BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk
lebih maju. Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna dan ukuran yang
tepat dan akurat yang mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri, diantara
nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang terdiri dari beberapa
unsur.Sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi memiliki
peran penting sebagai agen penyebar virus positif terhadap
karakter dan budaya bangsa.Tidak ada yang
menolak tentang pentingnya karakter dan budaya, tetapi jauh lebih penting
adalah bagaimana menyusun dan mensistemasikan sehingga anak-anak mampu lebih berkarakter
dan berbudaya. Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitasdan
kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan
formal.Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni
meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai
kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala
tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan
dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik
melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000),
ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain
(soft skill).
Penelitian ini
mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh
soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di
dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft
skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu
pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan berkaitan
dengan pembentukan karakter pesertadidik sehingga mampu bersaing, beretika,
bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.Harapannya dapat
memberi inspirasi, acuan, dan gambaran kepada semua pihak bahwa pendidikan
karakter ternyata dapat diterapkan dengan relistis, murah, dan
menyenangkan.
B. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan
komponen-komponan yang harus terlibat dalam pengimplementasian
pendidikan karakter!
2.
Bagaiman upaya
meningkatkan kesesuaian mutu pendidikan karakter?
3.
Jelaskan nilai-nilai
yang terkandung dalam karakter?
4.
Jelaskan
keberhasilan implementasi pendidikan karakter?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komponen yang Terlibat dalam Pengimplementasian
Pendidikan Karakter
Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, komponen tersabut adalah sebagai
berikut.
1.
Isi Kurikulum
Pembinaan karakter termasuk dalam materi yang harus diajarkan
dan dikuasai serta direalisasikan oleh pesertadidik dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan karakter diintegrasikan kedalam mata pelajaran yang
suadah ada di samping lewat pembiasaan dalam budaya sekolah. Guru tidak hanya
berusaha memenuhi standar kompetensi sebagaimana diamanatkan oleh kurikulum
nasional, tetapi juga
mengarahkan peserta didik terbiasa memetik nilai-nilai dari pelajaran tersebut.
2. Proses Pembelajaran Dan
Penilaian
Pembelajaran
nilai-nilai karakter tidak hanya padatataran kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, danpengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat.
3. Penanganan atau Pengelolaan
Mata Pelajaran
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada
setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau
nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter
di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah.
Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan,
dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara
memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu
ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah
merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
5.
Pelaksanaan Aktivitas atau
Kegiatan Extra- kurikuler
Kegiatan extra-kurikuler
yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang
potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta
didik. Kegiatan extra-kurikuler merupakan kegiatan membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan
oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan
di sekolah. Melalui kegiatan extra-kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensidan prestasi peserta didik.
6.
Pemberdayaan
Sarana Prasarana
7.
Pembiayaan
8.
Kualitas
Hubungan
9.
Etos Kerja
Seluruh Warga dan Lingkungan Sekolah[2]
Etos kerja juga menjadi perhatian utama. Pembinaanetos kerja berkaitan
erat dengan daya saing mereka.Artinya mereka
berupaya menyiapkan tenaga kerja yangberetos kerja tinggi. Pembinaan
etos kerja dibentukdengan pembiasaan
disiplin kerja.Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak,dan citra sekolah
tersebut di mata masyarakat luas.
B.
Upaya
Meningkatkan Kesesuaian dan Mutu PendidikanKarakter
Sebagai upaya
untuk meningkatkan kesesuaian dan mutupendidikan karakter, Kementerian
Pendidikan Nasionalmengembangkan Grand
Design pendidikan karakter
untuksetiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Berdasarkan Grand Design yang di kembangkan Kemendiknas(2010), secara psikologis dan sosial
kultural pembentukankarakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi
individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam
konteks interaksi sosial kultural (dalamkeluarga,
sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Grand Design menjadi rujukan konseptualdan operasional
pengembangan, pelaksanaan, dan penilaianpada setiap jalur dan jenjang
pendidikan. Konfigurasi karakterdalam
konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan
dalam:
1.
Olah Hati
(Spiritual and Emotional Development)
2.
Olah Pikir (Intellectual
Development)
3.
Olah Raga dan
Kinestetik (Physical and Kinestetic Development)
Keempat
proses psikososial tersebut secara terpadu salingberkait dan saling melengkapi, yang bermuara padapembentukan karakter yang
menjadi perwujudan dari nilai-nilai luhur. Pengembangan dan implementasi
pendidikan karakter perlu ini dilakukan dengan mengacu pada Grand Design tersebut.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya
peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian,
ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatandan modus
pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan
penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara
barat, seperti pendekatan perkembangan moral
kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian
yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui
penanaman nilai-nilaisosial tertentu dalam diripeserta didik.
Menurut Hersh
(1980), ada lima pendekatan yangdigunakan yaitu:
1.
Pendekatan
pengembangan rasional
2.
Pendekatan
pertimbangan
3.
Pendekatan
klarifikasi nilai
4.
Pendekatan
pengembangan moral kognitif
5.
Pendekatan
perilaku sosial
Berbeda
dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989) mengklasifikasikan
berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yaitu:
1.
Pendekatan
kognitif
2.
Pendekatan afektif
3.
Pendekatan
perilaku
Menurut UU No
20 Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional pada Pasal 13 Ayat 1
menyebutkan bahwa Jalurpendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal,
dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.Pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal
sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan
pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolahnya sekitar
7 jam per hari, atau kurang dari 30%.Selebihnya
(70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika
dilihat dari aspek kuantitas waktu pendidikan
di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30%terhadap hasil pendidikan peserta
didik.[4]
Selama ini,
pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan
kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter
peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tuayang relatif tinggi,
kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga,
pengaruh pergaulan dilingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengaraibisa
berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta
didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan
kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di
sekolah. Dalam hal ini,waktu belajar peserta didik di sekolah perlu
dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan
karakter peserta didik.Sistem pendidikan di
Indonesia secara umum masih dititik beratkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini
dapat dilihat dari orientasi sekolah sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian,
mulai dari ujian mid, ujian akhir hingga ujian nasional. Ditambah lagi latihan
latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku
pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari hari para
siswa.Saatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orangtua dan masyarakat
senantiasa memperkaya persepsi bahwaukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari
prestasi angka-angka. Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa
menciptakan pengalaman pengalaman bagi siswauntuk membangun dan membentuk
karakter unggul.
C. Nilai-Nilai Karakter[5]
Pendidikan karakter berpijak dari
karakter dasar manusia,yang bersumberdari
nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai TheGolden Rule. Pendidikan karakter dapat
memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak
darinilai-nilai karakter dasar tersebut. Berdasarkan kajian nilai-nilai agama,
norma-norma sosial,peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah
teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama,
yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa,diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Berikut
adalah daftar nilai-nilai utamayangdimaksud dan diskripsi ringkasnya.
1.
Nilai karakter
dalam hubungannya dengan Tuhana. Religius Pikiran, perkataan, dan tindakan
seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan
atau ajaran agamanya.
2.
Nilai karakter
dalam hubungannya dengan diri sendiri.
a.
Jujur
Perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikandirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,baik terhadap diri dan pihak
lain.
b.
Bertanggung
jawab
Sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnyadia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara danTuhan Yang Maha Esa. Bergaya hidup sehat segala upaya untuk menerapkan
kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
c.
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
d.
Kerja keras
Perilaku yang
menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan
tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
e.
Percaya diri
Sikap yakin
akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan
harapannya.
f.
Berjiwa
wirausaha
Sikap dan
perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
g.
Berpikir logis,
kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan
melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
h.
Mandiri
Sikap dan
perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan tugas- tugas.
i.
Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j.
Cinta ilmu
Cara berpikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap pengetahuan.
3.
Nilai karakter
dalam hubungannya dengan sesamaa.
a.
Sadar akan hak
dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri
sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b.
Patuh pada
aturan-aturan sosial
Sikap
menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan
kepentingan umum.
c.
Menghargai
karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untukmenghasilkan sesuatu yang
bergunabagi masyarakat,dan mengakui dan menghormati keberhasilan oranglain.
d.
Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang, tata bahasa maupun tata
perilaku ke semua orang.
e.
Demokratis[6]
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
4.
Nilai karakter
dalam hubungannya dengan lingkungan.
a.
Peduli sosial
dan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu
ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5.
Nilai
kebangsaan
Cara berpikir,
bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
a.
Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya,ekonomi, dan politik bangsanya.
b.
Menghargai
keberagaman
Sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang
berbentuk fisik, sifat, adat,budaya, suku, dan agama. Menurut para ahli
psikologi, beberapa nilai karakter dasar adalah cinta kepada Allah dan
ciptaan-Nya (alamseisinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun,
kasihsayang, peduli dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerjakeras dan
pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan;baik dan rendah hati, toleransi,
cinta damai dan cintapersatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar
manusia terdiri dari dapat dipercaya, rasa hormatdan perhatian, peduli, jujur,
tanggung jawab;kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin,visioner,
adil dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus
berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar yang selanjutnya dikembangkan
menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak
absolut atau bersifatrelatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan
lingkungansekolah itu sendiri.
D.
Keberhasilan
Implementasi Pendidikan Karakter[7]
Keberhasilan
program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh
peserta didik yang antaralain meliputi sebagai berikut:
1.
Mengamalkan
ajaran agama yang dianut sesuai dengantahap perkembangan remaja;
2.
Memahami
kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
3.
Menunjukkan
sikap percaya diri;
4.
Mematuhi
aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
5.
Menghargai
keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup
nasional;
6.
Menerapkan
informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis,
dan kreatif;
7.
Menunjukkan
kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, daninovatif;
8.
Menunjukkan
kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
9.
Menunjukkan
kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
10.
Mendeskripsikan
gejala alam dan sosial;
11.
Memanfaatkan
lingkungan secara bertanggung jawab;
12.
Menerapkan
nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan RepublikIndonesia;
6.
Menghargai karya
seni dan budaya nasional;
7.
Menghargai
tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
8.
Menerapkan
hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
9.
Berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan santun;
10. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat;
11.
Menghargai
adanya perbedaan pendapat;
12.
Menunjukkan
kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
13.
Menunjukkan
keterampilan menyimak, berbicara,membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia danbahasa Inggris sederhana;
14.
Menguasai
pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
15.
Memiliki jiwa
kewirausahaan.
Pada tataran sekolah, kriteria
pencapaian pendidikan karakter adalah
terbentuknya budaya sekolah,yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat
sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan informal
terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam
mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter pesertadidik. Salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahantersebut adalah melalui
pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan
pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di
sekolah.Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan
agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan
karakter peserta didik.
B.
Saran
Orang tua hendaknya
menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan
lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan
kerjasama yang baik antara orangtua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu
ditingkatkan,dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius.Sebagai pendidik
disamping mengajar maka juga harus menjadikan dirinya sebagai teladan bagi
murid-muridnya, tidak hanya mentransfer ilmu atau pengetahuannya saja.
DAFTAR PUSTAKA
Azra,
Azyumardi. Agama, Budaya, dan Pendidikan
Karakter Bangsa. 2006
Kementerian Pendidikan
Nasional. Pendidikan Karakter . Jakarta: Kumpulan Pengalaman Inspiratif ,
2010.
Suyatno; Sumedi, Pudjo, dan Riadi,
Sugeng (Editor). Pengembangan
Profesionalisme Guru: 70 Tahun Abdul Malik Fadjar. Jakarta: UHAMKA Press,
2009.
M. Furqon Hidayatullah. Guru
Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. Surakarta: Yuma
Pustaka, 2010.
Ratna Megawangi. Semua Berakar
Pada Karakter. Jakarta: FE-UI, 2007.
UU No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Kemendiknas. Pembinaan
Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2010.
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung
: PT Rosdakarya, 2004.
Megawangi,
Ratna. Pendidikan Karakter. Jakarta :
Indonesia Hertage Fondation, 2004.
Izzaty,
Rita Eka. Layanan Bimbingan dan
Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB UPI, 2001.
Suparno,dkk.
Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah.Yogyakarta:
Kanisius, 2002.
[1] Kemendiknas. Pembinaan
Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2010) h. 112
[3]
Abdul Majid
dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004). (Bandung : PT Rosdakarya, 2004) h. 168
[5]
M. Furqon Hidayatullah. Guru Sejati:
Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.
[7] Izzaty, Rita Eka. Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur
Pendidikan Formal. (Bandung: PPB UPI, 2001) h. 215
EmoticonEmoticon