Senin, 06 Oktober 2014

Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna dan ukuran yang tepat dan akurat yang mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri, diantara nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang terdiri dari beberapa unsur.Sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi memiliki peran penting sebagai agen penyebar virus positif terhadap karakter dan budaya bangsa.Tidak ada yang menolak tentang pentingnya karakter dan budaya, tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana menyusun dan mensistemasikan sehingga anak-anak mampu lebih berkarakter dan berbudaya. Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitasdan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal.Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan berkaitan dengan pembentukan karakter pesertadidik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.Harapannya dapat memberi inspirasi, acuan, dan gambaran kepada semua pihak bahwa pendidikan karakter ternyata dapat diterapkan dengan relistis, murah, dan menyenangkan.

B.     Rumusan Masalah

1.    Jelaskan komponen-komponan yang harus terlibat dalam  pengimplementasian pendidikan karakter!
2.    Bagaiman upaya meningkatkan kesesuaian mutu  pendidikan karakter? 
3.    Jelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam karakter?
4.    Jelaskan keberhasilan implementasi pendidikan karakter?

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Komponen yang Terlibat dalam Pengimplementasian Pendidikan Karakter
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, komponen tersabut adalah sebagai berikut.
1.      Isi Kurikulum
Pembinaan karakter termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh pesertadidik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter diintegrasikan kedalam mata pelajaran yang suadah ada di samping lewat pembiasaan dalam budaya sekolah. Guru tidak hanya berusaha memenuhi standar kompetensi sebagaimana diamanatkan oleh kurikulum nasional, tetapi juga mengarahkan peserta didik terbiasa memetik nilai-nilai dari pelajaran tersebut.
2.    Proses Pembelajaran Dan Penilaian 
Pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya padatataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, danpengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
3.      Penanganan atau Pengelolaan Mata Pelajaran
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
4.      Pengelolaan Sekolah[1]
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam  kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
5.      Pelaksanaan Aktivitas atau Kegiatan Extra- kurikuler

Kegiatan extra-kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan extra-kurikuler merupakan kegiatan membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan extra-kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensidan prestasi peserta didik.
6.              Pemberdayaan Sarana Prasarana
7.              Pembiayaan
8.              Kualitas Hubungan
9.              Etos Kerja Seluruh Warga dan Lingkungan Sekolah[2]
Etos kerja juga menjadi perhatian utama. Pembinaanetos kerja berkaitan erat dengan daya saing mereka.Artinya mereka berupaya menyiapkan tenaga kerja yangberetos kerja tinggi. Pembinaan etos kerja dibentukdengan pembiasaan disiplin kerja.Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak,dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.


B.     Upaya Meningkatkan Kesesuaian dan Mutu PendidikanKarakter
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutupendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasionalmengembangkan Grand Design pendidikan karakter untuksetiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Berdasarkan Grand Design yang di kembangkan Kemendiknas(2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukankarakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalamkeluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Grand Design menjadi rujukan konseptualdan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaianpada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakterdalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam:

1.              Olah Hati (Spiritual and Emotional Development)
2.              Olah Pikir (Intellectual Development)
3.              Olah Raga dan Kinestetik (Physical and Kinestetic Development)
4.              Olah Rasa dan Karsa ( Affective and Creativity Development)[3]

Keempat proses psikososial tersebut secara terpadu salingberkait dan saling melengkapi, yang bermuara padapembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai luhur. Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu ini dilakukan dengan mengacu pada Grand Design tersebut.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatandan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilaisosial tertentu dalam diripeserta didik.
 Menurut Hersh (1980), ada lima pendekatan yangdigunakan yaitu:
1.              Pendekatan pengembangan rasional
2.              Pendekatan pertimbangan
3.              Pendekatan klarifikasi nilai
4.              Pendekatan pengembangan moral kognitif 
5.              Pendekatan perilaku sosial

Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989) mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yaitu:

1.      Pendekatan kognitif 
2.      Pendekatan afektif
3.      Pendekatan perilaku

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalurpendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolahnya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%.Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30%terhadap hasil pendidikan peserta didik.[4]

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tuayang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan dilingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengaraibisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini,waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih dititik beratkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir hingga ujian nasional. Ditambah lagi latihan latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari hari para siswa.Saatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orangtua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwaukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari prestasi angka-angka. Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman pengalaman bagi siswauntuk membangun dan membentuk karakter unggul.

C.    Nilai-Nilai Karakter[5]

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia,yang bersumberdari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai TheGolden Rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak darinilai-nilai karakter dasar tersebut. Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial,peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa,diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Berikut adalah daftar nilai-nilai utamayangdimaksud dan diskripsi ringkasnya.
1.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhana. Religius Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agamanya.
2.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri.
a.               Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikandirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,baik terhadap diri dan pihak lain.
b.              Bertanggung jawab
 Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnyadia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara danTuhan Yang Maha Esa. Bergaya hidup sehat segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
c.               Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
d.      Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
e.       Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
f.                Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru,    menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
g.              Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif 
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.


h.      Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan tugas- tugas. 
i.                  Rasa ingin tahu
 Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j.                  Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

3.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesamaa.
a.       Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b.      Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
c.       Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untukmenghasilkan sesuatu yang bergunabagi masyarakat,dan mengakui dan menghormati keberhasilan oranglain.
d.      Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang, tata bahasa maupun tata perilaku ke semua orang.
e.       Demokratis[6]
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.


4.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan.

a.       Peduli sosial dan lingkungan
Sikap  dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

5.      Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a.       Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi, dan politik bangsanya.
b.              Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat,budaya, suku, dan agama. Menurut para ahli psikologi, beberapa nilai karakter dasar adalah cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya (alamseisinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasihsayang, peduli dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerjakeras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan;baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan cintapersatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari dapat dipercaya, rasa hormatdan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab;kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin,visioner, adil dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifatrelatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan lingkungansekolah itu sendiri.

D.    Keberhasilan Implementasi Pendidikan Karakter[7]
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik yang antaralain meliputi sebagai berikut:
1.              Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengantahap perkembangan remaja;
2.              Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
3.              Menunjukkan sikap percaya diri;
4.      Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
5.              Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
6.              Menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan   kreatif;
7.              Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, daninovatif;
8.              Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
9.              Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
10.       Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
11.       Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
12.       Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan RepublikIndonesia;
6.      Menghargai karya seni dan budaya nasional;
7.      Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
8.      Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
9.      Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
10.       Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;
11.  Menghargai adanya perbedaan pendapat;
12.  Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
13.  Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara,membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia   danbahasa Inggris sederhana;
14.  Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
15.  Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah,yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter pesertadidik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahantersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah.Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.
B.     Saran
Orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orangtua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan,dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius.Sebagai pendidik disamping mengajar maka juga harus menjadikan dirinya sebagai teladan bagi murid-muridnya, tidak hanya mentransfer ilmu atau pengetahuannya saja.



DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Agama, Budaya, dan Pendidikan Karakter Bangsa. 2006
Kementerian Pendidikan Nasional.  Pendidikan Karakter . Jakarta: Kumpulan Pengalaman Inspiratif , 2010.

Suyatno; Sumedi, Pudjo, dan Riadi, Sugeng (Editor). Pengembangan Profesionalisme Guru: 70 Tahun Abdul Malik Fadjar. Jakarta: UHAMKA Press, 2009.
M. Furqon Hidayatullah. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.
Ratna Megawangi. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FE-UI, 2007.
UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kemendiknas. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.  Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2010.
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung : PT Rosdakarya, 2004.
Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter. Jakarta : Indonesia Hertage Fondation, 2004.
Izzaty, Rita Eka.  Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB UPI, 2001.
Suparno,dkk. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah.Yogyakarta: Kanisius, 2002.




[1] Kemendiknas. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2010) h. 112

[2] Ratna Megawangi. Semua Berakar Pada Karakter.( Jakarta: FE-UI, 2007) h. 152

[3] Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). (Bandung : PT Rosdakarya, 2004) h. 168

[4] UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

[5] M. Furqon Hidayatullah. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.

[6] Suparno,dkk. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah.(Yogyakarta: Kanisius, 2002) h. 112


[7] Izzaty, Rita Eka.  Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. (Bandung: PPB UPI, 2001) h. 215

                                                            


EmoticonEmoticon