BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya sejumlah asumsi masyarakat yang dapat dijadikan sebagai
landasan Teknologi Pendidikan adalah sebagai berikut : Masyarakat sekarang
adalah masyarakat yang menggunakan teknologi untuk membantu memecahkan masalah
yang dihadapi. Budaya teknologi mempengaruhi semua bidang kehidupan, termasuk
pendidikan dan pembelajaran.
Teknologi pembelajaran baru yang dikembangkan melalui riset dasar dan
praktik lapangan di pandang mampu dan mememuhi syarat untuk memecahkan
masalah-masalah pokok yang berhubungan dengan pembelajaran, organisasi dan
administrasi sekolah
Penerapan teknologi pembelajaran baru tersebut akan membawa perubahan
besar yang berpengaruh terhadap administrasi dan fasilitas sekolah, metode
pembelajaran, serta peranan guru dan siswa.
Agar teknologi pembelajaran yang baru tersebut dapat dimanfaatkan
secara optimal diperlukan suatu profesi baru yang berperan dalam pengelolaan
dan penyusunan desain, implementasi dan evaluasi program pendidikan secara
penuh
Teknologi merupakan bagian integral dalam
setiap budaya. Makin maju suatu budaya, makin banyak dan makin canggih
teknologi yang digunakan. Meskipun demikian masih banyak di antara kita yang
tidak menyadari akan hal itu. Teknologi diterapkan di semua bidang kehidupan,
di antaranya bidang pendidikan. Teknologi pendidikan ini karenanya beroperasi
dalam seluruh bidang pendidikan secara integratif, yaitu secara rasional
berkembang dan terjalin dalam berbagai bidang pendidikan.
Teknologi pendidikan adalah sebuah konsep yang sangat kompleks dan
memiliki definisi yang kompleks pula. Bilamana kita berfikir tentang Teknologi
Pendidikan, kita dapat memikirkannya dalam tiga cara yaitu sebagai konstruksi
teoritik, sebagai bidang garapan dan sebagai profesi. Agar kita dapat
mendefinisikan sebagai tiga cara tersebut maka kita hendaknya terlebih dahulu
menganalisis masing-masing cara tersebut sehingga kita dapat secara benar
mendefinisikan Teknologi Pendidikan sesuai dengan cara yang seharusnya.
Konstruk teoritik Sebuah abstraksi yang mencakup serangkaian ide dan
prinsip tentang cara bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan
dengan menggunakan teknologi, Bidang garapan adalah Aplikasi ide-ide dan
prinsip-prinsip teoritik untuk memecahkan masalah-masalah konkret dalam bidang pendidikan
dan pembelajaran. Bidang tersebut meliputi teknik-teknik yang digunakan,
aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang digunakan, dan klien yang
dilayani oleh para pelaksana dalam bidang tersebut,Profesi adalah Suatu
kelompok pelaksana tertentu yang diorganisasikan memenuhi criteria tertentu,
memiliki tugas-tugas tertentu dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu
dari bidang tersebut.[1]
Perumusan Masalah
B. Adapun permasalahan yang akan dibahas pada
makalah ini adalah
·
Teknologi
Pendidikan Sebagai Konstruk Teoritik
·
teknologi
pendidikan sebagai Bidang Garapan
·
teknologi
pendidikan sebagiProfesi
C. Tujuan
dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka
makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan teknologi pendidikan sebagai
konstruk teoritik, bidang garapan dan profesi.
Sedangkan manfaat pembahasan dari makalah ini adalah agar dapat
dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih
efisien dan efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI KONSTRUK TEORITIK BIDANG GARAPAN DAN
PROFESI
A. Teknologi pendidikan sebagai konstruk teoritik
Untuk mendefinisikan Teknologi Pendidikan
sebagai konstruksi teoritik hanya diperlukan karakteristik pertama di atas;
suatu kesatuan teori intelektual yang selalu dikembangkan melalui kegiatan
penelitian.
Istilah teori yang dalam pembicaraan
sehari-hari sering digunakan sebagai lawan kata praktek, yang mempunyai arti
yang jelas yaitu : suatu prinsip umum yang didukung oleh data sebagai
penjelasan terhadap sekelompok gejala atau suatu pernyataan tentang hubungan
yang berlaku terhadap sejumlah fakta, suatu prinsip atau serangkaian prinsip
yang menerangkan hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil baru
berdasarkan fakta tersebut.
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks
yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi
untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola
pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.
Teknologi Pendidikan sebagai konstruk teori
mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang bagaimana cara pendidikan dan
pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi. Suatu prinsip
umum yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala atau
suatu pernyataan tentang hubungan yang berlaku thd sejumlah fakta. Suatu
prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai
fakta dan meramalkan hasil baru berdasarkan fakta tsb.[2]
Teknologi pendidikan adalah suatu proses
terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi
untuk menganalisa masalah-masalah pendidikan dan cara pemecahan,
mengimplemintasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang
berkenaan dengan semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah dalam teknologi
pendidikan adalah bagaimana sumber belajar itu didesain, dipilih dan digunakan
untuk menciptakan kegiatan belajar.
Paradigma baru pada teknologi pendidikan
memberikan suatu pendekatan baru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan,
namun demikian pendekatan baru tersebut merupakan penjabaran dan perluasan dari
konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara langsung masih berhubungan
dengan definisi dan diskripsi bidang teknologi pendidikan yang dihasilkan
sebelumnya.
Karakteristik teori dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :[3]
a. Adanya suatu gejala – harus masih ada
beberapa gejala yang belum difahami sejelas-jelasnya menurut pengetahuan yang
ada sekarang;
b. Menjelaskan – sebuah teori memberikan
penjelasan tentang mengapa atau bagaimana gejala itu terjadi (sebagai kebalikan
dari penegasan sederhana terhadap eksistensi suatu gejala);
c. Merangkum – sebuah teori memberikan rangkuman tentang apa yang
telah diketahui tentang hubungan antara sejumlah besar informasi empiric,
konsep dan generalisasi;
d. Memberikan orientasi – menentukan dan mempertajam fakta-fakta yang
akan diteliti (dipelajari) serta membedakan antara data yang relevan dengan
data yang tidak relevan;
e. Mensistematiskan – memberikan skema unutuk mensistematiskan,
mengklasifikasikan dan menghubungkan segala gejala, postulat dan dalil yang
serasi;
f. Mengidentifikasi kesenjangan – mencari bidang-bidang yang relevan
namun diabaikan atau belum dipecahkan pada masa kini maupun buat studi di masa
mendatang;
g. Melahirkan strategi untuk keperluan riset – memberikan dasar untuk
merumuskan hipotesis baru dan melaksanakan riset lebih mendalam berdasar atas
penjelasan tersebut;
h. Prediksi – dapat mengungkap hal-hal melebihi dari apa yang bisa
diketahui berdasar atas data empiric sehingga dapat membuat estimasi dan
memprediksi fakta baru dan hipotesis yang belum diketahui pada saat sekarang;
Teknologi pendidikan adalah suatu proses
terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi
untuk menganalisa masalah-masalah pendidikan dan cara pemecahan,
mengimplemintasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang
berkenaan dengan semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah dalam teknologi
pendidikan adalah bagaimana sumber belajar itu didesain, dipilih dan digunakan
untuk menciptakan kegiatan belajar.
Paradigma baru pada teknologi pendidikan
memberikan suatu pendekatan baru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan,
namun demikian pendekatan baru tersebut merupakan penjabaran dan perluasan dari
konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara langsung masih berhubungan
dengan definisi dan diskripsi bidang teknologi pendidikan yang dihasilkan
sebelumnya
B.
Teknologi
Pendidikan Sebagai Bidang Garapan
Teknologi Pendidikan sebagai bidang garapan merupakana aplikasi dari ide
dan prinsip teoritik untuk memecahkan masalah kongkrit dalam bidang pendidikan
dan pembelajaran ( teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi
dan sumber yang digunakan dan klien yang dilayani ). Lingkungan kegiatan yang
merangkum komponen konsep, ketrampilan dan prosedur serta memadukannya dalam
bentuk aplikasi baru.
Karakteristik bidang garapan adalah : teknik intelektual, yaitu
pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, aplikasi praktis yaitu
usaha untuk merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide dan proses
sehingga menghasilkan produk yang dapat dilihat, dan unik yaitu harus ada
karakteristik khusus yang tidak dijumpai pada bidang lain
Teknologi
pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena
adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar lebih efektif,
lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu
ada usaha dan produk yang sengaja di buat dan ada yang ditemukan dan
dimanfaatkan. Namun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat
pesat akhir-akhir ini, menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak
terbayangkan, telah membalik cara berpikir kita dengan bagaimana mengambil
manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah belaja ( Miarso, 2007 ).[4]
Berdasarkan uraian tentang obyek formal teknologi pendidikan dan
profesi teknolog pendidikan, dapat disimpulkan bahwa bidang garapan teknologi
pendidikan meliputi segala sesuatu dimana ada masalah belajar yang perlu
dipecahkan.
Bertolak dari sejarah perkembangan garapan
teknologi pendidikan, Saettler ( 1968, hal. 10-14 ) berpendapat bahwa awal
muasal penggarapan masalah belajar adalah kaum Sufi pada sekitar abad 600 SM.
Mereka merupakan penjaja ilmu pengetahuan yang mengajarkan ilmunya kepada para
peserta-didik dengan berbagai cara, seperti misalnya dengan cara dialektik,
dialogik, ceramah, dan penggunaan bahasa tubuh ( body language ) seperti
gerakan wajah, gerakan tangan dsb., dengan maksud agar menarik perhatian dan
agar ilmunya dapat ditransfer dengan baik. Ashby ( 1972, hal. 9-10 )
berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan telah berlangsung empat revolusi,
yaitu pertama diserahkannya pendidikan anak dari orang tua atau keluarga kepada
guru, kedua guru yang diserahi tanggung jawab mendidik, melakukannya secara
verbal dan unjuk kerja, ketiga dengan ditemukannya mesin cetak sehingga bahan
pelajaran dapat diperbanyak dan digunakan lebih luas, dan keempat dengan
berkembangnya secara pesat teknologi elektronik, terutama media komunikasi.
Sekarang ini mungkin perlu ditambah dengan revolusi kelima dengan berkembangnya
teknologi informasi yang serba digital.
Dalam lingkup pendidikan formal, sejarah teknologi pendidikan dapat
diruntut dari ilustrasi atau gambar untuk menjelaskan konsep yang abstrak (
Thompson,1963, hal. 42 ). Praktisi teknologi pendidikan dapat merupakan guru
yang menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM ( Pembelajaran
Aktif, Intaraktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ) sesuai dengan tuntutan
dalam pembaharuan pendidikan. Guru tersebut mungkin memperoleh keterampilan
pembelajaran setelah mengikuti program Akta Mengajar, atau mengikuti penataran,
atau magang, atau pelatihan khusus yang dilaksanakan oleh yang berwenang.
Praktisi tersebut mungkin pula seseorang yang mempunyai hobi elektronik,
kemudian belajar sendiri bagaimana membuat rekaman pembelajaran berupa PBK (
pembelajaran berbantuan komputer ), atau rekaman video berupa permainan yang
mendidik ( Miarso, 2007 ).
Masalah belajar itu dialami oleh siapa saja sepanjang hidupnya,
dimana-mana, di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan di
masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja dan dari apa dan siapa saja.
Berkembangnya teknologi pendidikan tentu saja berbeda-beda sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan.
C. Teknologi pendidikan sebagai profesi
Teknologi Pendidikan sebagai profesi adalah suatu kelompok pelaksana
yang diorganisasikan, memenuhi kriteria tertentu, memiliki tugas tertentu, dan
bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.
Setiap profesi harus terpenuhi syarat-syarat teoritik dan bidang
garapan untuk bisa menjadi profesi, dan memiliki karakteristik lainnya, yaitu:
pendidikan dan pelatihan yang memadai, adanya komitmen terhadap tugas
profesionalnya, adanya usaha untuk senantiasa mengembangkan diri sesuai dengan
kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, adanya standar etik yang harus dipatuhi,
dan adanya lapangan pengabdian yang khas ( Miarso, 2007 ).
Pendidikan dan pelatihan dalam teknologi pendidikan telah dimulai pada
tahun 1972, berupa latihan untuk pengembangan bahan ajar melalui radio. Pada
tahun 1974 mulai diberikan matakuliah Teknologi Pendidikan di IKP Jakarta, dan
pada tahun 1976 dibuka pendidikan akademik jenjang Sarjana dalam program
Teknologi Pendidikan melalui kerjasama antara Tim Penyelenggara Teknologi
Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan dengan IKIP Jakarta. Dua tahun
kemudian pada tahun 1978 dibuka pendidikan jenjang Magister dan Doktor
Teknologi Pendidikan di IKIP Jakarta. Program pendidikan tersebut merupakan
bagian integral dari Proyek Pengembangan Teknologi Komunikasi Untuk Pendidikan
yang sekaligus bertujuan untuk membentuk suatu lembaga yang bertanggung jawab
mengkoordinasikan pengembangan teknologi pendidikan di Indonesia ( Miarso, 2007
).
Mereka yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan
atau singkatnya disebut Teknolog Pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam
melaksanakan tugas profesionalnya yaitu terselenggaranya proses belajar bagi
setiap orang, dengan dikembangkan dan digunakannya berbagai sumber belajar
selaras dengan karakteristik masing-masing pemelajar ( learners ) serta
perkembangan lingkungan. Karena lingkungan itu senantiasa berubah, maka para
Teknolog Pendidikan harus senantiasa mengikuti perkembangan atau perubahan itu.
Oleh karena itu, ia dtuntut untuk selalu mengembangkan diri sesuai dengan
kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, termasuk selalu mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi.[5]
Profesi ini bukan profesi yang netral dan bebas nilai. Ia merupakan profesi
yang memihak kepada kepentingan pemelajar ( learners ) agar mereka memperoleh
kesempatan untuk belajar agar potensi dirinya dapat berkembang semaksimal
mungkin. Profesi ini juga tidak bebas nilai karena masih banyak pertimbangan
lain seperti sosial, budaya, ekonomi dan rekayasa yang mempengaruhi, sehingga
tindakannya harus selaras dengan situasi dan kondisi serta berwawasan ke masa
depan.
Pada tahun 1987 didirikan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan
Indonesia ( IPTPI ) yang mempunyai Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
Kode Etik. Dalam kode etik tersebut dicantumkan kewenangan dan kewajiban,
antara lain kewajiban untuk selalu mengikuti perkembangan IPTEK dan lingkungan.
Disamping itu, juga dirumuskan tanggung jawab profesi kepada perorangan, masyarakat,
rekan sejawat dan orgainisasi ( Miarso, 2007 ).
Profesi teknologi pendidikan, sebagaimana halnya semua profesi yang
baru, menghadapi tantangan yang inheren. Salah satu tantangan yang dihadapi
adalah pengakuan atas profesi teknologi pendidikan. Pengakuan profesi tersebut
selalu dikaitkan dengan jabatan fungsional sebagai pegawai negeri. Padahal
pendidikan keahlian teknologi pendidikan pada prinsipnya tidak mendidik calon
pegawai negeri, melainkan mereka yang mampu mengabdi dan berkarya untuk mengatasi
masalah belajar dimana saja. Jadi terpaksa kita harus mengikuti pengakuan
profesi sebagai jabatan fungsional pegawai negeri.[6]
Teknologi pendidikan sebagai disiplin
keilmuan, profesi dan bidang garapan telah memberikan kontribusinya dalam
pembangunan pendidikan. Namun kontribusi tersebut hanya akan berkembang dengan
adanya komitmen sungguh-sungguh dari para teknolog pendidikan. Pengakuan
profesi dalam jabatan fungsional di lingkungan pendidikan atau perekayasaan,
bukan merupakan hal yang utama, karena lembaga pendidikan profesi teknologi
pendidikan tidak diarahkan untuk mempersiapkan calon pegawai negeri, melainkan
mereka yang peduli untuk mengatasi masalah belajar dalam berbagai latar dengan
berbagai produk.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teknologi Pendidikan merupakan proses yang
kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan
organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan,
mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek
belajar manusia dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan
terkontrol.
Teknologi Pendidikan dapat membentuk teori
karena memenuhi kriteria teori, yaitu :adanya gejala yang belum dipahami,
menjelaskan ( mengapa dan bagaimana ), rangkuman tentang apa yang telah
diketahui, memberikan orientasi fakta yang diteliti, mensistematiskan,
mengklasifikasi, menghubungkan gejala, mengidentifikasi kesenjangan, melahirkan
strategi untuk keperluan riset, dan memprediksi
Teknologi pendidikan memiliki teknik
intelektual, yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, aplikasi
praktis yaitu usaha untuk merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide
dan proses sehingga menghasilkan produk yang dapat dilihat, dan unik yaitu
harus ada karakteristik khusus yang tidak dijumpai pada bidang lain
Teknologi Pendidikan juga memiliki pendidikan
dan pelatihan yang memadai, adanya komitmen terhadap tugas profesionalnya,
adanya usaha untuk senantiasa mengembangkan diri sesuai dengan kondisi
lingkungan dan tuntutan zaman, adanya standar etik yang harus dipatuhi, dan
adanya lapangan pengabdian yang khas.
Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami Teknologi
Pendidikan didefinisikan sebagai konstruk teoritik, bidang garapan dan sebagai
profesi, yang dilihat dari tiga perspektif secara keseluruhan. Dan juga saya
sebagai penulis makalah ini meminta maaf jika dalam penulisan makalah ada salah
kata, karena tidak ada manusia yang sempurna oleh karena itu maafkan kesalahan
saya sebagi pembuat makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Ashby,
Sir Eric., The Fourth Revolution. Instructional Technology in Higher
Education, New York:McGraww-Hill Book , 1972.
http://hendrath-jmr.blogspot.com/2009/10/teknologi-pendidikan-sebagai-konstruk.html
27/03/2011 14.30 WITA.
http://naslionel19.blogspot.com/2011/01/teknologi-pendidikan-sebagai-konstruk.html 27/03/2011. 14.30 WITA.
Miarso,
Yusufhadi., Menyemai Benih Teknologi
Pendidikan, Jakarta : Pustekkom bekerjasama dengan Kencana, 2004.
Suroso, Rifai., Tekhnologi
Terkini, Semarang: PT. Putra Mediacom, 2001.
[1] Rifai Suroso, Tekhnologi
Terkini, (Semarang: PT. Putra Mediacom, 2001), h. 32
[2]Sir Eric Ashby, The Fourth Revolution.
Instructional Technology in Higher Education,
( New York:McGraww-Hill Book , 1972), h. 56
[3]http://hendrath-jmr.blogspot.com/2009/10/teknologi-pendidikan-sebagai-konstruk.html
27/03/2011 14.30 WITA
[4]
http://naslionel19.blogspot.com/2011/01/teknologi-pendidikan-sebagai-konstruk.html 27/03/2011. 14.30 WITA
[5]
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta
: Pustekkom bekerjasama dengan Kencana. 2004), h. 59
[6] Ibid, h. 62
EmoticonEmoticon