BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan upaya memperlakukan manusia untuk mencapai suatu tujuan. Perlakuan
itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan kapasitas dan potensi-potensi yang
ada pada manusia. Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai
arti apa-apa. Ibarat seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya pun
tak lebih dari pengalaman selama perjalanan.
Pendidikan
merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga
diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan pijakan. Dalam
perkembangannya teori-teori tentang tujuan pendidikan islam menjadi perhatian
yang cukup besar dari para pakar pendidikan.
Begitu banyak
ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang membahas
dan memberi penjelasan tentang tujuan pendidikan islam. Sepeti contoj
beberapa ayat yang akan dibahas dalam makalah ini.
B.
Permasalahan
Dari uraian
latar belakang di atas dapat di ambil beberapa pokok permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana
redaksi dan penjelasan ayat-ayat tentang tujuan pendidikan islam?
2. Apa-apa
sajakah yang menjadi tujuan dalam pendidikan islam?
3. Apa
tujuan pendidikan islam menurut para tokoh pendidikan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Redaksi
dan penjelasan ayat tentang tujuan pendidikan
a.
Q.S
Ali-‘Imran:138-139
#x»yd ×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur úüÉ)GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ wur (#qãZÎgs? wur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
Artinya:
“(Al
Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
(Q.S Ali-‘Imran: 138-139)[1]
1. Tafsir
mufradat[2]
Yèdur = penambah penerang mata hati dan
petunjuk kepada jalan agama lurus
×psàÏãöqtBur = lemah dalam beramal, berpikir dan
dalam menjalankan perkara.
#qçRtøtr = perasaan yang menimpa jiwa bila
kehilangan sesuatu yang dicintai
2. Munasabah
Munasabah ayat
ini terdpat pada Q.S Al-Baqarah: 2
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
Artinya:
“Kitab[11]
(Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Ketiga ayat ini
member penjelasan bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk daan petuah yang khusus bagi
orangorang yang bertakwa, karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk
dengan kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya sebagai
pelajaran dalam menghadapai kenyataan-kenyataan yang sedang mereka alami.
Berkat petunjuk ini, mereka berjalan lurus sesuai dengan metode yang benar, dan
menjauh dari hal-hal yang mengakibatkan kelalaian yang sudah tampak jelas
akibatnya, yakni membahayaka diri mereka.[3]
3. Implementasi
terhadap tujuan pendidikan
Dalam ayat ini
telah jelas bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah menciptakan seorang
Khalifah yang kuat, bertakwa dan memiliki perasaan yang kuat. Seorang pemipin
tidak boleh memiliki hati yang lemah yang selalu bersedih hati padahal terang
dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa orang-orang yang bertakwa akan ditinggikan
derajatnya jika dia memiliki hati dan perasaan yang kuat.
b.
Q.S
Al-Fath:29
Ó£JptC ãAqߧ «!$# 4 tûïÏ%©!$#ur ÿ¼çmyètB âä!#£Ï©r& n?tã Í$¤ÿä3ø9$# âä!$uHxqâ öNæhuZ÷t/ ( öNßg1ts? $Yè©.â #Y£Úß tbqäótGö6t WxôÒsù z`ÏiB «!$# $ZRºuqôÊÍur ( öNèd$yJÅ Îû OÎgÏdqã_ãr ô`ÏiB ÌrOr& Ïqàf¡9$# 4 y7Ï9ºs öNßgè=sVtB Îû Ïp1uöqG9$# 4 ö/àSè=sVtBur Îû È@ÅgUM}$# ?íötx. ylt÷zr& ¼çmt«ôÜx© ¼çnuy$t«sù xán=øótGó$$sù 3uqtFó$$sù 4n?tã ¾ÏmÏ%qß Ü=Éf÷èã tí#§9$# xáÉóuÏ9 ãNÍkÍ5 u$¤ÿä3ø9$# 3 ytãur ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Nåk÷]ÏB ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $JJÏàtã ÇËÒÈ
Artinya:
“Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.” (Q.S Al-Fath:29)[4]
1. Tafsir
mufradat
ä!#£Ï©r& = jamak dari Syadid (keras)
ä!$uHxqâ = Jamak dari Rahim (penyayang)
2. Munasabah
Munasabah ayat ini terdapat
dalam Q.S Al-Maidah: 54
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
`tB
£s?öt
öNä3YÏB
`tã
¾ÏmÏZÏ
t$öq|¡sù
ÎAù't
ª!$#
5Qöqs)Î/
öNåk:Ïtä
ÿ¼çmtRq6Ïtäur
A'©!Ïr&
n?tã
tûüÏZÏB÷sßJø9$#
>o¨Ïãr&
n?tã
tûïÍÏÿ»s3ø9$#
crßÎg»pgä
Îû
È@Î6y
«!$#
wur
tbqèù$ss
sptBöqs9
5OͬIw
4 y7Ï9ºs
ã@ôÒsù
«!$#
ÏmÏ?÷sã
`tB
âä!$t±o
4 ª!$#ur
ììźur
íOÎ=tæ ÇÎÍÈ
Artinya:
“Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”[6]
Pada Q.S
Al-Maidah dijelaskan akan dating suatu kaum dimana mereka akan bersikap lemah
lembut terhadap kaum mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
sedangkan pada ayat selanjutnya allah memberi penjelasan ini lah kaum yang
telah dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah. Para sahabat Rasulullah yang
sepeninggalannya menjadi pemimpin terhadap kaum muslim yang tidak bersikap
lemah dan bersikap sedemikian keras terhadap orang-orang kafir dan bersikap
lemah lembut terhadap sesame mukmin.[7]
3. Implementasi
terhadap tujuan pendidikan
Setelah Allah
SWT menyebutkan bahwa Dia mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama islam,
supaya Dia meluhurkan derajat agama tersebut atas semua agama-agama yang lain,
maka dilanjutkan dengan menerangkan ihwal rasul dan umat yang kepada mereka ia
diutus. Allah menggambarkan mereka dengan sifat-sifat yang seluruhnya terpuji
dan merupakan peringatan bagi generasi sesudah mereka dan dengan sifat-sifat
itulah mereka dapat menguasai bangsa-bangsa lain dan memiliki negeri-negeri
mereka, bahkan menggenggam tampuk
kepemimpinan seluruh dunia. Yaitu:
a. Bahwa
mereka bersikap keras terhadap siapapun yang menentang agama-Nya, dan mengajak
bermusushan, dan bersifat belas kasih sesame mereka.
b. Bahwa
mereka menjadikan salat dan keikhlasan kepada Allah sebagai kebiasaan mereka
pada kebanyakan waktu.
c. Bahwa
mereka dengan amal mereka mengharapkan pahala dari Tuhan mereka dan kedekatan
disisi-Nya serta keridhaan dari-Nya.
d. Bahwa
mereka mempunyai tanda yang dengan itu mereka mudah dikenal. Yakni bahwa mereka
bercahaya pada wajah mereka, khusyu’
dan tunduk yang bias dikenali orang yang cerdas.
e. Bahwa
injil mengumpamakan keadaan mereka
dengan mengatakan akan muncul suatu kaum yang akan tumbuh bagian tumbuhnya
tanaman, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran.[8]
f.
c.
Q.S
Al-Hajj: 41
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ
Artinya:
“(yaitu)
orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan.” (Q.S Al-Hajj: 41)[9]
1. Tafsir Mufradat
2. Munasabah
Munasabah ayat ini
teradapat dalam Q.S Al-Kahfi: 110
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ×|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqã ¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_öt uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ wur õ8Îô³ç Íoy$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ
Artinya
“Katakanlah:
Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".[11]
3. Implementasi
terhadap tujuan pendidikan
Menjadi seorang
pemimpin harus bisa memberikan contoh dan menjadi suri tauladan bagi bahwannya
atau rakyat yang dipimpinnya. Ketika pemimpin melakukan hal-hal yang
diperintahkan Allah yaitu berbuat yang ma’ruf dan menjauhi kemungkaran maka
dengan sendirinya para pengikutnya akan mengikutinya.
d.
Q.S
Az-Zariyat: 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya:
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat: 56)[12]
1. Tafsir
Mufradat
brßç7÷èuÏ9 wÎ) = illa liya’ budun : kecuali supaya aku perintahakan mereka
menyembah-Ku bukan karena aku butuh kepada mereka.[13]
2. Munasabah
Munasabah
ayat ini terdapat dalam Q.S At-Taubah:31
!$tBur (#ÿrãÏBé& wÎ) (#ÿrßç6÷èuÏ9 $Yg»s9Î) #YÏmºur ( Hw tm»s9Î) wÎ) uqèd 4 ¼çmoY»ysö7ß $£Jtã cqà2Ìô±ç ÇÌÊÈ
Artinya:
“padahal
mereka Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”[14]
3. Implementasi
terhadap tujuan pendidikan
Selain menjadi
seorang pemimpin manusia diciptakan dibumi sebagai abdi Allah yang harus tunduk
dan patuh pada perintah-Nya. Untuk itu
dijelaskan dalam ayat ini tidaklah manusia dan jin diciptakan melainkan
untuk menyembahku. Karena sekiranya Aku tidak menciptakan mereka niscaya mereka
takkan kenal keberadaan-Ku dan keesaan-Ku.
e.
Q.S
Huud:61
* 4n<Î)ur yqßJrO öNèd%s{r& $[sÎ=»|¹ 4 tA$s% ÉQöqs)»t (#rßç6ôã$# ©!$# $tB /ä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçöxî ( uqèd Nä.r't±Rr& z`ÏiB ÇÚöF{$# óOä.tyJ÷ètGó$#ur $pkÏù çnrãÏÿøótFó$$sù ¢OèO (#þqç/qè? Ïmøs9Î) 4 ¨bÎ) În1u Ò=Ìs% Ò=ÅgC ÇÏÊÈ
Artinya:
“Dan
kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia
Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
Karena itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."(Q.S
Huud: 61)[15]
1. Tafsir
Mufradat[16]
yJ÷ètGó$#ur =
kemakmuran
2. Munasabah
Munasabah ayat ini
terdapat dalam Q.S Al-Hijr: 82
(#qçR%x.ur tbqçGÅs÷Zt z`ÏB ÉA$t6Ågø:$# $·?qãç/ úüÏZÏB#uä ÇÑËÈ
Artinya:
“Dan
mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.”[17]
Sesungguhnya
Allah-lah yang teah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan menganugrahkan
kepadamu sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan diatas bumu. Maka, tidakalah
takut kamu menyembah Allah, karena Allah-lah yang berjasa dan member anugerah
kepada kalian. Oleh karena itu, bersyukur kepada-Nya adalah kewajibanmu dengan
cara beribadah kepada-Nya semata-mata dengan ikhlas.[18]
B.
Tujuan
pendidikan islam
Sebelum lebih
jauh menjelaskan tujuan pendidikan islam terlebih dahulu dijelaskan apa
sebenarnya makana dari “tujuan” tersebut. Secara etimologi, tujuan adalah arah,
maksud atau haluan.[19]
Dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan “ghayat, ahdaf atau maqashid”.
Sementara dalam bahasa inggris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives atau
aim”. Secara terminology, tujuan berarti “sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”.[20]
Oleh H.M Arifin menyebutkan, bahwa tujuan pendidikan islam adalah “identitas
(cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses
kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.”[21]
Berdasrkan
kepada pengertian pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta
mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang
berdasarkan kepada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini
berarti terciptanya insane-insan kamil
setelah proses pendidikan berakhir
C.
Tujuan
pendidikan islam menurut para tokoh pendidikan
Secara umum,
tujuan pendidikan islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan
akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai
dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum tujuan
akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar eserta didik menjadi manusi-manusi
sempurna (insane kamil) setelah
menghabiskan sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis
yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.[22]
Namun demikian
agar tujuan-tujuan yang dimaksud lebih dipahami, berikut ini akan diuraikan
tujuan pendidikan Islam dalam perspektif para ulama muslim.
1. Menurut
Abdurrahman Saleh Abdullah
Abdurrahman
Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya “Educational
Theory a Qur’anic Outbook”, bahwa pendidikan islam bertujuan untuk
membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt. atau sekurang-kurangnya
mempersiapkan kejalan yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah
Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total
kepada-Nya.
Selanjutnya
tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga komponen sifat dasar
manusia yaitu: 1). Tubuh; 2). Ruh, dan 3). Akal yang masing-masing harus
dijaga. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan
pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:
a.) Tujuan
pendidikan jasmani
Kekuatan fisik
merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai
tujuan ke arah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi
tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat. Pendidikan Islam dalam hal ini mengacu
pada pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relevan bagi para pelajar.
b.) Tujuan
pendidikan rohani
Orang yang
betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima seluruh cita-cita ideal
yang terdapat dalam Al-Qur’an. Peningkatan jiwa dan kesetiaannya yang hanya
kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani dari
tingkah laku Nabi saw. merupakan bagian pokok dalam tujuan pendidikan Islam.
Tujuan
pendidikan islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh tersebut kepada
kebenaran dan kesucian. Maka pendidikan islam menurut Muhammad Qurb ialah
meletakkan dasar-dasar yang harus member petunjuk agar manusia memlihara
kontaknya yang terus menerus dengan Allah SWT.
c.) Tujuan
pendidikan akal
Tujuan ini
mengarah kepada perkembangan intelegasi yang mengarahkan setiap manusia sebagai
individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya. Pendidikan yang
dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya dengan bukti-bukti yang
memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Di samping itu pendidikan
islam mengacu kepada tujuan member daya dorong menuju peningkatan kecerdasan
manusia.[23]
d.) Tujuan
pendidikan social
Seorang khalifah
mempunyai kepribadian utama dan seimbang, sehingga khalifah tidak akan hidup
dalam keterasingan dan ketersendirian. Oleh karena itu, aspek social dari
khalifah harus dipelihara.
Fungsi
pendidikan dalam mewujudkan tujuan social adalah menitikberatkan pada
perkembangan karakter-karakter manusia unik, agar manusia mampu beradaptasi
dengan standar-standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada
padanya. Keharmonisan menjadi karakter utaa yang ingin dicapai dalam tujuan
pendidikan Islam.
Sedangkan tujuan
akhir pendidikan Islam versi Abdurrahman adalah mewujudkan manusia ideal
sebagai abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total
kepada Allah.
2. Menurut
Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali,
sebagaimana yang dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:
a.) Membentuk
Insan Purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b.) Membentuk
Insan Purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Dari kedua
tujuan di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan versi Al_Ghazali tidak
hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah), sebagaimana yang
dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat duniawi. Karena itu Al-Ghazali
memberi ruang yang cukup luas dalam system pendidikannya bagi perkembangan
duniawi.[24]
3. Menurut
M. Djunaidi Dhany
Tujuan
pendidikan menurut M. Djunaidi Dhany, sebagaimana yang dikutip oleh Zainuddin
dkk., adalah sebagai berikut:
a. Pembinaan
kepribadian anak didik yang sempurna.
b. Peningkatan
moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa kepercayaan anak terhadap
agama dan kepada Tuhan.
c. Mengembangkan
intelegnsi anak secara efektif agar mereka siap untuk mewujudkan kebahagiaannya
di masa mendatang.
4. Tujuan
pendidikan menurut Hasan Langgulung
Dalam bukunya
“Asas-asas Pendidikan Islam”, Hasan Langgulung menjelaskan, bahwa tujuan
pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan mansia, atau lebih tegasnya, tujuan
pendidikan adalah untuk menjawab persoalan “untuk apa kita hidup?.”
Islam telah
member jawaban yang tegas dalam hal ini, seperti firman Allah swt:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya:
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat: 56)[25]
Menyembah atau
ibadah dalam pengertian luas berarti mengembangkan sifat-sifat Tuhan pada diri
manusia sesuai dengan petunjuk Allah swt.[26]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tujuan
pendidikan islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah proses
pendidikan berakhir. Tujuan ini diklasifikasikan kepada: tujuan umum, tujuan
sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Banyak sekali konsep dan teori
tujuan pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan; baik pada
zaman klasik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat dipahami, bahwa
beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan Islam tersebut merupakan bukti
adanya usaha dari para intelektual muslim dan masyarakat muslim umumnya untuk
menciptakan suatu system pendidikan yang baik bagi masyarakatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, Cet. 1; Jakarta: Ciputat Press, 2002
Arifin H.M, Ilmu Pendidikan Islam¸Cet. Ke-1; Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991
Daradjat Zakiyah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-2;
Jakarta: PT Bumi Aksara dan Departemen Agama RI, 1992
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Cet. X; Bandung: PT. Diponegoro, 2001
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Cet. Ke-4; Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4, Semarang: Toha Putra, 1989
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 26, Semarang: Toha Putra, 1989
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 13, Semarang: Toha Putra, 1989
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 27, Semarang: Toha Putra, 1989
Mustafa Ahmad, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 12, Semarang: Toha Putra, 1989
Langgulung Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Cet. 5;
Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2003
[1] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Cet.
X;
Bandung: PT. Diponegoro, 2001),
h. 53
[2] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4,
(Semarang: Toha Putra, 1989), h. 126
[3] Ibid., h. 131-132
[5] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 26,
(Semarang: Toha Putra, 1989), h. 192
[7] Ahmad Mustafa, op.cit., h. 194
[8] Ibid., h. 193
[10] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 13,
(Semarang: Toha Putra, 1989), h. 193
[12] Ibid., h. 417
[13] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 27,
(Semarang: Toha Putra, 1989), h. 20
[15]
Ibid., 182
[16] Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 12,
(Semarang: Toha Putra, 1989), h. 96
[18] Ahmad Mustafa, op. cit., h. 98-99
[19] Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Cet. Ke-4; Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 1077
[20] Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. Ke-2;
Jakarta: PT Bumi Aksara dan Departemen Agama RI, 1992), h. 29
[21] H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam¸(Cet. Ke-1; Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991),
h. 224
[22] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, (Cet. 1; Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 18-19
[23] Ibid, h. 19-21
[24] Ibid, h. 21-22
[26] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Cet. 5;
Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2003), h. 297-301
EmoticonEmoticon