Senin, 06 Oktober 2014

Materi Kurikulum dalam Pendidikan Islam Beserta Domainnya

Bab I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pada makalah kali ini kita akan membahas tentang salah satu unsur proses pendidikan dalam islam  yang tak kalah penting, yaitu kurikulum.
       Pengertian kurikulum selama ini masih mengacuh pada konsep kurikulum Barat. Para pakar pendidikan  Islam  belum ada yang menulis kurikulum dengan rinci dan sistematis seperti para penulis Barat. Bukan berarti para ahli pendidikan Islam tidak memiliki wawasan sama sekali tentang kurikulum.
       Perbincangan kita tentang materi kurikulum dalam pendidikan islam akan mengandung pentingnya kurikulum ini bagi masyarakat atau negara dan bagi ibu bapak, kanak-kanak dan pelajar-pelajar itu sendiri; ciri-ciri umum bagi materi kurikulum dalam pendidikan islam; prisip-prinsip pendidikan umum yang menjadi dasar kurikulum dalam pendidikan islam; dasar-dasar umum bagi kurikulum, tujuan-tujuan dan maksud umum yang ingin di capai oleh kurikulum pendidikan islam.
b. Rumusan Masalah                    
       Dari latar belakang diatas maka pemakalah menarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.  Bagaimanakah pengertian materi kurikulum dalam islam?
2. Apakah yang menjadi ciri-ciri umum dalam materi kurikulum pendidikan islam?
3. Apakah prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum dalam pendidikan islam?
                                      

Bab II
Pembahasan
Materi Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Beserta Domainnya
A. Pengertian Materi Kurikulum dalam Pendidikan Islam
        Sebagimana kita ketahui ajaran pokok Islam  meliputi: Masalah aqidah (keimanan), Syari’ah  (keislaman) dan akhlak (ihsan). adapun tentang pengertian “kurikulum” dalam pendidikan Islam, maka jika kembali kepada kamus-kamus bahasa Arab, maka kita dapati kata-kata “manhaj” (kurikulum) bermakna jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya.[1]
       Dalam bidang pendidikan sendiri, “kurikulum” dimaksudkan sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.
       Sekalipun pengertian dari segi bahasa terhadap kata “kurikulum” dapat mengandung dan sejalan dengan  kurikulum yang paling baru; dan sekalipun kita tidak menemukan, dalam kitab-kitab karangan pendidik Islam dahulu yang dapat membatasi pengertian pendidikan bagi “manhaj” (kurikulum) dan menentukan berbagai seginya; sekalipun pendidik-pendidik Islam berbeda mengikuti luas kesadaran dan pengamatan pendidikan mereka dan mengikuti derajat kebebasan pemikiran pendidikannya; sekalipun dunia islam berbeda mengikuti alam-sekitar, bangsa-bangsa, derajat perkembangan, kemajuan dan kebangkitannya walaupun dalam suatu periode sejarah tertentu, tetapi keadaan dan amalan-amalan yang berlaku pada pengajaran di dunia Islam pada zaman-zaman terakhir, yaitu zaman kemunduran ilmiah, kebudayaan, sosial, serta kelemahan ekonomi dan politik. Seperti tergambar dalam bku-buku yang dikarang pada zaman, merupakan referns-referens yang diakui dalam pengajaran.    
       Pengertian yang sempit terhadap materi kurikulum pada zaman itu terbatas pada maklumat-maklumat dan pengetahuan-pengetahuan yang dikemukakan oleh guru atau sekolah atau institusi pendidikan, dalam bentuk matapelajaran yang terbatas atau dalam bentuk kitab-kitab sekolah tradisional tradisional tertentu dari berbagai buku peninggalan, lama-lama dikaji oleh murid-murid dalm tiap tahap pendidikanya.
       Materi Kurikulum pada sebagian besar dunia islam pada periode terakhir dalam sejarahnya sebelum berkenalan dengan konsep pendidikan modern, terdiri dari beberapa buku tradisional, pada tiap cabang atau seni yang ingin di kaji, yang bertahap-tahap derajat kesukarannya dan luasnya sesuai tahap pelajaran murid-murid.[2]
B. Ciri- ciri umum kurikulum dalam pendidikan Islam
       Tiap jenis kurikulum mempunyai ciri/karakteristik termasuk pendidikan agama Islam. di antara ciri-ciri umum materi kurikulum pada pendidikan islam, berdasar pada apa-apa tang telah kita sebutkan, dapat disebutkan secara ringkas sebagai berikut:
       Ciri pertama:  menonjolnya tujuan agama dan akhlak pada berbagi tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat dan tekniknya becorak agama. Segala yang diajarkan dan diamalkan dalam lingkunan agama, akhlak, berdasar pada Al-qur’an. Sunnah, dan peninggalan orang-orang terdahulu yang saleh. Diantara bukti-bukti yang menunjukan ke arah itu adalah firman Allah SWT pada permulaan surah al-alaq:
“ bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan……(Al-alaq:1)”
       Maka bacaan yang menjadi permulaan menintut ilmu dan merupakan jalannya dan juga sebagai tanda yang menunjukan kepadanya, haruslah dengan nama pencipta dan dalam rangka ajaran-ajaran agamanya. Tidak boleh dengan hawa nafsu, dengki, fanatisma warna kulit dan darah.
       Ciri kedua: meluasnnya perhatian dan menyeluruhnya kandungn-kandungannya. Materi kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran-ajarannya adalah materi kurikulum yang luas dan menyeluruh dalam perhatian dan kandungannya.
Disamping menaruh perhatian kepada pengembangan dan bimbingan terhadap aspek spiritual, dan pembinaan aqidah yang betul padanya, menguatkan hubungan dengan Tuhannya, mengahaluskan akhlaknya, melalui kajian terhadap ilmu agama, latihan spiritual dan mengamalkan syiar-syia agama danakhlak Islam. 
       Ciri ketiga: tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam, mengacu pada kesatuan Islam, dan selaras dengan integrasi psikologis yang telah Allah ciptakan untuk m,anusia serta selaras dengan kesatuan pengalaman yang hendak diberikan kepada anak didik, baik yang berhubungan dengan sunnah, kaidah, sisitem maupun realitas alam, sehungga terjalin hubungan yang harmonis antara berbagi bidang ilmu.[3]
       Ciri keempat: harus mewujudkan tujuan pendidikan Islam, yaitu memurnikan ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah. Materi kurikulumyang disusun harus menjadi landasan kebangkitan Islam, baik dalam aspek intelektual, pengalaman, fisikal, maupun sosial.
       Ciri kelima: memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras  dengan fitrah manusia serta bertujuan untuk menyucikan manusia sebagaimana diisyaratkan hadis qudsi berikut ini:
“hanba-hamba-Ku diciptakan dengan kecenderungan (pada kebenaran). Lalu setan menyesatkan mereka.”
       Ciri keenam: memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang bersifat aktivitas langsung seperti; berjihad, dakwah Islam, serta pembangunan masyarakat muslim dalam lingkungan persekolahan sehingga kegiatan ini dapat mewujudkan seluruh rukun Islam dan syiarnya, metode pendidikan dan pengajarannya, seta etika dalam kehidupan sisiwa secara individu dan sosial.
       Pada dasarnya, pendidikan dan peradaban Islam tidak mengenal ilmu yang berkotak-kotak. Bagaimanapun Islam merupakan kesatuan yang tidak dapt dipisah-pisah sehingga islam menganggap seluruh ilmu yang bersumber darinya senantiasa berfungsi untuk menjelaskan dan memelihara syri’at Islam.
       Dengan demikian bagaimanapun jenis materi kurikulum yang digunakan, dalam kegiatan belajar mengajar yang terpenting adalah dalam pelaksanaan dan keberhasilannya kurikulum tersebut disempurnakan atau dilengkapi dengan berbagai aktivitas walupun hanya berperan sebagai pelengkap. Dalam pengertian, aktivitas diluar proses belajar mengajar formal harus ditetapkan juga secara tertulis, terutama jika proses belajar mengajar atau materi kurikulum menghendaki itu.
C. Prinsip umum yang menjadi dasar dalam materi kurikulum pendidikan Islam
       Setelah kita perhatikan ciri-ciri yang telah lampau kita dapat memastikan prinsip-prinsip umum terpenting yang menjadi dasar kurikulum dalam pendidikan islam dan dasar-dasar serta sumber yang menjadi tumpuan kurikulum ini, begutu juga dengan tujuan-tujuan dan arahnya berdasar man kandungan itu disusun.[4]
       Tentang prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam. Maka yang terpenting adalah sebagai berikut:
1)      Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran ajaran dan nilai-nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan-kandungan, metode mengajar, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus berdasar pada agama dan akhlak Islam, harus teisi dengan jiwa agama islam, dan bertujuan untuk membentuk pribadi yang mukmin, kemauan yang baik, dan hati murni yang selalu waspada. Prinsip ini wajib dipelihara bukan hanya pada ilmu-ilmu syariat dan pengajian islam, tetapi pada segala yang terkandung oleh kurikulum termasuk ilmu-ilmu akal, fisik, profesional dan segala mabamkegiatan dan pengalaman, sebab semuanya harus berjalan dalam rangka agama dan akhlak serta berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan spiritual dan akhlak.
2)      Prinsip kedua adalah prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum. Kalau tujuan-tujuannya harus meliputi segala aspek pribadi pelajar, maka kandungan-kandungannya harus juga meliputi segala yang berguna untuk membina pribadi pelajar yang berpadu dan membina akidah, akal, dan jasmaninya, begitu juga yang berguna bagi masyarakat dalam perkembangan spritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik, termasuk ilmu-ilmu agama, bahasa, kemanusiaan, fisik, praktis, profesional, dan seni rupa.
3)      Prinsip yang ketiga adalah keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum. Kalau ia memberi perhatian besar pada perkembangan aspek spritual, maka tidak boleh aspek spritual melampaui aspek-aspek penting yang lain, atau dengan kata lain harus ada batasan.
4)      Prinsip keempat adalah perkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan kebutuhan pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan sosial dimana pelajar itu hidup berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan, pengalaman, kemahiran dan sikapnya.[5]
5)      Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual diantara pelajar-pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan, dan masalahnya, dan juga memelihara perbedaan dan kelainan diantara alam sekitar dan masyarakat.
6)      Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan.  Metode mengajar pendidikan islam mencela keras sifat meniru secara membabi buta dan membeku pada yang kuno yang diwarisi dan mengikuti tanpa selidik. Islam menggalakan perkembangan yang membangun dan berguna perubahan yang progresif dan bermanfaat dan membolehkan sikap menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan.


7)      Prinsip ketujuh adalah pertautan antara mata pelajaran, pengalaman, dan aktivitas yang ada dalam kurikulum. Begitu juga dengan pertautan antara kandungan-kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid-murid, masyarakat, dan tuntutan zaman, dimana murid-murid itu berada.  
D. Tujuan yang ingin di capai oleh kurikulum pendidikan Islam
       Adapun tentang perkara yang berhubungan dengan tujuan-tujuan yang ingin di capai oleh kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu bagian dari proses pendidikan atau suatu unsur yang memberi sumbangan untuk mencapai perkembangan menyeluruh dan berpadu bagi pribadi pelajar, membuka tabir tentang bakat-bakat dan kesediannya dala mengembangkan minat, kecakapan, pengetahuan, kamahiran, dan sikap yang diingini. Menanamkan padanya akhlak dan sikap yang penting bagi kejayaan dalam hidup dan kemahiran asas dalam memperoleh pengetahuan; menyiapakan untuk memikul tanggungjawab dan peranan-peranan yang diharapkan dari padanya dalam masyarakatnya; dan mengembangkan kesadaran agama, budaya, pemikiran sosial, dan politik.[6]
       Di samping itu juga bertujuan untuk memberi sumbangan dalam perkembangan yang menyeluruh dan terpadu bagi masyarakat Islam, memperkuat pribadi Islam yang berdiri sendiri, memelihara budaya dan peninggalannya, serta mengembangakan dan membaharuinya terus-menerus; mencapai kemajuan, perubahan yang diinginkan, kesatuan, kekuatan, keteguhan, kemuliaan, dan kebebasan angota-angotanya.







Bab III
Penutup
a. Kesimpulan
       Islam adalah agama yang dibawah oleh Nabi Muhamad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia. Ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur’an, Hadits, serta akal. Islam sebagai agama tentunya mempunyai tujuan, ajaran pokok/materi, metode dan evaluasi.
Jadi, kurikulum dalam pendidikan Islam itu sangat penting guna menciptakan perubahan yang lebih baik kearah yang diinginkan.
b. Saran
       kita sebagai calon–calon pendidik maupun yang telah menjadi pendidik, marilah bersama-sama menerapkan materi kurikulum pendidikan Islam yang bermutu dan berkualitas tinggi. Bekerjasama dalam membangun pribadi-pribadi generasi muda yang baik dan berguna untuk nusa dan bangsa.
       Majulah generasi muda Islam Indonesia kibarkan panji-panji Islam di bumi kita nyiur melambai ini….!!!!!!!!!!!!







Daftar Pustaka
 Allman Kopp, Zufelt, Curriculum Development, Jakarta: Gramedia Asri Media, 1995.
Qurah Husein, Al-usul Atarrbawiya, Kaherah: Dar El-maaref, 1975.

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Adicita Karya Nusa, 2002.    
Herbert J. Klausmeir, Learning and teaching concepts, New York: Academic Press, 1980.
Sumantri Mulyani, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Proyek LPT, 1988.





[1] Husein Qurah, Al-usul Atarrbawiya, (Kaherah: Dar El-maaref, 1975) h.478
[2] Kopp Allaman, Curriculum Development, (Massachusetts: American Press, 1995) h. 475
[3] Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Adicita Karya Nusa, 2002) h.78
[4] J Herbert. Klausmeir, Learning and teaching concepts, ( New York: Academic Press, 1980) h. 89  
[5] Mulyani Sumantri, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Proyek LPT, 1988) h.68
[6] Oemar Malik, model-model pengembangan kurikulum, (Bandung: bumi Aksara, 1991) h.45


EmoticonEmoticon