BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa.
Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan
mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya.
Dalam
kaitaannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia sangat memerlukan SDM
(sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya
program pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan yang
berkualitas, yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki
sumber daya yang bermutu, dan dalam membahas tentang SDM yang berkualitas serta hubungannya dengan
pendidikan, maka yang dinilai pertama kali adalah seberapa tinggi nilai yang
sering diperolehnya, dengan kata lain kualitas diukur dengan angka-angka,
sehingga tidak mengherankan apabila
dalam rangka mengejar target yang ditetapkan sebuah lembaga pendidikan
terkadang melakukan kecurangan dan manipulasi. Persoalan tersebut hamper
terjadi setiap tahun, baik terang-terangan maupun teselubung. Karena itulah,
ada banyak pihak yang mengajukan pentingnya pendidikan karakater
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
Makalah ini, akan dirumuskan beberapa masalah yakin:
1. Apa
pengertian Pendidikan Karakter?
2. Apa
fungsi dan tujuan dari Pendidikan karakter?
3. Apa
cirri-ciri Pendidikan Karakter?
4. Apa
prinsip-prinsip pendidikan karakter?
5. Bagaimana
penerapan Pendidikan karakter ?
6. Apa
saja komponen yang pendukung dalam Pendidikan Karakter?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
pendidikan Karakter
Karakter
menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah, bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara
itu, yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku,
bersifat, bertabiat dan berwatak sedangkan pendidikan dalam arti sederhana
sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina , kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya ,
istilah pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan dengan
sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan
diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau penghidupam
lebih tinggi dalam arti mental.[1]
Dalam
perkembangannya , istilah pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan atau
pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau penghidupam
lebih tinggi dalam arti mental.[2] Sedangkan karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas, adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat
tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter
ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak.
Jadi,
Pendidikan karakter adalah sebuah
system yang menanamkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran
individu, tekad, srta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan
nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insane kamil.
B.
Fungsi
dan Tujuan Pendidikan Karakter
Dalam
TAP MPR No. II/MPR/1993, disebutkan bahwa pendidikan bertujuan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tanggunh,
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional, serta sehat
jasmani rohani. Pendidikan karakter bertujuan sebgai berikut;
a. Versi
Pemerintah
Pendidikan
memiliki tujuan yang sangat mulia bagi kehidupan manusia. Dan berkaitan dengan pentingnya
diselenggarakan pendidikan karakter disemua lembaga formal. Menrut Presiden
republic Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, sedikitnya ada lima dasar yang menjadi tujuan dari perlunya
menyelenggarakan pendidikan karakter. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai
berikut;
·
Membentuk Manusia Indonesia yang
Bermoral
·
Membentuk Manusia Indonesi yang Cerdas
dan Rasional
·
Membentuk Manusia Indonesia yang
Inovatif dan Suka Bekerja Keras
·
Membentuk Manusia Indonesia yang optimis
dan Percaya Diri
·
Membentuk Manusia Indonesia yang Berjiwa
Patriot
b. Versi
Pengamat
Berikut
ini ada pendapat beberapa ahli mengenai tujuan pendidikan Karakter;
·
Sahrudin dan Sri Iriani berpendapat
bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergorong royong, berjiwa
patriotic, berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
sekaligus berdasarkan Pancasila
·
Menurut Sahrudin, pendidikan karakter
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut;
-
Mengembangkan potensi dasar peserta
didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.
-
Memperkuat dan membangun perilaku
masyarakat yang multikultur.
-
Meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif
Pendidikan
karakter berfungsi;
·
Mengembanbangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan beperilaku baik;
·
Memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multicultural,
·
Meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif.
C.
Ciri-ciri dasar Pendidikan karakter
Forester menyebutkan paling tidak ada empat cirri dasar dalam pendidikan
karakter;
·
Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur
berdasarkan herarki nilai. Maka nilai menjadi
pedoman yang bersifat normative
dalam setiap tindakan
·
Koherensi yang
member keberanian membuat seseorang teguh ada prinsip, dan tidak mudah
terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar
yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi dapat
meruntuhkan kredibilitas seseorang.
·
Otonomi. Disana
seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi
pribadi. Ini dapat dilihat dari penilaian atas keputusan pribadi tanpa
terpengaruh desakan pihak lain.
·
Keteguhan dan
kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apapun
yang di pandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas
komitmen yang dipilih
D.
Prinsip-prinsip
Pendidikan Karakter
Pendidikan
di sekolah akan berjalan lancar, jika dalam pelaksanaannya memperhatikan
beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas memberikan beberapa
rekomendasi prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai
berikut;
·
Memperomosikan nila-nilai dasar etika
sebagai basis karakter
·
Mengidentifikasikan karakter secara
komperehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku
·
Menggunakan pendekatan yang tajam,
proaktif dan efektif untuk mebangun karakter.
·
Menciptakan komunitas sekolah yang
memiliki kepedulian.
·
Memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukan perilaku yang baik;
·
Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang
bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik,
membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
·
Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri
pada para peserta didik.
·
Memfungsikan seluruh staf seluruh staf
sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan
karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
·
Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
·
Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter.
·
Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi
staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam
kehidupan peserta didik.
Berdasarkan
pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan olah kemendiknas, dasyim budimasyah
berpendapat bahwa program pendidikan
karakter disekolah perlu dikembangkan dengang berlandaskan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut;
·
Pendidikan karakter disekolah harus
dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas). Hal ini mengandung arti bahwa
proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang panjang, mulai
sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada suatu
satuan pendidikan.
·
Pendidikan karakter hendaknya
dikembangkan melalui semua mata pelajaran terintegrasi, melalui pengembangan
diri, dan budaya suatu satuan pendidikan.
Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata
pelajaran, dalam kegiatan kurikuler pelajaran, sehingga semua mata pelajaran
diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Pengembangan
nilai-nilai karakter uga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik
melalui konseling maupun kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan kepramukaan
dan lain sebagainya.
·
Sejatinya nilai-nilai karakter tidak
diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam
mata pelajaran, kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama yang (yang di
dalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan
(knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).
·
Proses pendidikan dilakukan peserta
didik dengan secara aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full
learning). Proses ini menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan
oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru menerapkan “tutwuri
handayani “ dalam setiap perilaku yang
ditunjukan agama.
E.
Penerapan
Pendidikan karakter
Pijakan
utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam menerapkan pendidikan
karakter ialah nilai moral universal yang dapat digali dari agama. Meskipun demikian, ada beberapa nilai
karakter dasar yang disepakati oleh para pakar untuk diajarkan kepada peserta didik. Yakni rasa cinta kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaany-Nya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun,
kasih sayang, peduli, mampu bekerjasama, percaya diri, kreatif,mau bekerja
keras, pantang menyerah, adil, serta memiliki sikap kepemimpinan, baik, rendah
hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan. Dengan ungkapan lain dalam
upaya menerapkan pendidikan karakter guru harus berusaha menumbuhkan
nilai-nilai tersebut melalui spirit keteladanan yang nyata, bukan sekedar
pengajaran dan wacana.
Beberapa
pendapat lain menyatakan bahwa nilai-nilai karakter dasar yang harus diajarkan
kepada peserta didik sejak dini adalah sifat dapat dipercaya, rasa hormat dan
perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner,
adil dan punya integritas.
Oleh
karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah hendaknya
berpijak pada nilai-nilai karakter tersebut, yang selanjutnya dikembangkan
menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau tinggi (yang bersifat tidak absolute
atau relative), yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah
itu sendiri
F.
Komponen
Pendukung dalam Pendidikan Karakter
Sebagaimana
halnya dunia pendidikan pada umumnya, pendidikan yang mensyaratkan keterlibatan banyak pihak di dalamnya. Kita
tidak bisa menyerahkan tugas pengajaran, terutama dalam rangka mengembangkan
karakter peserta didik, hanya
semata-mata kepada guru. Sebab, setiap peserta didik memiliki latar belakang
yang berbeda, yang ikut menentukan kepribadian dan karakternya. Oleh karena
itu, guru, orang tua maupun masyarakat seharusnya memiliki keterlibatan, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Selain
itu ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam rangka menjalankan
pendidikan karakter diantaranya sebagai berikut:
a. Partisipasi
Masyarakat
Dalam
hal ini, masyarakat meliputi tenaga pendidik, orangtua, anggota masyarakat, dan
peserta didik itu sendiri, semua komponen itu hendaknya dapat bekerja sama dan
membantu memberikan masukan, terutama mengenai langkah-langkah penanaman
karakter bagi peserta didik.
Oleh
sebab itu, setiap sekolah yang akan menerapkan pendidikan karakter bagi peserta
didiknya harus memiliki badan khusus yang dibentuk sebagai sarana komunikasi
antara peserta didik, tenaga pendidik, orangtua dan masyarakat. Badan ini
bertugas membicarakan konsep dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mendidik
karakter peserta didik.
b. Kebijakan
Pendidikan
Meskipun
pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral dan tingkah laku, namun
bukan berarti sama sekali tidak
menetapkan kebijakan-kebijakan. Sebagaimana dalam dunia formal pada umunnya.
Sekolah tetap menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan
karakter, serta menentukkan dan menetapkan tujuan, visi dan misi, maupun
beberapa kebijakan lainnya, hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi kebijakan
pendidikan formal atau kebijakan baru.
c. Kesepakatan
Betapapun
pentingnya dan mendesaknya lembaga pendidikan menerapkan pendidikan karakter
sebagai tambahan kurikulum di dalamnya, namun bukan berarti itu ditetapkan
secara sepihak. Sekolah harus mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta
didik terlebih dahulu dengan melibatkan
tenaga guru dan perwakilan masyarakat guna mencari
kesepakatan-kesepakatan di antara mereka. Pertemuan itu bertujuan memperoleh
kesepakatan definisi pendidikan karakter, fungsi dan manfaatnya, serta cara
mewujudkannya.
d. Kurikulum
Terpadu
Agar
tujuan penerapan karakter dapat berjalan secara maksimal, sekolah perlu membuat
kuurikulum terpadu di semua tingkatan
kelas. Sebab, setiap peserta didik memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
materi mengenai pengembangan karakter. Oleh karena itu, meskipun pendidikan
karakter perlu diperkenalkan sejak dini, namun bukan berarti tidak berlaku bagi
peserta didik yang sudah dewasa. Dan, salah satu cara penerapannya adalah
pemberlakuan kurikulum terpadu dengan semua mata pelajaran.
e. Pengalaman
Pembelajaran
Pendidikan
karakter sebenarnya lebih menitik beratkan pada pengalaman daripada sekedar
pemahaman. Oleh karena itu, melibatkan peserta didik dalam berbagai aktivitas
positif dapat membantunya mengenal dan mempelajari kenyataan yang dihadapi
Pelayanan
yang baik oleh seorang guru berupa kerja sama, pendampingan, dan pengarahan
optimal, yang merupakan komponen yang perlu diberlakukan secara nyata. Sebab,
hal itu akan memberikan kesan positif bagi peserta didik dan mempengaruhi cara
berpikirnya sekaligus karakternya
f. Evaluasi
Guru
perlu melakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pendidikan karakter yang
sudah diterapkan .evaluasi dilakukan tidak dalam ragka mendapatkan nilai,
melainkan mengetahui sejauh mana peserta didik mengalami perilaku di bandingkan
sebelumnya.
Dalam
hal ini, guru harus mengapresiasi setiap aktivitas kebaikan yang dilakukan peserta didik, kemudian
memberinya penjelasan mengenai akibat aktivitas tersebut dalam pengembangan
karakternya.
g. Bantuan
Orang Tua
Untuk
mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya meminta orangtua peserta didik
untuk ikut terlibat memberikan pengajaran karakter ketika peserta didik berada
di rumah. Bahkan, sekolah perlu memberikan gambaran umum tentang
prinsip-prinsip yang diterapkan disekolah dan dirumah, seperti aspek kejujuran,
dan lain sebagainya.
Tanpa
melibatkan peran orangtua di rumah, berarti sekolah akan tetap kesulitan
menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Sebab, interaksinya
justru lebih banyak di habiskan dirumah bersama keluarga.
h. Pengembangan
Staf
Perlu
disediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para staf di sekolah sehingga
mereka dapat membuat dan melaksanakan pendidikan karakter secara berkelanjutan.
Hal itu termasuk waktu untuk diskusi dan pemahaman dari proses dan program,
serta demi menciptakan pelajaran dan kurikulum selanjutnya. Perlu di ingat
bahwa semua pihak disekolah merupakan sarana yng perlu dimanfaatkan untuk
membantu menjalankan pendidikan karakter
i.
Program
Program
kependidikan karakter harus dipertahankan dan diperbaharui melalui pelaksanaan
dengan perhatian khusus pada tingkat komitmen yang tinggi dari atas, dana yang
memadai, dukungan untuk koordinasi distrik staf yang berkualitas tinggi,
pengembangan profesional berkelanjutan dan jaringan, serta dukungan system bagi
guru yang melaksanakan program tersebut
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas, dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Ø Pendidikan
karakter adalah sebuah system yang
menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen
pengetahuan, kesadaran individu, tekad, srta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insane kamil.
Ø Tujuan pendidikan karakter menurut pemerintah yakni;
Membentuk Manusia Indonesia yang Bermoral,Membentuk Manusia Indonesi yang
Cerdas dan Rasional,Membentuk Manusia Indonesia yang Inovatif dan Suka Bekerja
Keras, Membentuk Manusia Indonesia yang optimis dan Percaya Diri serta
Membentuk Manusia Indonesia yang Berjiwa Patriot sedangkan menurut para ahli
pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergorong royong, berjiwa patriotic, berkembang
dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semuanya
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sekaligus berdasarkan
Pancasila. Sedangkan funsinya antara lain; Mengembanbangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan beperilaku baik,
Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multicultural, dan Meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif.
Ø Ciri-ciri
dasr pendidikan dasar antara lain ;
Keteraturan interior dimana setiap
tindakan diukur berdasarkan herarki nilai,Koherensi yang member keberanian
membuat seseorang teguh ada prinsip, dan tidak mudah terombang ambing pada
situasi baru atau takut resiko, Otonomi, dan Keteguhan dan kesetiaan.
Ø Prinsip
Pendidikan Karakter antara lain; Pendidikan karakter disekolah harus
dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas), Pendidikan karakter hendaknya
dikembangkan melalui semua mata pelajaran terintegrasi, melalui pengembangan
diri, dan budaya suatu satuan pendidikan, Sejatinya nilai-nilai karakter tidak
diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam
mata pelajaran, dan Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara
aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning).
Ø Pijakan
utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam menerapkan pendidikan
karakter ialah nilai moral universal yang dapat digali dari agama. Meskipun demikian, ada beberapa nilai
karakter dasar yang disepakati oleh para pakar untuk diajarkan kepada peserta didik
Ø Komponen
pendukung dalam pendidikan karakter meliputi; partispasi masyarakat, kebijakan
pendidikan, kesepakatan, kurikulum terpadu, pengalaman pembelajaran, evaluasi,
bantuan orangtua, pengembangan staf dan program.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama, Kendali Mutu,Pendidikan Agama Islam ,Jakarta: Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam,2001
Gunawan,
Heri, Pendidikan Karakter, (Konsep dan Implementasi), Bandung:
Alfabeta, 2012
Norla, Virsya, Panduan Menerapkan Pendidikan karakter Di
sekolah, Jakarta: Laksana, 2011
Sudirman, N. Ilmu pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992
EmoticonEmoticon