BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, dikalangan
publik sedang beredar topik pembicaraan dalam dunia pendidikan, yaitu
perbincangan mengenai pendidikan karakter. Bahkan Mendiknas memiliki wacana untuk menempatkan metode ini dalam setiap
lembaga pendidikan, karena mereka menganggap bahwa selain mengasah
intelektualitas pesertadidik diperlukan
juga pendidikan karakter yang dapat membantu kelancaran proses pendidikan
bahkan dapat menambah mutu pendidikan di negara berkembang ini.
Pada kesempatan kali ini,
kami hendak memaparkan sedikit mengenai hakikat dari pendidikan karakter dan segala komponen yang berkaitan dengan itu. Selain itu kami mencoba meninjau
relevansi novel “Bumi Cinta” karya Habiburahman El-Shirazy dengan pendidikan
karakter. Karena didalam novel tersebut dideskripsikan karakter yang dimiliki
oleh seorang mahasiswa yang melakukan risetnya di negara Rusia, guna
menyelesaikan tugas S3-nya dengan mengalami banyak cobaan yang amat menggiurkan
apabila dihadapi oleh kita sebagai orang awam.
Pada
novel tersebut pula kita dapat mengetahui peranan dalam pendidikan karakter. Dalam novel tersebut kita dapatkan tokoh Ayasy, yang
memiliki karakter yang kuat.Karakter ini dapat membantu “mengamankan” dirinya
dari pergaulan bebas di “dunia baru”.Ini lah hasil dari pendidikan karakter dia
ketika di pesantren dahulu. Dan dia dapat memepertahankan identitas dan jati
dirinya sebagai orang Timur yang
memiliki etika dan karakter yang berbeda dengan orang Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas
maka dapat
kita simpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
ApakahPengertian
dari pendidikan karakter?
2.
Apakah
sikap yang harus dimiliki dalam pendidikan karakter?
3.
Bagaimana
relevansi novel “Bumi Cinta” karya Habiburahman El-Shirazy dengan pendidikan
karakter?
4.
Apakah
hikmah yang dapat diambil dari novel “Bumi Cinta” yang berkaitan dengan
pendidikan karakter guna peningkatan kualitas pendidikan di indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada segenap pendidik, peserta
didik, dan staf yang bekerja di sekolah yang meliputi komponen kognitif,
psikomotorik, afektif untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap
tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil[1].
Adapun pengertian yang lainnya, pendidikan karakter merupakan proses
pengembangan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik sehingga
terinternalisasi dan tercermin dalam kehidupan dirinya sebagai anggota
masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif[2].
Jadi
pendidikan karakter merupakan penanaman nilai-nilai kebaikan kepada seseorang; atau
yang biasa kita kenal dengan akhlak karimah. Dan idealnya penanaman ini
dilakukan semenjak kecil, sehingga anak atau seseorang itu menjadikan akhlak
karimah itu sebagai kebiasaan yang mendarah daging. Namun demikian pendidikan
karakter juga harus dilakukan secara berkesinambungan, tidak boleh berhenti
pada jenjang tertentu.
Tujuan dari
pendidikan karakter yakni menjadikan seseorang atau peserta didik mampu
memahami dan membedakan antara yang benar dan salah, yang baik dan buruk, yang
bermoral atau bejat, dan mana yang sesuai dengan etika di masyarakat.
Tidak berhenti pada sebuah pemahaman saja, pendidikan karakter ini juga
merupakan usaha untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yang
kemudian diharapkan dapat menjadi sebuah kebiasaan yang mendarah daging di
masyarakat ( menjadi karakter atau watak).
Pendidikan
karakter hari ini sangat diperlukan, hal ini berdasarkan kenyataan yang ada
bahwa Orang Indonesia hari ini tidak sedikit yang melupakan karakter asal
mereka. Hal ini mungkin merupakan
dampak dari globalisasi, westernisasi dan modernisasi yang beujung pada sikap
hedonisme dan kebebasan yang keterlaluan. Tapi bukan di sini kita akan membahas
hal tersebut. Namun yang jelas dampak
dari semua itu dapat kita lihat pada kehidupan orang di Indonesia. Dimana kita ketahui bahwa orang Indonesia adalah orang
yang memiliki adat ketimuran yang cenderung lebih sopan, ramah, dan
beretika. Namun dengan adanya westernisasi
kita dapat lihat banyak orang Indonesia yang melupakan hal-hal tersebut. Bahkan
yang dulu di anggap tabu di masyarakat sekarang menjadi hal yang lumrah. Dahulu
orang yang hamil di luar nikah itu menjadi sebuah aib di keluarga dan
masyarakat, namun sekarang dianggap hal yang lumrah dan biasa. Dahulu seorang wanita akan merasa malu untuk berciuman
dengan pacarnya, namun sekarang dengan atas nama cinta dan kebebasan, berciuman
di depan umum dan bahkan berzina pun atas nama cinta biasa dilakukan.
Sebenarnya
masyarakat itu mengetahui mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah. Masyarakat pun dapat membedakannya, lalu kenapa mereka
seolah-olah tidak dapat mengetahui dan membedakannya. Hal ini karena karakter mereka yang mulai hilang
digerus dengan globalisasi, westernisasi dan kebebasan. Dapat kita ketahui korupsi adalah seuatu yang tercela,
dan semua orang pun paham hal ini, bahkan anak kecilpun tahu hal itu. Lalu kenapa masih banyak orang yang korupsi. Hal ini
tidak lain karena karakter sebagai orang timur telah luntur bahkan
hilang.
Maka hari
ini diperlukanlah solusi yang tepat atas kebobrokan yang terjadi di masyarakat. Dan salah satunya yakni pendidikan karakter. Dengan
pendidikan karakter yang mantap dan kuat akan menjadikan seseorang dapat
memegang kebenaran dan prinsipnya dengan kokoh. Karena kita ketahui pendidikan
yang mengasah otak saja tanpa mengasah hati (karakter) akan menghasilkan budaya
membodohi orang lain. Dengan pendidikan karakter pula akan menjadikan seseorang
tidak mudah terombang-ambing dengan situasi atau keadaan yang baru.
B.
Sikap yang harus ada dalam Pendidikan Karakter
Adapun sikap
yang harus dimiliki dalam pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta
isinya
2. Tanggung jawab, kedisiplinan, dan
kemandirian
3. Kejujuran
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, kepedulian dan kerjasama
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan
pantang menyerah
7. Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, cinta damai, dan persatuan[3]
Kesembilan karakter
tersebut haruslah ditumbuhkan sejak dini sehingga akan
menimbulkan kebiasaan yang positif kepada pendidik dan peserta didik. Selain
itu komponen-komponen yang ikut terlibat dalam lembaga pendidikan itu,
hendaklah memberikan partisipasi terhadap proses pendidikan karakter yang
akhirnya dapat memberikan hasil yang luar biasa sesuai dengan tujuan dari pendidikan
karakter.
Sebenarnya pendidikan karakter itu
lebih luas cakupannya dari hal-hal di atas. Namun setidaknya, hal di atas dapat mewakili dari sikap yang harus ada
pada pendidikan karakter. Pendidikan
karakter tidak hanya terbatas pada pemahaman dan penanaman saja tetapi lebih
condong pada aplikasi dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Maka diperlukanlah pula lingkungan yang
mendukung tersebut, yang mana salah satunya sekolah.
Maka bagi seorang guru dalam
menilai peserta didiknya tidak boleh hanya berdasarkan penilaian angka atau
nominal dari hasil ujian. Tetapi
dia harus dapat bersikap bijak terhadap permasalahan ini. Karena biasanya dalam pendidikan hari ini penilaian
hanya berfokus pada nominal hasil ujian bukan pada bagaimana keadaan atau hasil
dari pendidikan.Apakah telah menjadikan peserta didik menjadi insan yang cerdas
secara akal, social dan emosional.
C. Relevansi novel “Bumi Cinta” dengan
Pendidikan Karakter
Nilai-nilai
yang terkandung dalam novel “Bumi Cinta” dapat digolongkan menjadi empat
bagian, yaitu: 1) Nilai Pendidikan terhadap Allah SWT, 2) Nilai Pendidikan
terhadap diri sendiri, 3) Nilai pendidikan terhadap lingkungan. Adapun
penjelasan dari setiap penggolongan nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Nilai Pendidikan kepada Allah SWT
1.
Cinta Kepada Allah SWT
Cinta kepada
Allah SWT dapat diwujudkan dengan melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya.
Dengan penuh rasa cinta pada
Allah semata Ayyas memanjatkan do’a dalam getar suara menyesakan dada, “Ya
Allah, aku tetap memohon kepada-Mu agar Engkau selamatkan Shopia. Hanya Engkau
yang bisa menyelamatkannya Ya Allah. Engkaulah Dzat yang menghidupkan dan
mematikan, ya Allah berikanlah kesempatan kepadaku untuk memenuhi permintaan
orang yang berhijrah di jalan Mu akan tetapi jika Engkau mentakdirkan Shopia
mati, Ya Allah, maka jadikanlah matinya
itu sahid di jalan Mu. Dan terimalah dia dengan penuh keridha’an-Mu jika itu
yang terjadi ya Allah, maka sahidkan pula aku di jalan Mu agar kelak aku bisa
berjumpa denganya si Bumi Cinta Mu yang sejati, yaitu surga yang Engkau
sediakan bagi hamba-hamba Mu yang beriman dan beramal saleh, kabulkanlah do’a
ku Ya Allah.Amin[4]”
2.
Berdo’a
Pengungkapan Kelemahan
seorang hamba dihadapan Sang Pencipta dan selalu mencoba meyakinkan diri bahwa
Tuhan selalu ada disisinya dalam setiap keadaan.
Ayyas menghelakan nafas..., ia memejamkan mata
dan berdo’a “A’udzubillahi min fitnatinnisaa[5]’!”
Selesai salam, Ayyas langsung berdo’a
sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW,
“Ya Allah hamba minta kepada-Mu kebaikan daerah
ini, kebaikan penghuninya dan kebaikan yang ada didalamnya. Dan hamba
berlindung kepada-Mu ya Allah dari buruknya daerah ini, dari buruknya penghuni
daerah ini dan segala keburukan yang ada didalamnya. Amin”[6]
3.
Taubat (mohon ampun)
Memohon ampun terhadap segala kesalahan
yang dilakukannya
Dalam sujud berulangkali dia
memohon ampun kepada Allah SWT, berulangkali diucapkan do’a nabi yunus ketika berada dalam perut ikan. “Tiada
tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau (Ya Allah), Sungguh aku termasuk
orang-orang yang dzalim[7].”
4.
Tawakal
Membebaskan diri dari
segala ketergantungan kepada selain Allah SWT dan menyerahkan segalanya pada
Allah semata.
Ayyas berusaha untuk kembali
kepada Allah, menyerahkan dirinya
sepenuhnya kepada Allah setiap kali memulai aktivitas apa saja. Ia merasa
dirinya lemah tiada berdaya, yang memberinya kekuatan adalah Allah, yang
memberikan kemampuan berfikir adalah Allah, dan yang menjaganya dari segala
yang tidak baik adalah Allah[8].
5.
Syukur
Berterimakasih kepada Allah
SWT atas nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan-Nya, yang dalam novel ini
diungkapkan dalam kata “Alhamdulilah”
Apakah kau sudah melihat Apartemen di Smolenskaya?”
tanya ayyas pelan.
“ Belum. Aku harus sangat berhati-hati. Aku tidak
boleh lengah sedikitpun. Bagaimana kabarnya Yelena?”.
“Jadi kamu belum tahu kabar Yelena?.”
“Belum.
“Alhamdulillah, Yelena juga sudah muslimah.”
“Benarkah?” linor tidak percaya.
“Benar”
“Yelena yang tidak percaya adanya Tuhan itu sekarang
Muslimah?[9]”
b. Nilai Pendidikan terhadap
diri sendiri
1.
Tanggungjawab
Merupakan
sikap melakukan tugas ataupun kewajiban yang harus dipenuhi baik terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan negara dan tuhan Yang Maha Esa.
“......kamu lalu minta maaf
kepada Bu Tyas dengan wajah pura-pura memelas. Dan Bu Tyas mau memaafkan asal
kamu bediri di depan kelas selama Bu Tyas
mengajar dalam satu semester.”
“Dan aku mematuhisyarat Bu Tyas.
Kejadian penjepretan itu di awal hampir
satu semester selama pelajaran bahasa inggris aku berdiri bagai patung di depan
kelas dengan sat kaki. Sampai beberapa teman perempuan kita menjuluki aku si
bandit kecil berkaki satu.[10]”
2.
Disiplin
Merupakan
perilaku yang menunjukan kepada suatu peraturan yang berlaku dalam
lingkungannya.
Professor Tomsky ternyata belum
tiba. Janji denganya memang pukul setengah sebelas dan sekarang baru pukul
sepuluh lebih seperempat, artinya ia datang lebih dulu seperempat jam. Seorang
perempuan tua gemuk pendek mendekat. Perempuan itu memakai kerudung kosinka
putih lazimnya perempuan tua di desa-desa russia. Matanya dihiasi kacamata yang
kecil bundar[11].
3.
Jujur
Mengatakan
segala sesuatu sesuai dengan fakta empirik
”Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa diriku yang
dituduh? Bagaimana mereka mendapatkan fotoku?” tanya ayyas yang diliputi tanda cemas
dan bingung[12]
4.
Hormat dan Santun
Merupakan sikap menghargai dan menghormati
sesama manusia sehingga tidak menimbulkan perselisihan diantara sesama.
“Yang
aku heran, kamu saat itu kok keliatan begitu tenang menjalani hukuman itu. Kamu
juga tidak lari pulang kerumah pada saat pelajaran terakhir.kamu begitu setia
menunggu Bu Tyas masuk kelas,lalu kamu dengan tanpa disuruh langsung ke depan
kelas dan berdiri dengan kaki satu,laludiam bagai patung sampai kelas bubar.
Apa sih yang membuatmu melakukan kejahilan itu[13].”
5.
Percaya diri
Melakukan
segala hal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Ayyas langsung berdiri dari
tempat duduk. Ia berdiri dengan tenang, kedua matanya memandang seluruh ruangan
bagaikan seorang raja memandang rakyatnya lalu ia berkata,
“Kalian ingat puisi Paluson yanhg
dikutip Leo Tostoy dalam cerpennya yang berjudul tuhan dan manusia.”
Terdengarlah gemuruh dari seluruh
peserta bahwa mereka tidak ingat.
“Kalian mau aku bacakan puisi
itu?”
Serentak mereka menjawab “ya
bacakanlah!”
Ayyas langsung mendeklamasikan
puisi itu dengan lantang,
“Topan yang menyembunyikan
langit,
Angin pusar membawa salju
Sekarang ia mengaum bagai hewan
buas
Sebentar kemudian bagai anak
kecil
6.
Teguh Pendirian / Konsisten
Sikap
memegang teguh prinsip atau ideologi yang diyakini dan selalu mencoba menjaga
untuk tetap melaksanakan prinsip tersebut
“Kau tahu Yas, Sopir tua ini
menawari kita cewek Rusia?” kata Devi pada Ayyas
“Ya aku tahu.”
“Kau Mau?”
“Gila kau Dev! Itu Zina! Haram!”
“He he he! Baguslah kau masih
kukuh memegang keyakinanmu. Aku ingin tahu seberapa kukuh imanmu di sini. Kalau
aku, sorry saja, aku sudah tidak mau dibelenggu aturan agam apa pun, hehe.”
Ejek David sambil terus terkekeh-kekeh[15].
c.
Nilai Pendidikan Karakter terhadap Lingkungan
1.
Memakmurkan Masjid
Salah satu
cara dalam memakmurkan
masjid yaitu dengan melaksanakan kewajiban didalamnya dan menjadikan masjid
sebagai pusat kegiatan masyarakat
Ayyas memasuki masjid ada puluhan
orang didalam masjid yang sedang membaca al-qur’an dalam kelompok melingkar.
Adzan maghrib lima menit lagi. Ayyas mengambil air wudhu lalu duduk membaca
al-qur’an tak jauh dari lingkaran.
Adzan berkumandang. Panggilan
cinta dari Allah. Begitu sejuk, begitu merdu. Ayyas meneteskan air mata.
Setelah berhari-hari di Moscoa baru kali ini ia mendengar suara adzan. Dan baru
kali ini ia akan shalat berjama’ah di masjid[16].
2.
Mengajar Ilmu agama kepada generasi muda
Memberikan ilmu yang
dimiliki kepada anak-anak sehingga ilmu dapat bermanfaat bagi umat.
Setiap malam, setelah shalat isya’ Ayyas
menyempatkan diri ke rumah Alief untuk mengajari Shamil dan Sarah bagaimana
cara membaca al-qur’an dan bagaimana shalat dengan benar[17].
3. Peduli terhadap sesama
Perilaku menyimpan rasa empatik terhadap sesama
manusia sehingga dapat menimbulkan hubungan yang harmonis.
Ayyas langsung teringat Allah. Bahwa
diciptakanya manusia oleh Allah adalah untuk beribadah kepadanya, untuk berbuat
kebaikan di atas muka bumi ini karenanya. Ia langsung teringat perintah Allah
di dalam al-qur’an untuk menjaga nyawa orang lain, bahwa menjaga hidup satu
nyawa manusia itu sama dengan menjaga seluruh umat manusia. Kalimat yang
disampaikan perempuan tua itu berhasil menggugah sisi iman ayyas.
“Baiklah. Mari kita selamatkan satu nyawa umat
manusia semampu kita.” Kata Ayyas[18]
Pendidikan Karakter
memiliki relevansi dan peran yang besar dalam pendidikan nasional seperti yang
tercantum dalampasal 3 UU SISDIKNAS:
“Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan pengembangan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab[19].
Adapun sikap-sikap
Pendidikan Karakter dalam novel “Bumi Cinta” karya Habiburahman El-Shirazy yang
relevan dengan tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut:
1. Keimanan yang kuat Kepada Allah SWT,
artinya memiliki kepercayaan yang kuat kepada Allah SWT dan rela untuk
memberikan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Seperti yang tergambar pada
novel tersebut bahwa tokoh Ayyas mampu memegang teguh kepercayaanya kepada
Allah SWT ketika dalam lingkungan yang serba bebas dan menyerahkan segala
perkara yang dihadapinya kepada Sang Khaliq.
2. Pengungkapan Kelemahan seorang hamba
dihadapan Sang Pencipta dan selalu mencoba meyakinkan diri bahwa Tuhan selalu
ada disisinya dalam setiap keadaan. Seperti yang tergambar dalam novel bahwa
Ayyas selalu berdo’a kepada Allah SWT ketika menghadapi segala perkara yang
dianugerahkan kepadanya.
3. Menerima segala sesuatu yang
dianugerahkan oleh Allah SWT baik berupa perintah, larangan dan petunjuk dengan
sepenuh hati tanpa keraguan sedikit pun.
4. Membebaskan diri dari segala
ketergantungan kepada selain Allah SWT dan menyerahkan segalanya pada Allah
semata.
5. Berterimakasih kepada Allah SWT atas
nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan-Nya.
6. Berperilaku tidak bergantung dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
7. Bersungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan dalam kehidupan dan menyelesaikanya dengan baik, dalam artian
mengatasi masalah tanpa masalah.
8. Memberikan rasa kasih sayang terhadap
sesama.
9. Memakmurkan masjid dengan melaksanakan
kewajiban didalamnya dan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat.
10. Memberikan ilmu yang dimiliki kepada
anak-anak sehingga ilmu dapat bermanfaat bagi umat.
11. Berfikir kreatif dalam menghadapi
segala perkara sehingga dapat menimbulkan tindakan-tindakan yang positif.
Jadi
berdasarkan pemaparan di atas kita dapat melihat nilai-nilai atau karakter dari
si tokoh utama si Ayyas.Dimana hal-hal di atas dia dapatkan pada pengalaman
sebelumnya yakni di pesantren. Dalam pesantren di
daerah Kajoran, Magelang dia ditanamkan karakter-karakter yang mulia atau yang
biasa kita kenal dengan akhlak karimah. Dengan
pendidikan karakter yang diterapkan di pesantren itu dapat membentengi dirinya
dari kegiatan-kegiatan dan hal-hal negatif yang
tidak sesuai dengan norma, agama dan adat kebiasaan orang timur
khususnya orang Indonesia.
Dan inilah menunjukkan bukti pentingnya dari pendidikan
karakter. Dengan pendidikan karakter dapat membentengi seseorang dari
kehilangan jati dirinya; siapa dia, dimana dia berasal dan prinsip-prinsipnya.
Kita dapat melihat bagaimana si Ayyas mempertahankan dirinya dari kerusakan
moral yang terjadi di sana. Dia tetap mempertahankan dirinya agar jangan sampai
kehilangan jati dirinya sebagai orang Timur yang tinggal di Barat. Inilah yang sering
terlupakan oleh orang-orang yang berpindah atau pergi ke Barat. Biasanya
setelah mereka pulang dari sana mereka akan melupakan nilai-nilai, karakter dan
estetika orang Timur yakni orang Indonesia.
Pendidikan
karakter sangat penting bagi kehidupan berbangsa karena seseorang biasanya akan
melupakan karakter bangsanya ketika dia berbaur atau menetap di bangsa dan
Negara lain. Namun dengan pendidikan karakter hal itu tidak akan terjadi atau
minimal dapat menetralisirnya. Sebagaimana pada tokoh si Ayyas, yang dapat
mempertahankan jati dirinya.
Dan dari
novel tersebut kita dapat lihat bahwa pendidikan karakter sangat dibutuhkan di
era modern seperti sekarang ini.Dan juga mengacu pada novel tersebut dapat kita
lihat bahwa pendidikan karakter dapat diterapkan dan diaplikasikan dalam
kehidupan nyata. Pendidikan karakter bukanlah sebuah ilusi yang hanya akan
menjadi sebuah idealisme baru yang tidak mungkin diterapkan. Namun sebaliknya
dia merupakan sebuah hasil dari pendidikan yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menitik beratkan pada kecerdasan emosi dan akal, yang sudah seharusnya dapat diterapkan dalam
dunia nyata.
C.
Hikmah dari novel “Bumi Cinta” yang berkaitan guna
kemajuan Pendidikan Karakter di Indonesia
Setelah kami
membaca, memahami dan menelaah setiap bait-bait kalimat dalam novel “Bumi
Cinta”, kami dapat mengambil beberapa hikmah yang dapat kita terapkan dalam
kehidupan kita sehari-hari, khususnya dalam proses pendidikan adalah :
1.
Mengedepankan nilai-nilai agama dalam setiap hal dan segala keadaan
sehingga senantiasa dapat mengahadapinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
2.
Motivasi yang tinggi dan membangun semangat menuntut ilmu.
3.
Berdisiplin dalam segala hal dalam setiap waktu dan kesempatan.
4.
Melakukan segala sesuatu dengan rencana yang jelas dan teratur.
5.
Peduli terhadap sesama dan tidak mementingkan kepentingan pribadi serta mengedepankan kepentingan bersama. Ini
merupakan hasil dari pendidikan karakter di kalangan orang Timur, yang di dalam dunia barat kurang
dikenal.
6.
Mempertahankan sebuah jatidiri di dunia luar adalah
sebuah keharusan, maka diperlukanlah pendidikan karakter yang berkesinambungan.
7.
Pendidikan karakter yang berhasil akan menghasilkan
sebuah karakter yang kuat; yang mana hal itu tidak akan goyah, berubah, luntur
dan menghilang walaupun apapun yang terjadi. Dapat kita lihat karakter dari si
Ayyas yang tidak mau jatuh dalam kubangan zina di dunia yang serba bebas. Hal
ini karena tidak sesuai dengan karakter orang Timur (orang Indonesia) dan ini
bertentangan dengan karakter atau akhlak seorang muslim.
8.
Pendidikan karakter, hari ini telah terlupakan maka
diperlukanlah kesadaran kembali untuk membangun karakter bangsa yang kuat
sehingga tidak tergerus habis oleh adanya westernisasi, globalisasi dan
modernisasi.
9.
Diperlukannya orang-orang yang memilki karakter yang
kuat dalam berhubungan dengan dunia luar, karena jika tidak maka akan terjadi
pergeseran bahkan pelunturan kebudayaan asal. Sehingga sangat diperlukannya
pendidikan karakter pada hari ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada akhirnya kami dapat menyimpulkan bahwa pendidikan
karakter itu sangat penting dan berpengaruh terhadap kepribadian sesorang dalam
menuntut ilmu seperti tergambar dalam novel “Bumi Cinta” karya Kang Abik yang
mengedepankan nilai-nilai agama dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan karakter sangat
dibutuhkan pada hari ini untuk melindungi eksistensi sebuah bangsa. Dan juga untuk menjaga karakter ketimuran
yang mulai luntur terkikis gelombang westernisasi, globalisasi dan modernisasi.
Dan hal ini dapat kita lihat dan sering
kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
B. saran
Sesuai
dengan pembahasan diatas tentang pendidikan karakter, saya menyarankan beberapa
point sebagai berikut:
Hendaknya
mengedepankan nilai-nilai agama dalam segala aspek yang bisa termaktub dalam konsep pendidikan
karakter.
Menumbuhkan
sifat toleransi dan solidaritas tinggi pada seluruh komponen yang terlibat
dalam pendidikan karakter.
Lebih mengedepankan konsep pendidikan karakter dibandingkan pendidikan
yang berbasis pada nilai ujian.
DAFTAR
PUSTAKA
El-Shirazy Habiburrahman,
Bumi Cinta, (Jakarta:Basmala, 2010)
Sudrajat Akhmad, Pendidikan Karakter di SMP, http.wordpress.com
Hasan Said Hamid, dkk, Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter
Bangsa, (Jakarta:Badan Penenlitian dan Pengembangan, 2010)
Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah
Undang-undang Republik Indonesia no 20 tahu 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISIDIKNAS), (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007)
[1]Akhmad sudrajat, Pendidikan Karakter di
SMP, http.wordpress.com diakses 28 Desember
2011
[2]Said Hamid Hasan, dkk, Pengembangan
Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa, (Jakarta:Badan Penenlitian dan
Pengembangan, 2010), hal 4.
[3]Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah
[4]Habiburahman El-Shirazy, Bumi Cinta, (Jakarta:
Basmala, 2010) hal, 54
[5]Ibid, Hal 19
[7]Ibid, hal 114
[8]Hibuburahman El-shirazy, Bumi Cinta,(Jakarta:
Basmala, 2010) hal, 291
[9]Ibid, hal 537
[10]Ibid, hal 17
[11]Ibid, hal 70
[12]Habiburahman El-shirazy, Bumi Cinta, (Jakarta:Basmala,
2010) hal, 451
[13]Ibid, hal 17
[14]Ibid, hal 309
[15]Ibid, hal 25
[16]Habiburahman el shirazy, Bumi Cinta, (Jakarta:Basmala,2010)
hal 10
[17]Ibid, hal 477
[18]Ibid, hal 171
[19]Undang-undang Republik Indonesia no 20
tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISIDIKNAS), (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2007), hal 8.
EmoticonEmoticon