Rabu, 07 Januari 2015

Makalah “Tujuan Pendidikan Islam” “Dalam Q.S Ali Imran: 138-139, Q.S Al-Fath: 29, Q.S Al-Hajj: 41, Q.S Az-Zariyat:56 dan Q.S Huud: 61"

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk mencapai suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan kapasitas dan potensi-potensi yang ada pada manusia. Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Ibarat seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya pun tak lebih dari pengalaman selama perjalanan.
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan pijakan. Dalam perkembangannya teori-teori tentang tujuan pendidikan islam menjadi perhatian yang cukup besar dari para pakar pendidikan.
Begitu banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang membahas  dan memberi penjelasan tentang tujuan pendidikan islam. Sepeti contoj beberapa ayat yang akan dibahas dalam makalah ini.
B.     Permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas dapat di ambil beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.      Bagaimana redaksi dan penjelasan ayat-ayat tentang tujuan pendidikan islam?
2.      Apa-apa sajakah yang menjadi tujuan dalam pendidikan islam?
3.      Apa tujuan pendidikan islam menurut para tokoh pendidikan?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Redaksi dan penjelasan ayat tentang tujuan pendidikan
a.      Q.S Ali-‘Imran:138-139
#x»yd ×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur šúüÉ)­GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ Ÿwur (#qãZÎgs? Ÿwur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
Artinya:
“(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S Ali-‘Imran: 138-139)[1]

1.      Tafsir mufradat[2]
Yèdur = penambah penerang mata hati dan petunjuk kepada jalan agama lurus
×psàÏãöqtBur = lemah dalam beramal, berpikir dan dalam menjalankan perkara.
#qçRtøtr     = perasaan yang menimpa jiwa bila kehilangan sesuatu yang dicintai




2.      Munasabah
Munasabah ayat ini terdpat pada Q.S Al-Baqarah: 2
y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ
Artinya:
“Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Ketiga ayat ini member penjelasan bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk daan petuah yang khusus bagi orangorang yang bertakwa, karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk dengan kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya sebagai pelajaran dalam menghadapai kenyataan-kenyataan yang sedang mereka alami. Berkat petunjuk ini, mereka berjalan lurus sesuai dengan metode yang benar, dan menjauh dari hal-hal yang mengakibatkan kelalaian yang sudah tampak jelas akibatnya, yakni membahayaka diri mereka.[3]

3.      Implementasi terhadap tujuan pendidikan
Dalam ayat ini telah jelas bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah menciptakan seorang Khalifah yang kuat, bertakwa dan memiliki perasaan yang kuat. Seorang pemipin tidak boleh memiliki hati yang lemah yang selalu bersedih hati padahal terang dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa orang-orang yang bertakwa akan ditinggikan derajatnya jika dia memiliki hati dan perasaan yang kuat.

b.      Q.S Al-Fath:29
Ó£JptC ãAqߧ «!$# 4 tûïÏ%©!$#ur ÿ¼çmyètB âä!#£Ï©r& n?tã Í$¤ÿä3ø9$# âä!$uHxqâ öNæhuZ÷t/ ( öNßg1ts? $Yè©.â #Y£Úß tbqäótGö6tƒ WxôÒsù z`ÏiB «!$# $ZRºuqôÊÍur ( öNèd$yJÅ Îû OÎgÏdqã_ãr ô`ÏiB ̍rOr& ÏŠqàf¡9$# 4 y7Ï9ºsŒ öNßgè=sVtB Îû Ïp1uöq­G9$# 4 ö/àSè=sVtBur Îû È@ŠÅgUM}$# ?íötx. ylt÷zr& ¼çmt«ôÜx© ¼çnuy$t«sù xán=øótGó$$sù 3uqtFó$$sù 4n?tã ¾ÏmÏ%qß Ü=Éf÷èムtí#§9$# xáŠÉóuÏ9 ãNÍkÍ5 u$¤ÿä3ø9$# 3 ytãur ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Nåk÷]ÏB ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $JJÏàtã ÇËÒÈ
Artinya:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S Al-Fath:29)[4]

1.      Tafsir mufradat
ä!#£Ï©r& = jamak dari Syadid (keras)
ä!$uHxqâ = Jamak dari Rahim (penyayang)
xôÒsù = pahala[5]
2.      Munasabah
Munasabah ayat ini terdapat dalam Q.S Al-Maidah: 54
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä `tB £s?ötƒ öNä3YÏB `tã ¾ÏmÏZƒÏŠ t$öq|¡sù ÎAù'tƒ ª!$# 5Qöqs)Î/ öNåk:Ïtä ÿ¼çmtRq6Ïtäur A'©!ÏŒr& n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# >o¨Ïãr& n?tã tûï͍Ïÿ»s3ø9$# šcrßÎg»pgä Îû È@Î6y «!$# Ÿwur tbqèù$sƒs sptBöqs9 5OͬIw 4 y7Ï9ºsŒ ã@ôÒsù «!$# ÏmŠÏ?÷sム`tB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur íOŠÎ=tæ ÇÎÍÈ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”[6]
Pada Q.S Al-Maidah dijelaskan akan dating suatu kaum dimana mereka akan bersikap lemah lembut terhadap kaum mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir, sedangkan pada ayat selanjutnya allah memberi penjelasan ini lah kaum yang telah dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah. Para sahabat Rasulullah yang sepeninggalannya menjadi pemimpin terhadap kaum muslim yang tidak bersikap lemah dan bersikap sedemikian keras terhadap orang-orang kafir dan bersikap lemah lembut terhadap sesame mukmin.[7]

3.      Implementasi terhadap tujuan pendidikan
Setelah Allah SWT menyebutkan bahwa Dia mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama islam, supaya Dia meluhurkan derajat agama tersebut atas semua agama-agama yang lain, maka dilanjutkan dengan menerangkan ihwal rasul dan umat yang kepada mereka ia diutus. Allah menggambarkan mereka dengan sifat-sifat yang seluruhnya terpuji dan merupakan peringatan bagi generasi sesudah mereka dan dengan sifat-sifat itulah mereka dapat menguasai bangsa-bangsa lain dan memiliki negeri-negeri mereka, bahkan  menggenggam tampuk kepemimpinan seluruh dunia. Yaitu:
a.       Bahwa mereka bersikap keras terhadap siapapun yang menentang agama-Nya, dan mengajak bermusushan, dan bersifat belas kasih sesame mereka.
b.      Bahwa mereka menjadikan salat dan keikhlasan kepada Allah sebagai kebiasaan mereka pada kebanyakan waktu.
c.       Bahwa mereka dengan amal mereka mengharapkan pahala dari Tuhan mereka dan kedekatan disisi-Nya serta keridhaan dari-Nya.
d.      Bahwa mereka mempunyai tanda yang dengan itu mereka mudah dikenal. Yakni bahwa mereka bercahaya pada wajah mereka, khusyu’ dan tunduk yang bias dikenali orang yang cerdas.
e.       Bahwa injil mengumpamakan  keadaan mereka dengan mengatakan akan muncul suatu kaum yang akan tumbuh bagian tumbuhnya tanaman, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran.[8]
f.        
c.       Q.S Al-Hajj: 41
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4qŸ2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Q.S Al-Hajj: 41)[9]

1.      Tafsir  Mufradat
öNßg»¨Y©3¨B = memperkuat kedudukan manusia[10]
2.      Munasabah
Munasabah ayat ini teradapat dalam Q.S Al-Kahfi: 110
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqム¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_ötƒ uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ Ÿwur õ8ÎŽô³ç ÍoyŠ$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ
Artinya
“Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".[11]

3.      Implementasi terhadap tujuan pendidikan
Menjadi seorang pemimpin harus bisa memberikan contoh dan menjadi suri tauladan bagi bahwannya atau rakyat yang dipimpinnya. Ketika pemimpin melakukan hal-hal yang diperintahkan Allah yaitu berbuat yang ma’ruf dan menjauhi kemungkaran maka dengan sendirinya para pengikutnya akan mengikutinya.


d.      Q.S Az-Zariyat: 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat: 56)[12]

1.      Tafsir Mufradat
brßç7÷èuÏ9 žwÎ) = illa liya’ budun : kecuali supaya aku perintahakan mereka menyembah-Ku bukan karena aku butuh kepada mereka.[13]
2.      Munasabah
Munasabah ayat ini terdapat dalam Q.S At-Taubah:31
!$tBur (#ÿrãÏBé& žwÎ) (#ÿrßç6÷èuÏ9 $Yg»s9Î) #YÏmºur ( Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd 4 ¼çmoY»ysö7ß $£Jtã šcqà2̍ô±ç ÇÌÊÈ
Artinya:
“padahal mereka Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”[14]

3.      Implementasi terhadap tujuan pendidikan
Selain menjadi seorang pemimpin manusia diciptakan dibumi sebagai abdi Allah yang harus tunduk dan patuh pada perintah-Nya. Untuk itu  dijelaskan dalam ayat ini tidaklah manusia dan jin diciptakan melainkan untuk menyembahku. Karena sekiranya Aku tidak menciptakan mereka niscaya mereka takkan kenal keberadaan-Ku dan keesaan-Ku.

e.       Q.S Huud:61
* 4n<Î)ur yŠqßJrO öNèd%s{r& $[sÎ=»|¹ 4 tA$s% ÉQöqs)»tƒ (#rßç6ôã$# ©!$# $tB /ä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçŽöxî ( uqèd Nä.r't±Rr& z`ÏiB ÇÚöF{$# óOä.tyJ÷ètGó$#ur $pkŽÏù çnrãÏÿøótFó$$sù ¢OèO (#þqç/qè? Ïmøs9Î) 4 ¨bÎ) În1u Ò=ƒÌs% Ò=ÅgC ÇÏÊÈ
Artinya:
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, Karena itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."(Q.S Huud: 61)[15]

1.      Tafsir Mufradat[16]
yJ÷ètGó$#ur = kemakmuran
2.      Munasabah
Munasabah ayat ini terdapat dalam Q.S Al-Hijr: 82
(#qçR%x.ur tbqçGÅs÷Ztƒ z`ÏB ÉA$t6Ågø:$# $·?qãç/ šúüÏZÏB#uä ÇÑËÈ

Artinya:
“Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.”[17]
Sesungguhnya Allah-lah yang teah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan menganugrahkan kepadamu sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan diatas bumu. Maka, tidakalah takut kamu menyembah Allah, karena Allah-lah yang berjasa dan member anugerah kepada kalian. Oleh karena itu, bersyukur kepada-Nya adalah kewajibanmu dengan cara beribadah kepada-Nya semata-mata dengan ikhlas.[18]

B.     Tujuan pendidikan islam
Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan islam terlebih dahulu dijelaskan apa sebenarnya makana dari “tujuan” tersebut. Secara etimologi, tujuan adalah arah, maksud atau haluan.[19] Dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan “ghayat, ahdaf atau maqashid”. Sementara dalam bahasa inggris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives atau aim”. Secara terminology, tujuan berarti “sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”.[20] Oleh H.M Arifin menyebutkan, bahwa tujuan pendidikan islam adalah “identitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.”[21]
Berdasrkan kepada pengertian pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insane-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir
C.    Tujuan pendidikan islam menurut para tokoh pendidikan
Secara umum, tujuan pendidikan islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar eserta didik menjadi manusi-manusi sempurna (insane kamil) setelah menghabiskan sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.[22]
Namun demikian agar tujuan-tujuan yang dimaksud lebih dipahami, berikut ini akan diuraikan tujuan pendidikan Islam dalam perspektif para ulama muslim.
1.      Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya “Educational Theory a Qur’anic Outbook”, bahwa pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt. atau sekurang-kurangnya mempersiapkan kejalan yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepada-Nya.
Selanjutnya tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga komponen sifat dasar manusia yaitu: 1). Tubuh; 2). Ruh, dan 3). Akal yang masing-masing harus dijaga. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan  pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:
a.)    Tujuan pendidikan jasmani
Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan ke arah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat. Pendidikan Islam dalam hal ini mengacu pada pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relevan bagi para pelajar.
b.)    Tujuan pendidikan rohani
Orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima seluruh cita-cita ideal yang terdapat dalam Al-Qur’an. Peningkatan jiwa dan kesetiaannya yang hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani dari tingkah laku Nabi saw. merupakan bagian pokok dalam tujuan pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka pendidikan islam menurut Muhammad Qurb ialah meletakkan dasar-dasar yang harus member petunjuk agar manusia memlihara kontaknya yang terus menerus dengan Allah SWT.
c.)    Tujuan pendidikan akal
Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegasi yang mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya. Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Di samping itu pendidikan islam mengacu kepada tujuan member daya dorong menuju peningkatan kecerdasan manusia.[23]
d.)   Tujuan pendidikan social
Seorang khalifah mempunyai kepribadian utama dan seimbang, sehingga khalifah tidak akan hidup dalam keterasingan dan ketersendirian. Oleh karena itu, aspek social dari khalifah harus dipelihara.
Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan social adalah menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter manusia unik, agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan menjadi karakter utaa yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan Islam.
Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam versi Abdurrahman adalah mewujudkan manusia ideal sebagai abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada Allah.
2.      Menurut Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:
a.)    Membentuk Insan Purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b.)    Membentuk Insan Purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Dari kedua tujuan di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan versi Al_Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah), sebagaimana yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat duniawi. Karena itu Al-Ghazali memberi ruang yang cukup luas dalam system pendidikannya bagi perkembangan duniawi.[24]
3.      Menurut M. Djunaidi Dhany
Tujuan pendidikan menurut M. Djunaidi Dhany, sebagaimana yang dikutip oleh Zainuddin dkk., adalah sebagai berikut:
a.       Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna.
b.      Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa kepercayaan anak terhadap agama dan kepada Tuhan.
c.       Mengembangkan intelegnsi anak secara efektif agar mereka siap untuk mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang.

4.      Tujuan pendidikan menurut Hasan Langgulung
Dalam bukunya “Asas-asas Pendidikan Islam”, Hasan Langgulung menjelaskan, bahwa tujuan pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan mansia, atau lebih tegasnya, tujuan pendidikan adalah untuk menjawab persoalan “untuk apa kita hidup?.”
Islam telah member jawaban yang tegas dalam hal ini, seperti firman Allah swt:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat: 56)[25]
Menyembah atau ibadah dalam pengertian luas berarti mengembangkan sifat-sifat Tuhan pada diri manusia sesuai dengan petunjuk Allah swt.[26]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tujuan pendidikan islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir. Tujuan ini diklasifikasikan kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Banyak sekali konsep dan teori tujuan pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan; baik pada zaman klasik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat dipahami, bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan Islam tersebut merupakan bukti adanya usaha dari para intelektual muslim dan masyarakat muslim umumnya untuk menciptakan suatu system pendidikan yang baik bagi masyarakatnya.



DAFTAR PUSTAKA
Arief Armai,  Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1; Jakarta: Ciputat Press, 2002
Arifin H.M, Ilmu Pendidikan Islam¸Cet. Ke-1; Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991
Daradjat Zakiyah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-2; Jakarta: PT Bumi Aksara dan Departemen Agama RI, 1992
Departemen  Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Cet. X; Bandung: PT. Diponegoro, 2001
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4; Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4, Semarang: Toha Putra, 1989
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 26, Semarang: Toha Putra, 1989
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 13, Semarang: Toha Putra, 1989
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 27, Semarang: Toha Putra, 1989
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 12, Semarang: Toha Putra, 1989
Langgulung Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Cet. 5; Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2003



[1] Departemen  Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Cet. X; Bandung: PT. Diponegoro, 2001), h. 53
[2] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 126
[3] Ibid., h. 131-132
[4] Departemen  Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 441
[5] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 26, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 192
[6] Departemen  Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 93
[7] Ahmad Mustafa, op.cit., h. 194
[8] Ibid., h. 193
[9] Departemen  Agama Republik Indonesia, op.cit., h.  269
[10] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 13, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 193
[11]  Departemen  Agama Republik Indonesia, op. cit.,  h. 243
[12] Ibid., h. 417
[13] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 27, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 20
[14]  Departemen  Agama Republik Indonesia, op.cit.,  h. 153
[15]  Ibid., 182
[16] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 12, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 96
[17] Departemen  Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 212
[18] Ahmad Mustafa, op. cit., h. 98-99
[19] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. Ke-4; Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 1077
[20] Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. Ke-2; Jakarta: PT Bumi Aksara dan Departemen Agama RI, 1992), h. 29
[21] H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam¸(Cet. Ke-1; Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991), h. 224
[22] Armai Arief,  Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Cet. 1; Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 18-19
[23] Ibid, h. 19-21
[24] Ibid, h. 21-22
[25]  Departemen  Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 417
[26] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Cet. 5; Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2003), h. 297-301


EmoticonEmoticon