Senin, 23 September 2013

MAKALAH: TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI KONSTRUK TEORITIK BIDANG GARAPAN DAN PROFESI



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Adanya sejumlah asumsi masyarakat yang dapat dijadikan sebagai landasan Teknologi Pendidikan adalah sebagai berikut : Masyarakat sekarang adalah masyarakat yang menggunakan teknologi untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Budaya teknologi mempengaruhi semua bidang kehidupan, termasuk pendidikan dan pembelajaran.
Teknologi pembelajaran baru yang dikembangkan melalui riset dasar dan praktik lapangan di pandang mampu dan mememuhi syarat untuk memecahkan masalah-masalah pokok yang berhubungan dengan pembelajaran, organisasi dan administrasi sekolah
Penerapan teknologi pembelajaran baru tersebut akan membawa perubahan besar yang berpengaruh terhadap administrasi dan fasilitas sekolah, metode pembelajaran, serta peranan guru dan siswa.
Agar teknologi pembelajaran yang baru tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal diperlukan suatu profesi baru yang berperan dalam pengelolaan dan penyusunan desain, implementasi dan evaluasi program pendidikan secara penuh
Teknologi merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin maju suatu budaya, makin banyak dan makin canggih teknologi yang digunakan. Meskipun demikian masih banyak di antara kita yang tidak menyadari akan hal itu. Teknologi diterapkan di semua bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan. Teknologi pendidikan ini karenanya beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara integratif, yaitu secara rasional berkembang dan terjalin dalam berbagai bidang pendidikan.
Teknologi pendidikan adalah sebuah konsep yang sangat kompleks dan memiliki definisi yang kompleks pula. Bilamana kita berfikir tentang Teknologi Pendidikan, kita dapat memikirkannya dalam tiga cara yaitu sebagai konstruksi teoritik, sebagai bidang garapan dan sebagai profesi. Agar kita dapat mendefinisikan sebagai tiga cara tersebut maka kita hendaknya terlebih dahulu menganalisis masing-masing cara tersebut sehingga kita dapat secara benar mendefinisikan Teknologi Pendidikan sesuai dengan cara yang seharusnya.
Konstruk teoritik Sebuah abstraksi yang mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang cara bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi, Bidang garapan adalah Aplikasi ide-ide dan prinsip-prinsip teoritik untuk memecahkan masalah-masalah konkret dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Bidang tersebut meliputi teknik-teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang digunakan, dan klien yang dilayani oleh para pelaksana dalam bidang tersebut,Profesi adalah Suatu kelompok pelaksana tertentu yang diorganisasikan memenuhi criteria tertentu, memiliki tugas-tugas tertentu dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.[1] Perumusan Masalah
B.     Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah
·         Teknologi Pendidikan Sebagai Konstruk Teoritik
·         teknologi pendidikan sebagai Bidang Garapan 
·         teknologi pendidikan sebagiProfesi
C.  Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan teknologi pendidikan sebagai konstruk teoritik, bidang garapan dan profesi.
Sedangkan manfaat pembahasan dari makalah ini adalah agar dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih efisien dan efektif.

BAB II
PEMBAHASAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI KONSTRUK TEORITIK BIDANG GARAPAN DAN PROFESI
A.     Teknologi pendidikan sebagai konstruk teoritik
Untuk mendefinisikan Teknologi Pendidikan sebagai konstruksi teoritik hanya diperlukan karakteristik pertama di atas; suatu kesatuan teori intelektual yang selalu dikembangkan melalui kegiatan penelitian.
Istilah teori yang dalam pembicaraan sehari-hari sering digunakan sebagai lawan kata praktek, yang mempunyai arti yang jelas yaitu : suatu prinsip umum yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala atau suatu pernyataan tentang hubungan yang berlaku terhadap sejumlah fakta, suatu prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil baru berdasarkan fakta tersebut.
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.
Teknologi Pendidikan sebagai konstruk teori mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang bagaimana cara pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi. Suatu prinsip umum yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala atau suatu pernyataan tentang hubungan yang berlaku thd sejumlah fakta. Suatu prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil baru berdasarkan fakta tsb.[2]
Teknologi pendidikan adalah suatu proses terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah-masalah pendidikan dan cara pemecahan, mengimplemintasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang berkenaan dengan semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah dalam teknologi pendidikan adalah bagaimana sumber belajar itu didesain, dipilih dan digunakan untuk menciptakan kegiatan belajar.
Paradigma baru pada teknologi pendidikan memberikan suatu pendekatan baru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan, namun demikian pendekatan baru tersebut merupakan penjabaran dan perluasan dari konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara langsung masih berhubungan dengan definisi dan diskripsi bidang teknologi pendidikan yang dihasilkan sebelumnya.
Karakteristik teori dapat diidentifikasikan sebagai berikut :[3]
a. Adanya suatu gejala – harus masih ada beberapa gejala yang belum difahami sejelas-jelasnya menurut pengetahuan yang ada sekarang;
b. Menjelaskan – sebuah teori memberikan penjelasan tentang mengapa atau bagaimana gejala itu terjadi (sebagai kebalikan dari penegasan sederhana terhadap eksistensi suatu gejala);
c. Merangkum – sebuah teori memberikan rangkuman tentang apa yang telah diketahui tentang hubungan antara sejumlah besar informasi empiric, konsep dan generalisasi;
d. Memberikan orientasi – menentukan dan mempertajam fakta-fakta yang akan diteliti (dipelajari) serta membedakan antara data yang relevan dengan data yang tidak relevan;
e. Mensistematiskan – memberikan skema unutuk mensistematiskan, mengklasifikasikan dan menghubungkan segala gejala, postulat dan dalil yang serasi;
f. Mengidentifikasi kesenjangan – mencari bidang-bidang yang relevan namun diabaikan atau belum dipecahkan pada masa kini maupun buat studi di masa mendatang;
g. Melahirkan strategi untuk keperluan riset – memberikan dasar untuk merumuskan hipotesis baru dan melaksanakan riset lebih mendalam berdasar atas penjelasan tersebut;
h. Prediksi – dapat mengungkap hal-hal melebihi dari apa yang bisa diketahui berdasar atas data empiric sehingga dapat membuat estimasi dan memprediksi fakta baru dan hipotesis yang belum diketahui pada saat sekarang;
Teknologi pendidikan adalah suatu proses terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah-masalah pendidikan dan cara pemecahan, mengimplemintasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang berkenaan dengan semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah dalam teknologi pendidikan adalah bagaimana sumber belajar itu didesain, dipilih dan digunakan untuk menciptakan kegiatan belajar.
Paradigma baru pada teknologi pendidikan memberikan suatu pendekatan baru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan, namun demikian pendekatan baru tersebut merupakan penjabaran dan perluasan dari konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara langsung masih berhubungan dengan definisi dan diskripsi bidang teknologi pendidikan yang dihasilkan sebelumnya
B.                 Teknologi Pendidikan Sebagai Bidang Garapan
Teknologi Pendidikan sebagai bidang garapan merupakana aplikasi dari ide dan prinsip teoritik untuk memecahkan masalah kongkrit dalam bidang pendidikan dan pembelajaran ( teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang digunakan dan klien yang dilayani ). Lingkungan kegiatan yang merangkum komponen konsep, ketrampilan dan prosedur serta memadukannya dalam bentuk aplikasi baru.
Karakteristik bidang garapan adalah : teknik intelektual, yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, aplikasi praktis yaitu usaha untuk merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide dan proses sehingga menghasilkan produk yang dapat dilihat, dan unik yaitu harus ada karakteristik khusus yang tidak dijumpai pada bidang lain
Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu ada usaha dan produk yang sengaja di buat dan ada yang ditemukan dan dimanfaatkan. Namun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir-akhir ini, menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan, telah membalik cara berpikir kita dengan bagaimana mengambil manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah belaja ( Miarso, 2007 ).[4]
Berdasarkan uraian tentang obyek formal teknologi pendidikan dan profesi teknolog pendidikan, dapat disimpulkan bahwa bidang garapan teknologi pendidikan meliputi segala sesuatu dimana ada masalah belajar yang perlu dipecahkan.
Bertolak dari sejarah perkembangan garapan teknologi pendidikan, Saettler ( 1968, hal. 10-14 ) berpendapat bahwa awal muasal penggarapan masalah belajar adalah kaum Sufi pada sekitar abad 600 SM. Mereka merupakan penjaja ilmu pengetahuan yang mengajarkan ilmunya kepada para peserta-didik dengan berbagai cara, seperti misalnya dengan cara dialektik, dialogik, ceramah, dan penggunaan bahasa tubuh ( body language ) seperti gerakan wajah, gerakan tangan dsb., dengan maksud agar menarik perhatian dan agar ilmunya dapat ditransfer dengan baik. Ashby ( 1972, hal. 9-10 ) berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan telah berlangsung empat revolusi, yaitu pertama diserahkannya pendidikan anak dari orang tua atau keluarga kepada guru, kedua guru yang diserahi tanggung jawab mendidik, melakukannya secara verbal dan unjuk kerja, ketiga dengan ditemukannya mesin cetak sehingga bahan pelajaran dapat diperbanyak dan digunakan lebih luas, dan keempat dengan berkembangnya secara pesat teknologi elektronik, terutama media komunikasi. Sekarang ini mungkin perlu ditambah dengan revolusi kelima dengan berkembangnya teknologi informasi yang serba digital.
Dalam lingkup pendidikan formal, sejarah teknologi pendidikan dapat diruntut dari ilustrasi atau gambar untuk menjelaskan konsep yang abstrak ( Thompson,1963, hal. 42 ). Praktisi teknologi pendidikan dapat merupakan guru yang menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Intaraktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ) sesuai dengan tuntutan dalam pembaharuan pendidikan. Guru tersebut mungkin memperoleh keterampilan pembelajaran setelah mengikuti program Akta Mengajar, atau mengikuti penataran, atau magang, atau pelatihan khusus yang dilaksanakan oleh yang berwenang. Praktisi tersebut mungkin pula seseorang yang mempunyai hobi elektronik, kemudian belajar sendiri bagaimana membuat rekaman pembelajaran berupa PBK ( pembelajaran berbantuan komputer ), atau rekaman video berupa permainan yang mendidik ( Miarso, 2007 ).
Masalah belajar itu dialami oleh siapa saja sepanjang hidupnya, dimana-mana, di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja dan dari apa dan siapa saja. Berkembangnya teknologi pendidikan tentu saja berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
C.      Teknologi pendidikan sebagai profesi
Teknologi Pendidikan sebagai profesi adalah suatu kelompok pelaksana yang diorganisasikan, memenuhi kriteria tertentu, memiliki tugas tertentu, dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.
Setiap profesi harus terpenuhi syarat-syarat teoritik dan bidang garapan untuk bisa menjadi profesi, dan memiliki karakteristik lainnya, yaitu: pendidikan dan pelatihan yang memadai, adanya komitmen terhadap tugas profesionalnya, adanya usaha untuk senantiasa mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, adanya standar etik yang harus dipatuhi, dan adanya lapangan pengabdian yang khas ( Miarso, 2007 ).
Pendidikan dan pelatihan dalam teknologi pendidikan telah dimulai pada tahun 1972, berupa latihan untuk pengembangan bahan ajar melalui radio. Pada tahun 1974 mulai diberikan matakuliah Teknologi Pendidikan di IKP Jakarta, dan pada tahun 1976 dibuka pendidikan akademik jenjang Sarjana dalam program Teknologi Pendidikan melalui kerjasama antara Tim Penyelenggara Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan dengan IKIP Jakarta. Dua tahun kemudian pada tahun 1978 dibuka pendidikan jenjang Magister dan Doktor Teknologi Pendidikan di IKIP Jakarta. Program pendidikan tersebut merupakan bagian integral dari Proyek Pengembangan Teknologi Komunikasi Untuk Pendidikan yang sekaligus bertujuan untuk membentuk suatu lembaga yang bertanggung jawab mengkoordinasikan pengembangan teknologi pendidikan di Indonesia ( Miarso, 2007 ).
Mereka yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan atau singkatnya disebut Teknolog Pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas profesionalnya yaitu terselenggaranya proses belajar bagi setiap orang, dengan dikembangkan dan digunakannya berbagai sumber belajar selaras dengan karakteristik masing-masing pemelajar ( learners ) serta perkembangan lingkungan. Karena lingkungan itu senantiasa berubah, maka para Teknolog Pendidikan harus senantiasa mengikuti perkembangan atau perubahan itu. Oleh karena itu, ia dtuntut untuk selalu mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, termasuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.[5]
Profesi ini bukan profesi yang netral dan bebas nilai. Ia merupakan profesi yang memihak kepada kepentingan pemelajar ( learners ) agar mereka memperoleh kesempatan untuk belajar agar potensi dirinya dapat berkembang semaksimal mungkin. Profesi ini juga tidak bebas nilai karena masih banyak pertimbangan lain seperti sosial, budaya, ekonomi dan rekayasa yang mempengaruhi, sehingga tindakannya harus selaras dengan situasi dan kondisi serta berwawasan ke masa depan.
Pada tahun 1987 didirikan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia ( IPTPI ) yang mempunyai Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik. Dalam kode etik tersebut dicantumkan kewenangan dan kewajiban, antara lain kewajiban untuk selalu mengikuti perkembangan IPTEK dan lingkungan. Disamping itu, juga dirumuskan tanggung jawab profesi kepada perorangan, masyarakat, rekan sejawat dan orgainisasi ( Miarso, 2007 ).
Profesi teknologi pendidikan, sebagaimana halnya semua profesi yang baru, menghadapi tantangan yang inheren. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengakuan atas profesi teknologi pendidikan. Pengakuan profesi tersebut selalu dikaitkan dengan jabatan fungsional sebagai pegawai negeri. Padahal pendidikan keahlian teknologi pendidikan pada prinsipnya tidak mendidik calon pegawai negeri, melainkan mereka yang mampu mengabdi dan berkarya untuk mengatasi masalah belajar dimana saja. Jadi terpaksa kita harus mengikuti pengakuan profesi sebagai jabatan fungsional pegawai negeri.[6]
Teknologi pendidikan sebagai disiplin keilmuan, profesi dan bidang garapan telah memberikan kontribusinya dalam pembangunan pendidikan. Namun kontribusi tersebut hanya akan berkembang dengan adanya komitmen sungguh-sungguh dari para teknolog pendidikan. Pengakuan profesi dalam jabatan fungsional di lingkungan pendidikan atau perekayasaan, bukan merupakan hal yang utama, karena lembaga pendidikan profesi teknologi pendidikan tidak diarahkan untuk mempersiapkan calon pegawai negeri, melainkan mereka yang peduli untuk mengatasi masalah belajar dalam berbagai latar dengan berbagai produk.






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Teknologi Pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
Teknologi Pendidikan dapat membentuk teori karena memenuhi kriteria teori, yaitu :adanya gejala yang belum dipahami, menjelaskan ( mengapa dan bagaimana ), rangkuman tentang apa yang telah diketahui, memberikan orientasi fakta yang diteliti, mensistematiskan, mengklasifikasi, menghubungkan gejala, mengidentifikasi kesenjangan, melahirkan strategi untuk keperluan riset, dan memprediksi
Teknologi pendidikan memiliki teknik intelektual, yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, aplikasi praktis yaitu usaha untuk merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide dan proses sehingga menghasilkan produk yang dapat dilihat, dan unik yaitu harus ada karakteristik khusus yang tidak dijumpai pada bidang lain
Teknologi Pendidikan juga memiliki pendidikan dan pelatihan yang memadai, adanya komitmen terhadap tugas profesionalnya, adanya usaha untuk senantiasa mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, adanya standar etik yang harus dipatuhi, dan adanya lapangan pengabdian yang khas.


Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami Teknologi Pendidikan didefinisikan sebagai konstruk teoritik, bidang garapan dan sebagai profesi, yang dilihat dari tiga perspektif secara keseluruhan. Dan juga saya sebagai penulis makalah ini meminta maaf jika dalam penulisan makalah ada salah kata, karena tidak ada manusia yang sempurna oleh karena itu maafkan kesalahan saya sebagi pembuat makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

Ashby, Sir Eric., The Fourth Revolution. Instructional Technology in Higher Education, New York:McGraww-Hill Book , 1972.
Miarso, Yusufhadi.,  Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta : Pustekkom bekerjasama dengan Kencana, 2004.
Suroso, Rifai., Tekhnologi Terkini, Semarang: PT. Putra Mediacom, 2001.














[1] Rifai Suroso, Tekhnologi Terkini, (Semarang: PT. Putra Mediacom, 2001), h. 32
[2]Sir Eric Ashby, The Fourth Revolution. Instructional Technology in Higher Education, ( New York:McGraww-Hill Book , 1972), h. 56
[5] Yusufhadi Miarso,  Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Pustekkom bekerjasama dengan Kencana. 2004), h. 59

[6] Ibid, h. 62


EmoticonEmoticon