Bab I
Pendahuluan
a.
Latar Belakang
Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan
Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Umumnya
menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah, yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan
bagi Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah disamping berdo'a kepada Allah,
atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar,
berdo'a dan sebagainya kepada selainNya.
Karena itu,
barangsiapa menyembah selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada
tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan
kezhaliman yang paling besar. Selanjutnya akan dijelaskan lebih jelas dalam
pembahasan berikut.
b.
Rumusan Masalah
-
Apa
balasan dari bersikap jujur?
-
Bagaimana
sifat syirik (menyekutukan Tuhan)?
-
Macam-macam
syirik.
Bab II
Pembahassan
1.
Orang yang jujur mendapat
pertolongan dari Allah SWT
A.
Pentingnya
Kejujuran
وَعَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ/ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ وصلى
الله عليه وسلم/ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ/ لِمَنْ تَرَكَ
الْمِرَاءَ/ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا/ وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ/ لِمَنْ
تَرَكَ الْكَذِبَ/ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا/ وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ/
لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ. (رواه أبو داود با ءسناد صيح)
Artinya:
“Abu Umamah Al-Bakhili r.a berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, “Saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surgai bagi orang yang baik budi pekertinya.”
“Abu Umamah Al-Bakhili r.a berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, “Saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surgai bagi orang yang baik budi pekertinya.”
Hadis ini menerangkan beberapa perilaku penting yang mendapatkan
jaminan surga dari Rasulullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga
perilaku ini harus diiringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan
Islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:
1)
Orang
yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantah adalah suatu pernyataan
dengan maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau
mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang
yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karena kebodohannya. Dan
yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia
berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.
Sebenarnya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebatannya dilandasi oleh keegoan masing-masing, bukan didasarkan pada keinginanterutama mencari kebenaran.
Sebenarnya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebatannya dilandasi oleh keegoan masing-masing, bukan didasarkan pada keinginanterutama mencari kebenaran.
Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam
setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan
membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut. Dengan
berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah dalam perdebatan tersebut,
melainkan menang di sisi Allah dan mendapatkan pahala yang besar.
Sebagaimana Nabi menyatakan bahwa dijamin surga baginya.
Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, seperti ketika berdebat dengan orang-orang kafir tentang aqidah, kita harus mempertahankan pendapat kita dengan menggunakan berbagai cara supaya mereka menyadari bahwa aqidah kita memang benar dan mereka salah.
Dengan demikian, kapan seseorang harus meninggalkan suatu perdebatan dan kapan dia harus mempertahankannya sangat bergantung pada kondisi.
Dalam berdebat hendaklah mengetahui dengan jelas motivasi dan tujuannya, apakah mencari kebenaran atau hanya mencari prestise semata. Kalau sama-sama mencari kebenaran, diyakini bahwa mereka yang berdebat tidak akan mempertahankan pendapatnya yang salah, dan tidak saling menjatuhkan satu dengan yang lain. Namun demikian, meninggalkan perdebatan adalah paling utama dan pelakunya akan diberi pahala oleh Allah SWT dengan menempatkannya di surga.
Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, seperti ketika berdebat dengan orang-orang kafir tentang aqidah, kita harus mempertahankan pendapat kita dengan menggunakan berbagai cara supaya mereka menyadari bahwa aqidah kita memang benar dan mereka salah.
Dengan demikian, kapan seseorang harus meninggalkan suatu perdebatan dan kapan dia harus mempertahankannya sangat bergantung pada kondisi.
Dalam berdebat hendaklah mengetahui dengan jelas motivasi dan tujuannya, apakah mencari kebenaran atau hanya mencari prestise semata. Kalau sama-sama mencari kebenaran, diyakini bahwa mereka yang berdebat tidak akan mempertahankan pendapatnya yang salah, dan tidak saling menjatuhkan satu dengan yang lain. Namun demikian, meninggalkan perdebatan adalah paling utama dan pelakunya akan diberi pahala oleh Allah SWT dengan menempatkannya di surga.
2)
Orang
yang tidak berdusta meskipun ia bergurau
Berdusta
adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta
sangat dilarang dalam Islam. Karena selain merugikan orang lain, juga merugikan
diri sendiri. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang mencela orang yang suka
berdusta, apalagi terhadap mereka yang mendustakan Allah.
Allah
berfirman Artinya : “Pada hari kiamat
kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya
menjadi hitam. Bukankah di dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang yang
menyombongka diri.” (QS. Az-Zumar: 60)
Sebaliknya, Islam sangat menghargai orang yang bersifat
jujur walaupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekalipun dalam
bercanda sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas dijamin oleh Rasulullah SAW
satu tempat di tengah surga.
Dalam bercanda, seseorang biasanya suka melebih-lebihkan candaannya untuk mengundang tawa orang yang diajak bercanda. Hal ini membuatnya merasa puas. Maka dibuatlah gurauan dengan berbagai cara walaupun harus berbohong. Hal seperti itu, tidaklah benar dalam Islam karena apapun alasannya berbohong merupakan perbuatan yang dilarang.
Dalam bercanda, seseorang biasanya suka melebih-lebihkan candaannya untuk mengundang tawa orang yang diajak bercanda. Hal ini membuatnya merasa puas. Maka dibuatlah gurauan dengan berbagai cara walaupun harus berbohong. Hal seperti itu, tidaklah benar dalam Islam karena apapun alasannya berbohong merupakan perbuatan yang dilarang.
Rasullulah SAW bersabda:
وَعَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ ، وَيْلٌ لَهُ ، ثُمَّ وَيْلٌ لَهُ
Artinya:
“Dari Bahz Ibn Hakim dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “kecelakaanlah bagi orang yang menceritakan, tetapi ia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa dengan itu. Kecelakaanlah baginya ! kemudian kecelakaanlah baginya.”
وَعَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ ، وَيْلٌ لَهُ ، ثُمَّ وَيْلٌ لَهُ
Artinya:
“Dari Bahz Ibn Hakim dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “kecelakaanlah bagi orang yang menceritakan, tetapi ia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa dengan itu. Kecelakaanlah baginya ! kemudian kecelakaanlah baginya.”
Kejujuran juga harus selalu dipegang teguh oleh para ahli
ilmu jika ia menghadapi sesuatu yang belum ia ketahui. Secara jujur ia harus
mengatakan bahwa ia tidak tahu. Bahkan para ilmuan salaf (terdahulu) setiap
selesai menulis karya mereka, selalu menulis kalimat Wallahu a’lam (Allah lebih
mengetahui). Pernyataan seperti itu adalah kejujuran sangat tinggi dari seorang
ilmuwan tentang kebodohan dirinya dan kemahatahuan Allah SWT.
Adapun salah satu cara untuk menjadi orang yang jujur adalah dengan cara bergaul dengan orang-orang yang dikenal sebagai orang jujur. Hal ini karena pergaulan sangat berpengaruh terhadap watak dan kepribadian seseorang. Allah SWT berfirman:
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. ( QS. At-Taubah: 119)
Adapun salah satu cara untuk menjadi orang yang jujur adalah dengan cara bergaul dengan orang-orang yang dikenal sebagai orang jujur. Hal ini karena pergaulan sangat berpengaruh terhadap watak dan kepribadian seseorang. Allah SWT berfirman:
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. ( QS. At-Taubah: 119)
B.
Kejujuran
membawah kebaikan
حَدِيثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ/ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
/ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ/ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى
الْجَنَّةِ /وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ /حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا /وَإِنَّ
الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ /وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
/وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ /حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا.
(أخررجه البخارى فى كتاب الأدب)
Terjemahan hadis:
Terjemahan hadis:
Abdullah Ibnu Mas’ud berkata bahwa Nabi SAW bersabda, ”Sesungguhnya benar (jujur) itu menuntun
kepada kebaikan, dan kebaikan itu
menuntun ke surga, dan seseorang itu
berlaku benar sehingga tercatat di sisi
Allah sebagai seorang yang siddiq (yang sangat jujur dan benar). Dan dusta menuntun kepada curang, dan curang itu menuntun ke dalam neraka. Dan seorang yang berdusta sehingga tercatat
di sisi Allah sebagai pendusta”.
(Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab “Tatakrama”)
(Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab “Tatakrama”)
Sebagaimana diterangkan di atas bahwa berbagai kebaikan dan
pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak di
akhirat. Ia akan dimasukkan ke dalam surga dan mendapat gelar yang sangat
terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar. Bahkan
dalam Al-Quran dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan
kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa:
Artinya: “ orang-orang
yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya, merekalah itulah
orang-orang yang taqwa.” ( QS. Az-Zumar:33)
Oleh karena itu, setiap orang beriman hendaklah tidak asal
bicara apalagi terhadap sesuatu yang belum jelas dan belum ia ketahui
kebenarannya secara pasti. Allah SWT berfirman:
artinya: “Janganlah mengikuti pembicaraan apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Israa’: 36)
Jika seseorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Begitu pun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta perbuatannya itu selain merugikan dirinya, juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang yang mempercainya. Padahal kepercayaan merupakan salah satu moal utama dalam menempuh kehidupan di dunia. Tanpa kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur. Hal itu telah digariskan dalam Al-Qur’an:
artinya: “Janganlah mengikuti pembicaraan apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Israa’: 36)
Jika seseorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Begitu pun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta perbuatannya itu selain merugikan dirinya, juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang yang mempercainya. Padahal kepercayaan merupakan salah satu moal utama dalam menempuh kehidupan di dunia. Tanpa kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur. Hal itu telah digariskan dalam Al-Qur’an:
artinya:
“Sungguh celaka orang-orang yang suka berdusta.”
(Q.S. Adz-Dzariyat: 10)
2. Menyukutukan Tuhan
Ketika seluruh ibadah itu hanya diperuntukkan bagi Allah SWT
semata dan menolak ibadah yg diperuntukkan kepada selain Allah SWT maka inilah
ajaran tauhid yg sebenarnya yg dibawa oleh para rasul dari mulai Adam as sampai
kepada Muhammad saw. Sedangkan lawannya adalah menyekutukan Allah SWT yaitu
memperuntukkan segala ibadah kepada selain Allah SWT di samping kepada Allah
atau diperuntukkan hanya kepada selain Allah SWT.
Inilah perbuatan syirik yang pada umumnya dilakukan oleh
orang-orang musyrik yang menimbulkan pertentangan antara seluruh rasul dgn
umatnya. Syirik kepada Allah SWT itu dapat dibagi menjadi dua bagian.
Pertama syirik
besar. Yaitu syirik yang dapat menafikan dan mewajibkan pelakunya kekal di
dalam neraka apabila dia mati dalam keadaan syirik karna Allah SWT tidak akan
mengampuninya.
من ابن مسعودr.a ويقول سمعت رسول الله
صلى الله. وقال : "الناس
الذين يموتون في الدولة
إلى الله بشيء مما
لا شك فيه انه سوف يطرح في
جهنم" ، وقلت : "الناس الذين
يموتون في الدولة لا يربط الله بشيء
مما لا شك فيه انه سيتم دمجها في السماء".
Dari Ibnu Mas’ud r.a. seraya berkata Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda “Orang yg mati dalam keadaan mempersekutukan Allah
dgn sesuatu niscaya ia akan dimasukkan ke dalam neraka.” Dan aku berkata “Orang
yg mati dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dgn sesuatu niscaya dia akan
dimasukkan ke dalam surga.”
Dari Jabir bin
Abdullah r.a. berkata “Seseorang laki-laki datang kepada Nabi saw. lalu
bertanya ‘Wahai Rasulullah saw. apa yg dimaksud dgn dua hal yg pasti dipenuhi?’
Kemudian Rasulullah saw. Bersabda “Barangsiapa mati dalam keadaan tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu niscaya dia masuk surga. Dan barangsiapa mati
dalam keadaan mempersekutukan Allah dgn sesuatu niscaya dia masuk neraka.”
.
Selain hadis tersebut
di atas masih banyak hadis-hadis dan keterangan lainnya yg mengandung
peringatan Rasulullah saw. kepada umatnya tentang syirik dan beberapa
perantaranya. Rasulullah saw. melarang seseorang untuk melakukan tindakan yang
berlebihan dalam mengagungkan makhluk menjadikan kuburan sebagai masjid dan
tempat berkunjung dan beliau melarang membuat bangunan di atas kuburan
menyalakan lampu di atasnya serta beliau pun menjelaskan tentang ziarah kubur yang
disyariatkan.
Kedua syirik kecil. Syirik yang ini tidak
menyebabkan pelakunya keluar dari agama tetapi dapat mengurangi pahala dan
terkadang dapat menghapuskan pahala amal kebaikan seperti perbuatan riya. Hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah saw. “Sesuatu yg paling aku khawatirkan
akan menimpa kalian adl syirik kecil” para sahabat bertanya “Wahai
Rasulullah apa yg dimaksud dgn syirik kecil itu? Beliau menjawab “Riya’.”
Demikian juga halnya dgn sumpah atas nama selain Allah
sumpah dgn menyebut bapak-bapaknya ibu-ibunya anak-anaknya atau sumpah dgn atas
nama kepercayaan dan lain-lain. Dari Abdullah bin Amar r.a. Rasulullah saw.
telah bersabda “Aku bertemu dgn Umar bin Khaththab yg bermaksud menaiki
binatang tunggangannya sambil bersumpah dgn menyebut nama bapaknya lalu
Rasulullah saw. bersabda “Ingatlah sesungguhnya Allah melarang kalian utk
bersumpah dgn menyebut bapak-bapakmu. Barangsiapa yg hendak bersumpah maka
bersumpahklah dgn menyebut nama Allah atau diam sama sekali.”
Meskipun peringatan
yg terdapat dalam hadis-hadis Nabi saw. itu sangat keras tetapi banyak sekali
kaum muslimin yg melakukan sesuatu yg dilarang oleh Allah SWT dan nabi-Nya.
Dalam kenyataannya banyak kaum muslimin yg banyak melakukan berbagai macam
perbuatan syirik sehingga kemusyrikan dan bid’ah sedemikian rupa dilakukan
secara teratur seakan-akan hal tersebut merupakan perbuatan yg bersumber dari
agama. Padahal memperlihatkan ketauhidan dan kemurnian beragama itu hanya
kepada Allah yg merupakan sesuatu yg telah diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya telah menjelaskannya sebagai sesuatu yg asing .
Orang yg berpegang teguh terhadap perintah tersebut dengan
mencegah kemusyrikan dan perbuatan bid’ah maka dia akan berhadapan dengan
orang-orang bodoh dan orang-orang musyrik?dan tidak ada daya dan kekuatan
selain atas pertolongan Allah?di mana mereka ini merupakan orang-orang yg
menyebarkan kebencian kepada orang-orang yg saleh dan berpaling dari agama yg
benar. Dengan demikian kemungkaran di hadapan orang-orang yg sesat dianggap
sebagai perbuatan baik dan perbuatan yg baik dianggap sebagai perbuatan
mungkar. Tidak ada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah SWT.
Di antara perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan
syariat yang dilakukan oleh umat dewasa ini di antaranya:
1. Mohon dikabulkan
doanya dan meminta syafaat dari Rasulullah saw. ketika berada di makamnya.
Syekh Ibnu Taimiyyah berkata “Di antara manusia itu ada yg menafsirkan firman
Allah SWT ‘Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu lalu memohon ampun kepada Allah dan rasul pun memohonkan ampun utk
mereka tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.” Mereka menafsirkannya ‘Jika kami memohonkan ampun dari Rasul-Nya
setelah kematiannya maka kami bagaikan orang-orang yg memohonkan ampun dari
sahabatnya.’
Padahal dengan melakukan hal tersebut mereka telah
bertentangan dgn ketentuan yg didasarkan kepada kesepakatan para sahabat
tabi’in dan segenap kaum muslimin. Karena tidak seorang pun dari mereka yg
memohonkan pertolongan kepada Nabi saw. setelah beliau meninggal dan meminta
sesuatu darinya. Demikian juga tidak ada seorang pun dari imam-imam kaum
muslimin yg menjelaskan hal tersebut dalam kitab-kitabnya yg menjelaskan bahwa
perbuatan tersebut merupakan perintah para malaikat para nabi dan orang-orang
saleh yg apabila mereka meninggal dianjurkan utk mengajukan permohonan di atas
kuburan dan tempat mereka. Memohon kepada patung-patung merupakan jenis
kemusyrikan yg sangat besar yg dilakukan oleh kaum musyrikin selain ahli kitab
. Sedangkan dalam bid’ah yg dilakukan oleh Ahli Kitab dan kaum muslimin yg
melakukan kemusyrikan dan ibadah kepada selain Allah merupakan perbuatan yg
tidak diperintahkan oleh Allah.”
2. Mengistimewakan berdoa dan beribadah di makam para nabi.
Orang yg melakukan perbuatan tersebut menyakini bahwa berdoa di kuburan para nabi
itu pasti akan dikabulkan atau beranggapan ahwa berdoa di kuburan para nabi itu
lbh utama dibandingkan dgn berdoa di masjid-masjid dan di rumah-rumah dan salat
yg dilakukan di kuburan para nabi pasti akan diterima. Padahal perbuatan
tersebut termasuk kemungkaran dan bid’ah menurut kesepakatan para imam
muslimin dan perbuatan tersebut termasuk perbuatan yg diharamkan .
3. Meminyaki makam
dan menciumnya. Syekh Ibnu Taimiyyah r.a. berkata “Para ulama salaf telah
sepakat bahwa tidak boleh memohon keselamatan dari kuburan para nabi dan tidak
dianggap baik melakukan salat di sisinya dan tidak boleh memohon dikabulkan doa
kepadanya. Karena perbuatan tersebut termasuk dari sebab-sebab yg membawa
kepada kemusyrikan dan sama dgn beribadah kepada berhala. Sebagaimana Allah SWT
berfirman ‘Dan mereka berkata ‘Dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkan
tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan wadd dan
jangan pula suwa’ yaghuts ya’uq dan nashr.’ . Sekelompok
ulama salaf berpendapat mereka itu adl sekelompok orang saleh dari kaum Nuh
a.s. yaitu ketika mereka meninggal maka orang-orang beritikaf di atas
kuburannya lalu mereka membentuk patung-patungnya yg kemudian menyembahnya.”
4. Memohon keberkahan dari orang-orang saleh dan
mengagungkan mereka secara berlebih-lebihan. Perbuatan tersebut ditunjukkan dgn
mencium sesuatu yg berkaitan dgn orang-orang saleh baik mencium badannya
pakaiannya benda peninggalannya mengagungkan kuburannya setelah meninggalnya
dgn cara itikaf di atas kuburannya melakukan salat di sisinya berdoa di
hadapannya bersusah payah mengunjunginya mengelilinginya menyalakan lampu di
atasnya meminyakinya dan menciumnya. Perbuatan yg paling tercela dari sekian
perbuatan itu adl meminta utk dikabulkan doa kepada mereka padahal mereka telah
meninggal dan memohon pertolongan dan dicukupi segala kebutuhan kepada mereka
seluruh perbuatan tersebut termasuk perbuatan munkar yg keji.
5. Memohon keberkahan kepada pohon batu dan benda-benda
lainnya. Perbuatan tersebut dilakukan baik dgn cara beritikaf melakukan ibadah
di sisinya atau mengalungkan sobekan kain kepadanya. Semua perbuatan tersebut
termasuk perbuatan yg tidak boleh dilakukan oleh seseorang muslim krn perbuatan
tersebut bersumber dari ajaran agama orang-orang musyrik dan bukan bersumber
dari ajaran agama Islam. Syekh Ibnu Taimiyyah berkata “Adapun pohon batu mata
air dan lain-lain termasuk sesuatu yg ditakuti oleh sebagian orang-orang awam
sehingga mereka biasa mengalungkan sobekan kain dan lain sebagainya. Maka
perbuatan tersebut termasuk perbuatan munkar dan bid’ah yg biasa dilakukan oleh
orang-orang jahiliyah dan sebagai perbuatan menyekutukan Allah SWT.” .
Bab III
Penutup
Kesimpulan:
a.
Sebagaimana
diterangkan di atas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada
orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak di akhirat. Ia akan dimasukkan ke
dalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya
orang yang sangat jujur dan benar. Bahkan dalam Al-Quran dinyatakan bahwa orang
yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang
yang bertaqwa.
b. Perbuatan
syirik adalah merupakan sumber segala bentuk kejahatan umat manusia sepanjang
sejarah. Perbuatan syirik itu akan membelenggu akal dengan bermacam-macam
khufarat dan mithos; mengahambat kemajuan dan melibatkan manusia kedalam
permusuhan, pertentangan dan saling membunuh.
c. Syirik
itu terbagi atas dua, yaitu syirik besar dan syirik kecil.
d. Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan
Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Umumnya
menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah, yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan
bagi Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah disamping berdo'a kepada Allah,
atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar,
berdo'a dan sebagainya kepada selainNya. Karena itu, barangsiapa menyembah
selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan
memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang
paling besar.
Daftar Pustaka
DR.
Afih Abdullah Fattah Thabbarah, “Dosa-dosa
menurut Al-Qur’an dan Hadits”,
Bandung:
Gema Risalah Press Bdg, 1984.
Imam
Nawawi, “Shahih Riyadhush-Shalihin”, Jakarta
Selatan:Pustaka Azzam: 2004.
DR.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah “Sahabat
Bertanya Rasul Menjawab”,Bandung: Husaini, 1996.
Abdur
Razzaq bin Thahir bin Ahmad “Al-Jahl bi Masailil I’tiqaad wa Hukmuhu”
Jakarta: Ma’asy Al-Islam, 2006.
EmoticonEmoticon