari dalam diri sendiri dan eksternal
contohnya : dari keluarga, lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut ada 3
fungsi motivasi,yaitu Mendorong manusia untuk berbuat, Menentukan arah perbuatan, dan Menyeleksi
perbuatan.
Proses
yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar ada dua, yaitu intrinsik dan
ekstrinsik. Bila kebutuhan intrinsik dan ekstrinsik terpenuhi, proses dan hasil
belajar bias dicapai sesuai dengan harapan. Cara belajar juga memiliki tiga
tipe, visual, auditori, dan kinestik. Bila kita mengetahui cara belajar yang
lebih kita gemari, kenyamanan dalam belajar mungkin akan didapat.
B.
Saran
Jadilah
guru yang benar-benar guru dan bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai
pendidik karena guru adalah orang yang digugu dan ditiru.Kemudian jadilah
pribadi yang baik dalam menunaikan tugas dan kewajibannya dalam mendidik
anak,disiplin dalam pekerjaannya,ikhlas dalam memberikan materi yang diajarkan
sehingga ilmu yang diajarkan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dengan
baik.Demikianlah makalah ini saya buat semoga dapat bermanfaat untuk yang
membacanya.Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon dimanfaakaan
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Abd.Batubara.Muhyi,Sosiologi Pendidika,Jakarta:Ciputat Press,2004.
Baharuddin,Pendidikan psikologi,Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2009.
Hasan,
S. Hamid,Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan
Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya ,2009
Joni.T. Raka,Pembelajaran
Terpadu,Jakarta:Dirjen
Dikti Bagian Proyek PPGSD,1996.
Kesuma Amir Dein,Pengantar Ilmu Pendidikan,Jakarta:Ciputat pres.1973.
Kunandar,Guru
Profesional,Jakarta:Raja Grafindo Persada,2007.
Mulyana,Kurikulum Berbasis Kompetensi,Bandung:Remaja Rosdakarya,2003.
Nasution.S,Sosiologi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara,2009.
Nurfuadi,Kepribadian
Guru,Yogyakarta:Grafindo Litera Media,2009.
Nurhadi,
Burhan Yasin, Agus Genad Senduk,Pendekatan
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang:Universitas negeri Malang,2004.
Rifa’i Muhammad,Sosiologi Pendidikan,Jogjakarta:Ar-Ruzzmedia,2011.
Ruswandi
Uus dan Badrudin,Pengembangan Kepribadian Guru,Bandung:Insan
Mandiri,2010.
Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,Jakarta:Raja Grafindo
Persada,1994
Trianto,Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik, Jakarta:Pustaka
Publisher,2009.
Waridjan,Tes Hasil Belajar Gaya Objektif,Semarang: KIP Semarang Press,1991.
Zakiyah Derajat,Kepribadian Guru,Jakarta:Bulan Bintang,1978.
http://satulagi.com/newz/prinsip-prinsip-motivasi-belajar
Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam
Motivasi Belajar.
http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/kepribadian.html.
[2] S. Nasution,Sosiologi Pendidikan, h.102
[4] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, h.104
[5]
Uus Ruswandi dan Badrudin, Pengembangan
Kepribadian Guru, (Bandung:
Insan Mandiri, 2010), h. 154
[10]
Baharuddin, Pendidikan psikologi, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2009), h. 119
[12]
http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/kepribadian.html
[13]
Darajat zakiyah, Kepribadian Guru, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1978), h.124
[14]
Darajat zakiyah, Kepribadian Guru, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1978), h.125
[17]Nurfuadi, Kepribadian Guru (Yogyakarta:
Grafindo Litera Media, 2009), h. 224
[22]
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 67
[24]
Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam Motivasi Belajar.
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar.html
[26]
Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam Motivasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar/.html.
[32]
Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam Motivasi Belajar.
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar.html
[33]
Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam Motivasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar.html
2 komentar
thank you
Sama-sama
Semoga bermanfaat,,,,,
EmoticonEmoticon