Rabu, 07 Januari 2015

Makalah “Pengaruh Kepribadian Guru Terhadap Motivasi Peserta Didik”

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Pendidik di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar, melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya di dalam maupun di luar sekolah. Kepribadian anak itu berbeda-beda bukan hanya berbeda bakat atau pembawaanya akan tetapi terutama karena pengaruh lingkungan sosial yang bebeda-beda. Anak datang ke sekolah dengan membawa corak dan kebudayaan rumah tangganya, yang mempunyai corak tertentu, bergantung antara lain pada golongan atau status sosial, kesukaan, agama, nilai-nilai dan aspirasi orang tuanya. Disekolah ia akan memilih teman atau kelompok yang cocok dengannya yang pada suatu saat akan sangat mempengaruhi tingkah lakunya.
Anak itu selanjutnya di pengaruhi oleh kepala sekolah dan guru-guru, yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri-sendiri yang antara lain terbentuk atas golongan sosial dari mana dia berasal dan orang-orang di pilihnya sebagai kelompok pergaulannya.
Kepribadian guru sangat mempengaruhi suasana kelas, kebebasan yang dinikmati anak dalam mengeluarkan buah pikirannya dan mengembangkan kreativitasnya atau pengekangan dan keterbatasan yang dialaminya dalam pengembangan pribadinya serta motivasi belajarnya.
 Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan atau kepribadian yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Guru sebagai pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, di dalam maupun di luar sekolah.[1]

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan kepribadian guru,karakteristik serta perkembangan pribadi guru ?
2.      Apa saja karakteristik pribadi guru menurut perpektif islam?
3.      Apa yang dimaksud dengan motivasi belajar ?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian kepribadian guru beserta karakteristik dan perkembangan kepribadian guru.

1)      Pengertian Kepribadian guru
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggirs “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Personal biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan suatu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya: seorang pendiam, pemurung, periang, peramah, pemarah dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
Secara sedehananya dapat dikatakan bahwa perkembangan kepribdian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan, yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan, yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension). Adapun sumber tegangan yang pokok adalah proses pertumbuhan fisiologis, frustasi, konflik dan ancaman.
Tiap orang yang pernah sekolah dan karena itu berhubungan dengan guru mempunyai gambaran tertentu tentang kepribadian guru. Ternyata banyak kesamaan mengenai gambaran orang pada umumnya tentang guru sehingga terbentuklah stereotip guru. Gambaran tentang guru itu tampak dalam cerita-certia, film, sandiwara, karikatur dalam permainan peranan oleh anak-anak belum bersekolah.[2]
Guru merupakan sumber pengetahuan utama bagi murid-muridnya, namun pada umumnya orang tidak memandang guru sebagai orang yang pandai yang mempunyai intelegensi yang tinggi. Orang yang ber-iQ tinggi akan menjadi dokter atau insinyur dan tidak menjadi guru, walaupun dalam kenyataan terbukti bahwa guru yang beralih jabatannya dpat melakukan tugasnya dengan baik sebagai usahawan, seniman, pengarang dan sebagainya. Walaupun demikian orang  tetap berpegang pada stereotip guru.
Guru wanita, bila dibandingkan dengan gadis atau wanita lain yang bekerja di kantor, bersifat lebih serius, berpakaian lebih konservatif karena enggan mengikuti mode terbaru, bahkan tak malu mengguanakan pakaian yang sama berulang-ulang. Guru lebih kritis terhadap kelakuan oaring lain, mungkin Karen ia terbiasa mengecam kelakuan murid. Guru wanita tidak mudah bergaul dengan sembarang orang. Dalam hiburan seperti menonton bioskop ia membatasi diri dan tak suka berjumpa dengan murid di tempat serupa.
Pofil guru adalah sebuah tujuan sekaligus alat untuk mencapai tujuan pendidikan, baik tujuan pendidikan secara nasional, institusional, kurikuler maupun proses pembelajarannya. Profil guru yang diinginkan sesuai dengan system pendidikan tenaga kependidikan abad 21 adalah seorang guru yang memiliki kualitas berikut ini:
(a)    Memiliki kepribadian,
(b)   Memiliki pengetahuan dan pemahaman profesi kependidikan,
(c)    Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bidang spesialis,
(d)   Memilki kemampuan an ketrampilan profesi.

Kepribadian guru mempunyai kelebihan sendiri bila diterapkan dalam kelas karena ia akan memberikan kecenderungan dan kesenangan yang berbeda kepada murid. Namun ada juga yang mengatakan bahwa kepribadian guru sulit ditemukan kadarnya dan tidak mudah untuk dicari batasannya serta sulit juga untuk didefinisikan secara jamik dan manik. Kepribadian juga diibaratkan sebagai magnit, listrik dan radio yang tidak bisa diketahui kecuali setelah tahu bekasnya atau pengaruhnya.Kepribadian ialah kumpulan sifat-sifat yang aqliah, jismiah, khalqiyah dan iradiah yang biasa membedakan seseorang dengan orang lain.[3]
Dikatakan guru yang mahir adalah guru yang mampu untuk menundukkan hati mereka dan mempengaruhi mereka dengan baik sehingga ia dapat memerintah mereka dan berbicara dengan mereka. Maka dengan Kepribadian itu bisa membangkitkan semangat, tekun dalam menjalankan tugas, senang memberi manfaat kepada murid menghormati peraturan sekolah sehingga membuat murid bersifat lemah lembut memberanikan mereka, mendorong pada cinta pekerjaan, memajukan berfikir secara bebas tetapi terbatas yang bisa membantu membentuk pribadi menguatkan kepribadian menguatkan kehendak membiasakan percaya pada diri sendiri.
Suksesnya seorang guru tergantung dari kepribadian, luasnya ilmu tentang materi pelajaran serta banyaknya pengalaman. Tugas seorang guru itu sangat berat, tidak mampu dilaksanakan kecuali apabila kuat kepribadiannya, cinta dengan tugas, ikhlas dalam mengerjakan, memelihara waktu murid, cinta kebenaran, adil dalam pergaulan. Ada yang mengatakan bahwa masa depan anak-anak di tangan guru dan di tangan gurulah terbentuknya umat. Kepribadian itu memungkinkan untuk mengarahkan mereka pada jalan yang lurus.

2)      Karakteristik keribadian guru
Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Karena guru memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru adalah pihak yang paling dekat dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.Saat ini guru dianggap sebuah profesi yang sejajar dengan profesi yang lain, sehingga seorang guru dituntut bersikap profesional dalam melaksanakan tugasnya.
      Guru yang profesional adalah “guru yang mempunyai sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya yang meliputi kompetensi pendagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial maupun kompetensi pribadi”. (Kristian Hendrik. 2010 : ) Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi personal seorang guru.Kompetensi ini merupakan sosok kepribadian seorang guru yang berkarakter sebagai orang Indonesia serta pribadi yang ideal dari orang yang menjadi teladan di masyarakat. [4]
Faktor-faktor pengembangan diri seorang guru
-          Faktor  Bawaan
Unsur  bawaan genetic ( ciri fisik : warna kulit, mata, rambut ) dan kecenderungan dasar ( kepekaan, bakat, potensi diri / IQ )
-          Faktor  Lingkungan
Lingkungan sekolah, social / budaya ( seperti : teman, guru ) dan perluasan wawasan ( karena : pendidikan formal / informal, perjalanan / pergaulan )
-          Interaksi antara bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan AKU / DIRIKU dalam diri seseorang.
Contoh : Anak yang sering dipukul maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis, kejam.

Faktor-faktor yang memperhambat pengembangan pribadi seorang guru :
-          Faktor yang berasal dari diri sendiri :
1.      Tidak punya tujuan hidup yang jelas;
2.      Individu kurang termotivasi;
3.      Ada keengganan untuk menelaah diri sendiri ( takut menerima kenyataan karena memiliki kekurangan / kelemahan );
4.      Orang yang usianya sudah tua tidak melihat bahwa kearifan dan kebijaksanaan bisa dicapai;
5.      Merasa tidak ada tantangan;
6.      Merasa tidak mampu;
7.      Sudah merasa puas;
8.      Merasa tidak berharga.
-          Faktor penghambat yang berasal dari lingkungan :
1.      Sistem yang dianut ( di lingkungan : pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal);
2.      Tanggapan, sikap atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan ( kebiasaan atau tradisi, misalnya : isteri sebagai pengurus rumah tangga sulit berkembang dalam bidang profesi yang diminati ).[5]
Guru merupakan pribadi yang dapat menjadi contoh bagi yang lain. Kompetensi kepribadian guru itu terdiri atas:
·         Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
·         Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
·         Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
·         Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
·         Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Berikut ini adalah karakteristik kepribdian guru dalam tiap spesifikasinya :
a)      Guru Bimbingan dan Konseling
Sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses ke arah kematangan atau kemandirian, untuk mencapai kematangan tersebut, seorang individu memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu dapat dikatakan bahwa proses perkembangan seorang individu tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan seorang individu tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial.Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Oleh sebab itu peran guru bimbingan dan konseling ataupun konselor penting untuk menyelenggarakan pendidikan yang utuh.[6]
Pentingnya peran pendampingan dan konseling disebabkan pendidikan masih dimaknai secara sempit.Pendidikan yang utuh adalah pendidikan yang tidak hanya bertujuan meningkatkan kemampuan akademis, tetapi juga mengembangkan karakter dan kepribadian peserta didik.Di sinilah peran guru bimbingan dan konseling, yaitu membantu peserta didik mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya.Peran guru bimbingan konseling dan konselor semakin penting karena saat ini penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih dalam makna sempit.Pendidikan hanya cenderung untuk meningkatkan kemampuan akademis semata.Pendidikan juga belum menanamkan kecerdasan kultural kepada peserta didik sehingga potensi bangsa kurang tergali.
Pendidikan Indonesia saat ini juga belum bisa membentuk watak dan karakter bangsa.Pendidikan di Indonesia baru sampai pada tujuan mencerdaskan anak didik secara individual saja.Padahal, kecerdasan suatu bangsa tidak terbentuk dari penjumlahan kecerdasan dari setiap warganya. (Sunaryo Kartadinata. 2010). Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif.Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling).
Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah individu.Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai seorang individu, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling).Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian.Konselor sekolah adalah konselor yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap sejumlah peserta didik.Pelayanan BK di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya.
Pada hakikatnya pelaksanaan BK di sekolah untuk mencapai tiga kesuksesan, yaitu: sukses bidang akdemik, sukses dalam persiapan karir dan sukses dalam hubungan kemasyarakatan. Seorang guru bimbingan dan konseling harus memilki kompetensi dalam bidangnya termasuk kompetensi kepribadian yaitu : [7]
1.      Mengaplikasikan pendangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social, individual dan berpotensi.
2.      Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya.
3.      Menghargai dan mengembagkan potensi positif individu pada umumnya dan individu pada khususnya.
4.      Memiliki integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
5.      Memiliki sifat demokratis.
6.      Memiliki kepibadian dan prilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten).
7.      Memiliki emosi yang stabil
8.      Memliki Kasih sayang dan perhatian terhadap individu yang memerlukan bantuan.
9.      Memiliki kepedulian kepada orang lain, peka dan bersifat empati serta menghargai perubahan dan keraguan.
10.  Menampilkan toleransi tinggi terhadap individu yang menghadapi stress dan frustasi.
11.  Penuh kesabaran.
12.  Mau mendengarkan keluhan orang lain.
13.  Mendorong dengan ikhlas.
14.  Mampu berkomunikasi dengan efektif.

b)      Guru Mata Pelajaran
Guru Mata Pelajaran Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).[8]
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah dengan keluwesan ranah cipta yang merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”.
Kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik.Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Kompetensi pribadi meliputi :
1)      Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama,
2)      Pengetahuan tentang budaya dan tradisi,
3)      Pengetahuan tentang inti demokrasi,
4)      Pengetahuan tentang estetika,
5)      Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial,
6)      Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,
7)      Setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi.
Kemampuan personal guru, mencakup :
1)      Selalu menampilkan diri sebagai pribadi mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa yang ditandai, antara lain melalui pembiasaan diri dalam; menerima dan memberi kritik dan saran, mentaati peraturan, konsisten dalam bersikap dan bertindak, meletakkan persoalan sesuai pada tempatnya; dan melaksanakan tugas secara mandiri, tuntas, dan bertanggung jawab.
2)      Selalu menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi murid dan masyarakat yang tercermin melalui pembiasaan diri dalam; berprilaku santun, berprilaku mencerminkan ketaqwaan, dan berprilaku yang dapat diteladani oleh murid dan masyarakat.[9]
3)      Berprilaku sebagai pendidik profesional yang dicirikan, antara lain; membiasakan diri menerapkan kode etik profesi guru dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan komitmen sebagai pendidik, dan mengembangkan etos kerja secara bertanggung jawab.
4)      Mampu mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik yang dicirikan keinginan melatih diri dalam memanfaatkan berbagai sumber untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan/dan kepribadian, mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi keguruan, melakukan berbagai kegiatan yang memupuk kebiasaan membaca dan menulis, mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang profesi guru.
5)      Mampu menilai kinerjanya sendiri yang dikaitkan dalam pencapaian utuh pendidikan yang dicirikan antara lain; mengkaji strategi berfikir reflektif untuk melakukan penilaian kinerja sendiri, memecahkan masalah dan meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pendidikan, membiasakan diri menilai kinerjanya sendiri dan melakukan refleksi untuk perbaikan di masa depan, dan menindaklanjuti hasil penilaian kinerjanya untuk kepentingan peserta didik.
6)      Mampu meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, dan riset lainnya.
7)      Mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang tua peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat dalam program pembelajaran khususnya dan peningkatan kulitas pendidikan umumnya, bersikap inovatif, adaptif dan kritis terhadap lingkungan.

c)      Guru Wali Kelas
Guru Wali Kelas Seorang guru wali Kelas harus mengerti karakteristik kepribadian anak didiknya, seorang guru harus menguasai ilmu dedaktik dan metodik. Dengan menguasai ilmu ini seorang guru dapat menyampaikan bahan pelajaran dengan baik dan mengajarkannya dapat didasarkan atas prinsip kegiatan menyampaaikan bahan pelajaran, "Dengan mengerti ilmu dedaktik seorang guru dapat mengerti cara siasat (strategi) menyampaikan bahan pelajaran tertarik dari suatu mata pelajaran agar siswa dapat mengetahui, menguasai dan mempergunakan bahan pelajaran tersebut dan memahami ilmu metodik berarti ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip-prinsip kegiatan menyampaikan bahan pelajaran dimiliki oleh siswa. [10]
1)      Memperhatikan ,pendekatan yang berbeda.
2)      Bersedia mendengarkan dan memperhatikan keluhan siswa individual, karena setiap siswa memiliki sifat, bakat,minat dan kemampuan.
3)      Memiliki kepekaan “ membaca “ kondisi batin ( mood ) siswa.
4)      Perilaku guru dapat dijadikan teladan bagi siswa.
5)      Memperhatikan dan menciptakan rasa aman bagi seluruh siswa di sekolah.
6)      Menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui proses pembiasaan misalnya sopan santun, menghargai orang lain ,bekerjasama,mengendalikan emosi, kejujuran dan sebagainya.
7)      Berpikir positif ( positive thinking ) terhadap siswa.
8)      Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa.
9)      Bersikap sadar,dewasa dan terbuka dalam menilai perilaku siswa.
10)  Memahami prinsip dasar perkembangan jiwa remaja agar dapat memahami dan menghargai siswa.

3)      Perkembangan pribadi guru
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang di harapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaanya. Guru harus menjalankan peranannya menrut kedudukannya dlam berbagai situasi sosial. Kelakuan yang tidak sesuai dengan peranan itu akan mendpat kecaman dan harus dielakannya. Sebaliknya kelakuan akan diinternalisasikan dan menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.

Dalam suatu kelas guru menghadapi sejumlah murid yang harus dipandangnya sebagai “anaknya”. Sebaliknya murid-murid akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat kedudukannya maka guru didewasakan, di-“tua”-kan sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum pantas menjadi orang tua.[11]
Orang tua murid akan menganggap guru sebagai “partener” yang setaraf kedudukannya dan mempercayakan anak mereka untuk di asuh oleh guru. Dalam menjalankan peranannya sebagai guru ia lambat laun membentuk kepribadiannya. Ia di perlakukan oleh lingkungan sosialnya sebagai guru dan ia akan beraksi sebagai guru pula. Ia menjadi guru karena diperlakukan dan berlaku sebagai guru.
Kedudukannya sebagai guru akan membatasi kebebasannya dan dapat pula membatasi pergaulannya. Ia tidak akan diajak melakukan kegiatan yang rasanya kurang layak bagi guru. Ia akan mencari pergaulannya terutama dari kalangan guru yang sependirian dengan dia.

4)      Ciri-ciri Stereotip Guru
Stereotipe adalah kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain atau seseorang kepada orang lain. Secara lebih tegas dapat dikatakan stereotipe sebagai generalisasi kesan yang kita miliki mengenai seseorang/kelompok, terutama karakter psikologis atau sifat kepribadian.
Contohnya: stereotip yang berkenan dengan asal etnik adalah stereotipe yang melekat pada etnis Jawa, seperti lembut dan penurut, etnis Batak adalah keras kepala dan tegas, tidak suka basa basi, orang Minang yang pintar berdagang dan etnis Cina adalah berhemat dan pekerja keras.
Dari beberapa penjelasan dan contoh diatas tentang stereotipe, ada gambaran mengenai yang menjadi stereotipe dari seorang guru. Diantaranya dapat diklasifikasikan kedalam beberapa poin yang terlihat dan nampak secara umum sebagai berikut:
Guru dalam pandangan umum adalah tegas, lembut berwibawa dan bijaksana.
Dalam pandangan sisi penampilan seorang guru lebih menampilkan tenang, sederhana, percaya diri.
Pada sisi interaksinya dengan masyarakat, guru pandai memahami diri dan cenderung menjauhkan diri ( sangat berhati-hati) untuk tidak terlalu masuk dalam pergaulan orang ( bebas), atau dapat dikatakan menjaga "image".
Guru lebih cenderung untuk menjadi atau ideal sebagai "pimpinan" dalam kegiatannya di masyarakat.
Bersikap otoriter, menggurui dan sebagai orang yang serba tahu, seperti saat dia berada didalam kelas dan akan memperlihatkannya diluar.
Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan perilakunya pada norma yang berkenaan dengan kedudukannya. Bagi dirinya/mereka, guru itu terhormat dan harus berkelakuan sesuai dengan kedudukannya.[12]
Inilah beberapa gambaran yang menjadi ciri stereotipe dari seorang guru pada umumnya, yang muncul karena pandangan pribadi guru sendiri, contohnya, guru memandang guru-guru sebagai kelompok yang berbeda dari golongan pekerja lainnya. Kecenderungan ini pun turut menimbulkan stereotipe guru maupun dari pandangan orang lain secara umum. Namun ciri-ciri diatas tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara komprehensif.
Tetapi pandangan ini yang menjadi umum dan nampak dari stereotipe seorang guru. Walaupun gambaran diatas tidak benar sepenuhnya, orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan pandangan yang ada padanya.

5)      Memilih Jabatan Guru
Sukar memperoleh data yang objektif tentang pribadi calon guru dan alasan untuk memilih pekerjaan sebagai guru. Bila calon-calon di tanyakan mengapa mereka memilih pekerjaan guru, biasanya mereka menjawab bahwa pilihan itu sesuai dengan cita-cita untuk berbakti kepada nusa dan bangsa dengan mendidik generasi muda. Kita tidak tahu berapa diantara mereka yang sebenarnya tidak berhasil memasuki perguruan tinggi lain yang lebih mereka prioritaskan. Bial kita tanyakan kepada murid-murid SMA sangat jarang yang ingin menjadi guru.
Dalam penelitian tentang latar belakang sosial mereka yang memilih profesi guru ternyata bahwa kebanyakan berasal dari golongan rendah atau menengah seperti anak petani, pegawai rendah, saudagar kecil, walaupun ini tidak berarti bahwa semua anak-anak golongan ini akan memilih jabatan sebagai guru.
Dalam kenyataan dilihat bahwa guru-guru menunjukan kepribadian tertentu sesuai dengan jabatannya.
Tak dapat disangkal kebanyakan guru bekerja dengan penuh dedikasi dengan menunjukkan kesediaan yang tinggi untuk berbakti kepada pendidikan anak dan masyarakat. Sekalipun guru tidak menonjolkan upah financial ia juga manusia biasa yang harus menghidupi keluarganya. Maka sudah selayaknya nasib guru dapat di perhatian pemeruntah dan masyarakat.[13]

6)      Ketegangan Dalam Jabatan Guru
Latar belakang sosial-ekonomi profesi seorang guru kebanyakan dari kalangan menengah bawah. Sulit kita menemui atau masih sedikit data yang menyebutkan kalangan sosial ekonomi menengah ke atas bersedia memilih bekerja sebagai guru. Profesi guru jelas bukan profesi yang berkelas dengan gaji besar, bukan profesi yang enak dan mengasyikan. Status ini penuh beban moral an sosial yang menuntut hidupnya sesuai dengan apa yang di ajarkan, sesuai dengan apa yang di ucapkannya, baik itu di dalam relasi sosialnya maupun di luar sekolah.
Menurut Nasution, profesi guru memiliki ketegangan yang di sebabkan oleh beberapa hal berikut:
Tiap pekerjaan mengandung aspek-aspek yang dapat menimbulkan ketegangan, apakah itu pekerjaan diplomat, penerbang, sopir, dokter maupun guru. Ketegangan itu tidak hanya ditentukan oleh sifat pekerjaan itu, tetapi juga bergantung pada orang yang melakukannya.
Gaji pekerja atau pegawai pada umumnya tidak tinggi dibandingkan dengan  gaji orang di Negara-negara yang maju, atau dibandingkan dengan guru di Malaysia dan singapyang maju, atau dibandingkan dengan guru di Malaysia dan singapura. Guru-guru pada umumnya tidak begitu melibatkan diri dalam usaha mencari uang, namun menginginkkan adanya jaminan ekonomis agar dapat menutupi biaya kehidupan sehari-hari menurut keperluannya. Untuk mencari jaminan ini, guru atau anggota keluarganya terpaksa mencari sumber-sumber financial lain. Ini kemudain menimbulkan ketegangan di kalangan guru.
Mengenai status guru di dalam masyarakat, dapat kita selidiki pendapat orang banyak. Guru banyak berasal dari golongan rendah atau menengah rendah dan memandang jabatan sebgai guru sebagai jalan untuk mendapatkan status yang lebih tinggi. Status guru yang tidak begitu tinggi dalam mata masyarakat dan status yang tidak jelas bagi guru mungkin akan mengecewakannya dan dapat mengganggu kestabilan kepribadiannya.[14]
Sumber ketegangan lain bagi guru ialah otoritas guru untuk menghukum atau memberi penghargaan kepada murid. Tidak selalu sama pendapat masyarakat apa yang harus dihargai atau di hukum sehinngga menimbulkan ketegangan.
Ketegangan juga dapat ditimbulkan oleh persoalan apakah pekerjaan guru dapat di akui sebagai profesi. Tanpa melalui pendidikan keguruan, seorang dapat mengajar.
Hal yang tidak mungkin terjadi dalam profesi dokter atau hukum. Diadakan akta IV/V dapat di pandang sebagai pengakuan ats perlunya pendidikan khusus keguruan dapat mengajar dengan tanggung jawab.
Sumber ketegangan juga terletak pada pekerjaan guru di dalam kelas. Di situ diuji kemampuan dalam profesinya, kesnggupannya untuk mengatur  proses belajar mengajar agar berhasil baik sehingga memuaskan bagi setiap murid.
Kesenjangan antara guru dan birokrat, yang memperoleh tunjangan structural yang kini naik melangit disertai berbagai fasilitas lainnya.
Kesenjangan antara guru dan dosen. Ketika dosen sudah lam mendapat tunjangan fungsional, guru hanya sekedar mendapat apa yang disebut tunjangan tenaga pendidikan.
Kesenjangan guru menurut jenjang pendidikan, misalnya anatara guru SD, dan guru SLTP dan SLTA, yang di masa lalu berada di lingkungan pengelolaan yang berbeda.
Kesenjangan antara guru pegawai negeri digaji oelh Negara dan pegawai swasta digaji oleh pihak swasta. Kesenjangan tidak hanya dalm soal gaji tapi juga dalam hal perlakuan.
Kesenjangan antara guru pegawai tetap dan guru pegawai tidak tetap atau honorer yang tidak seimbang dengan tuntutan kerja.
Kesenjangan antara guru yang bertugas di kota-kota dan dan guru yang bertugas di wilayah pedesaan atau daerah terpencil, terutama dalam hal pendapatan, kesempatan melanjutkan studi, kesempatan mengikuti perkembangan, and tugas yang lebih berat.[15]

7)      Gangguan dan Fisik Mental Guru
Menurut laporan di suatu rumah sakit di USA presentase tertinggi yang dirawat adalah guru. Mungkin guru yang paling banyak mengalami gangguan mental, atau guru paling banyak pergi ke ahli jiwa bila ada sedikit gangguan mental yang dialaminya. Menurut penelitian Hicks 17,5% dari sampel guru yakni 20% wanita dan 8% guru pria cepat “nervous” atau gugup diukur dengan kuesioner yang menunjukkan kondisi neurotic.[16]
Berdasarkan penelitian itu dapat dibuktikan adanya guru yang mengalami gangguan mental, bahwa ada diantaranya memerlukan perawatan psikiater. Akan tetapi penelitian itu tidak menunjukkan apakah gangguan mental itu lebih banyak di kalangan guru dibandingkan dengan profesi lain. Juga tidak diketahui apakah gangguan mental itu telah ada pada calon guru, nyata atau laten, sebelumnya ia melakukan profesinya ataukah gangguan iru mental itu timbul sebagai akibat pekerjaannya sebagai guru.
Selanjutnya tidak diketahuai sampai mana gangguan mental itu merugikan murid dan proses belajar-mengajar.

C.    Kepribadian Guru Dalam Persdektif Islam
Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”.(Ramayulis,1982:42) Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi. (Ramayulis, 1998:36)
Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, Imam Al-Ghazali menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Tulisan berikut ini merupakan kutipan yang diambil oleh penulis dari buku Abuddin Nata (2000:95-99) ketika menjelaskan kriteria guru yang baik dari kitab Ihyaa Ulumuddin yang merupakan karya monumental Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Sengaja kutipan di bawah ini diberi sedikit komentar untuk lebih memperjelas maksud yang hendak disampaikan.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya  Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh  dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.[17]

·         Sifat-Sifat Guru Yang Baik Dalam Islam
Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas, seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut :
Ø  Pertama, Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tenteram pada diri murid terhadap gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat menciptakan situasi yang mendorong murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh seorang guru.
Ø  Kedua, karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orang alim (berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarnya itu.Seorang guru harus meniru Rasulullah SAW.yang mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar itu ia dapat bertaqarrub kepada Allah. Demikian pula seorang guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh muridnya, melainkan sebaliknya ia harus berterima kasih kepada muridnya atau memberi imbalan kepada muridnya apabila ia berhasil membina mental dan jiwa. Murid telah memberi peluang kepada guru untuk dekat pada Allah SWT.Namun hal ini bisa terjadi jika antara guru dan murid berada dalam satu tempat, ilmu yang diajarkan terbatas pada ilmu-ilmu yang sederhana, tanpa memerlukan tempat khusus, sarana dan lain sebagainya. Namun jika guru yang mengajar harus datang dari tempat yang jauh, segala sarana yang mendukung pengajaran harus diberi dengan dana yang besar, serta faktor-faktor lainnya harus diupayakan dengan dana yang tidak sedikit, maka akan sulit dilakukan kegiatan pengajaran apabila gurunya tidak diberikan imbalan kesejahteraan yang memadai.
Ø  Ketiga, seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya.Ia tidak boleh membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan kepada muridnya bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT,.Dan bukan untuk mengejar pangkat, status dan hal-hal yang bersifat keduniaan.Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan dan pertengkaran dengan sesama guru lainnya.[18]
Ø  Keempat, dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru hendaknya jangan mengekspose atau menyebarluaskan kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak murid yang memiliki jiwa yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi gurunya. Dan jika keadaan ini terjadi dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran yang baik.
Ø  Kelima, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Seorang guru hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu yang bukan keahliannnya atau spesialisasinya.Kebiasaan seorang guru yang mencela guru ilmu fiqih dan guru ilmu fiqih mencela guru hadis dan tafsir, adalah guru yang tidak baik. (Al-Ghazali, t.th:50).
Ø  Keenam, seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Dalam hubungan ini, Al-Ghazali menasehatkan agar guru membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan batas kemampuan pemahaman muridnya, dan ia sepantasnya tidak memberikan pelajaran yang tidak dapat dijangkau oleh akal muridnya, karena hal itu dapat menimbulkan rasa antipati atau merusak akal muridnya. (Al-Ghazali, t.th:51)
Ø  Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di samping memahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya.Kepada murid yang kemampuannya kurang, hendaknya seorang guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit sekalipun guru itu menguasainya.Jika hal ini tidak dilakukan oleh guru, maka dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada guru, gelisah dan ragu-ragu.[19]
Ø  Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa.Dalam hubungan ini Al-Ghazali mengingatkan agar seorang guru jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang dikemukakannya. Sebaliknya jika hal itu dilakukan akan menyebabkan seorang guru kehilangan wibawanya. Ia akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan yang pada gilirannya akan menyebabkan ia kehilangan kemampuan dalam mengatur murid-muridnya. Ia tidak akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada murid-muridnya.
Dari delapan sifat guru yang baik sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwa sebagiannya masih ada yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru yang mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia, kejiwaan dan kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi panutan dan teladan adalah sifat-sifat yang tetap sejalan dengan tuntutan masyarakat modern.

·         Tantangan Guru PAI Di Era Globalisasi
Globalisasi telah merubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari arus globalisasi.Tugar dan peran guru PAI dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai guru PAI tentu akan semakin berat dalam menghadapi perkembangan globalisasi yang semakin pesat karena dalam perkembangan itu berdampak pada pergeseran nilai-nilai, sehingga sebagai guru PAI harus mampu mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai Islam di tengah arus globalisasi yang pesat, diantara tantangan guru PAI dalam menghadapi arus globalisasi sebagai berikut:[20]

1.      Krisis Moral
Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat.Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung tinggi moralitas kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi. Di kalangan remaja begitu terasa akan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh hiburan baik cetak maupun elektronik yang menjurus pada hal-hal pornografi telah menjadikan remaja tergoda dengan kehidupan yang menjurus pada pergaulan bebas dan materialism.

2.      Krisis Sosial
Seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat.Akibat perkembangan industry dan kapitalisme maka muncul masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti dan menikmati dunia industry dan kapitalisme. Mereka yang lemah secara pendidikan, akses dan ekonomi akan menjadi ganasnya industrialism dan kapitalisme. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang formal dan sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta didik yang siap hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun.Dunia pendidikan harus menjadi solusi dari suatu masalah sosial bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari masalah sosial tersebut.

3.      Adanya perdagangan bebas
Kondisi di atas membutuhkan kesiapan yang matang dan terutama dari segi kualitas sumber daya manusia.Dibutuhkan SDM yang andal dan unggul yang bersiap bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.Dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan SDM yang digambarkan di atas.Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang visioner, kompeten dan berdedikasi tinggi sehingga mampu membekali peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.


4.      Perkembangan iptek
Perkembangan iptek yang cepat dan mendasar mendorong guru harus bisa menyesuaikan diri dengan responsive, arif, dan bijaksana.Responsif artinya guru harus bisa menguasai dengan baik produk iptek, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan menggunakan multimedia.[21]

D.    Pengertian Motivasi
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjukan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu10.Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan.Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Berawal dari pendekatan kata “motif” tersebut dapat ditarik persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang melatarbelakangi perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
2.      Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
3.      Heinz Kock memberikan pengertian, motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu.
4.      Dr. Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.[22]
5.      Gleitman dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat, bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah15.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dalam pembahasan skripsi yang penulis maksudkan adalah motivasi dalam belajar. Oleh karena itu sebelum menguraikan apa itu motivasi belajar terlebih dahulu diuraikan tentang belajar.
Belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Untuk lebih jelas penulis akan kemukakan pendapat para ahli:
1.      Sumadi Soerya Brata mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah membawa perubahan yang mana perubahan itu mendapatkan kecakapan baru yang dikarenakan dengan usaha atau disengaja.
2.      L. Crow dan A. Crow, berpendapat bahwa pelajaran adalah perubahan dalam respon tingkah laku (seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi respon, yang mengandung setara dengan ketetapan) yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh pengalaman. “pengalaman” yang serupa itu terutama yang sadar, namun kadang-kadang mengandung komponen penting yang tidak sadar, seperti biasa yang terdapat dalam belajar gerak ataupun dalam reaksinya terhadap perangsang-perangsang yang tidak teratur, termasuk perubahan-perubahan tingkah laku suasana emosional, namun yang lebih lazim ialah perubahan yang berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak, tidak termasuk perubahan-perubahan fisiologis seperti keletihan atau halangan atau tidak fungsinya indera untuk sementara setelah berlangsungnya pasangan-pasangan yang terus menerus.
Adapun pengertian menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1.      Menurut Oemar Hamalik (2005:106), adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[23]
Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya.Disini motivasi adalah sangat penting, motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa.Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Oemar Hamalik, 2005:108).
Hal ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu, hal itu kadang-kadang menjadi masalah karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa prestasi yang bersangkutan akan rendah dan besar kemungkinan ia tidak akan mencapai tujuan belajar. Bila hal ini tidak diperhatikan, tidak dibantu, siswa gagal dalam belajar. (Catharina, 2004:112).
Pada kenyataannya motif setiap orang dalam belajar dapat berbeda satu sama lain. Ada siswa yang rajin belajar karena ingin menambah ilmu pengetahuan, adapula siswa yang belajar karena takut dimarahi oleh orang tua.Adanya perbedaan motivasi tersebut dipengaruhi oleh motivasi instrinsik yang muncul dalam diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh sesuatu diluar dirinya.
      Dan motivasi ekstrinsik yang muncul dalam diri seseorang karena adanya pengaruh dari luar seperti: guru, orang tua dan lingkungan sekitar. Seseorang yang motivasinya besar akan menampakkan minat, perhatian, konsentrasi penuh, ketekunan tinggi, serta berorientasi pada prestasi tanpa mengenal perasaan bosan, jenuh apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang rendah motivasinya akan terlihat acuh tak acuh, cepat bosan, mudah putus asa dan berusaha menghindar dari kegiatan. Dalam kaitannya dengan kegiatan, motivasi erat hubungannya dengan aktualisasi diri sehingga motivasi yang paling mewarnai kebutuhan siswa dalam belajar adalah motivasi belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi.[24]
2.      Menurut Pintrich,Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.
3.      Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007).
4.      Menurut Sadirman ,Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
5.      Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut.
6.      Menurut Natawidjaya,Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi. Sedangkan menurut Rochman Natawidjaya (1979:78) menyatakan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku, yang mengatur tingkah laku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau menjadi tujuan.[25]

E.     Jenis-jenis motivasi belajar
Motif asi yang mendasari tingkah laku manusia banyak jenisnya dan dapat digolongkan berdasarkan latar belakang perkembangannya, motif dapat dibagi menjadi dua yaitu motif primer dan sekunder. 1.) Motif primer adalah motif bawaan, tidak dipelajari. Motif ini timbul akibat proses kimiawi fisiologik yang terdapat pada setiap orang. 2.) Motif sekunder adalah motif yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman. Motif sekunder ini, oleh beberapa ahli disebut juga motif sosial.Lidgren menyatakan bahwa motif sosial adalah motif yang dipelajari dan bahwa lingkungan individu memegang peranan yang penting (Darsono, 2000:62).
Menurut Bimo Walgito (2003:224) menyatakan bahwa motif dibagi menjadi dua yaitu motif fisiologis dan motif sosial. 1.) Motif fisiologis adalah dorongan yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai mahluh hidup. Seperti ketika lapar ada dorongan untuk makan, haus ada dorongan untuk minum.Karena itu motif ini sering disebut sebagai motif dasar (basic motives) atau motif primer (primery motives). 2.) Motif sosial adalah motif yang mempelajari dalam kelompok sosial (social group). McClelland (lin. Morgan, dkk., 1984) berpendapat bahwa motif sosial itu dapat dibedakan dalam (1) motif berprestasi (achievement motivation), (2) motif kebutuhan afiliasi (need for affiliation), (3) motif kebutuhan berkuasa (need for power.
Adapun macam-macam motivasi dalam pembelajaran yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut :
·         Motivasi Intrinsik
Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar.

·         Motivasi Ekstrinsik
Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.[26]
Motivasi Dalam Belajar
Menurut pendapat aliran Skolastik belajar adalah mengulang-ulang bahan yang harus dipelajari (Sumadi Suryabrata,1984:244). Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2005:36) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun sikap.Agar kegiataan ini terwujud, harus ada motivasi, yang disebut motivasi belajar (Max Darsono, 2000:64).
Didalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan motif dan motivasi itu dipelajari, termasuk dalam motivasi belajar.Oleh karena itu motivasi dapat timbul tenggelam atau berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor faktor ini perlu diketahui, terutama oleh guru, agar dapat memelihara dan memperkuat faktor yang meningkatkan motivasi belajar, dan menghindari factor  yang melemahkan motivasi belajar.[27]

Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Dengan mantapnya disiang bolong, si abang becak mendayung becak untuk mengankut penumpangnya, demi mencari makan untuk anak istrinya.Dengan teguhnya anggota ABRI itu melintasi sungai dengan meniti tambang.Berjam-jam tanpa mengenal lelah para pemain sepak bola itu berlatih untuk menghadapi babak kualifikasi pra piala dunia. Para pelajar mengurung dirinya dalam kamar untuk belajar, karena akan menghadapi ujian pada pagi harinya. Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan motivasi.Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan.Seperti disinggung di atas, bahwa walaupun di saat siang bolong si abang becak itu juga menarik becaknya Karena bertujuan untuk mendapatkan uang demi menghidupi anak istrinya. Juga para pemain sepak bola rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan yang akan dilakukannya. Dengan demikian, motivasi mempengaruhi adanya kegiatan.
Sehubungan dengan hal tersebut ada 3 fungsi motivasi :
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni dengan kearah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.[28]
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan – perbuatan apa yang harus dikerjakan, yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping itu, ada juga fungsi – fungsi lain. Motivasi dapat sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.Seorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Unsur – unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Max Darsono menyatakan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi  motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a)      Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.
Yang dimaksud dengan cita-cita atau aspirasi di sini ialah tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang (W.S. Winkel, 1989: 9)
Aspirasi ini dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif.Siswa yang mempunyai aspirasi positif adalah siswa yang menunjukkan hasratnya untuk memperoleh keberhasilan.Sebaliknya siswa yang mempunyai aspirasi negatif adalah siswa yang menunjukkan keinginan atau hasrat menghindari kegagalan.
Dalam beraspirasi siswa menentukan target atau disebut juga taraf aspirasi, yaitu taraf kebersilan yang ditentukan sendiri oleh siswa dan ia mengharapkan dapat mencapainya. Taraf aspirasi atau taraf keberhasilan ini dapat dipakai sebagai ukuran untuk menentukaan apakah siswa mencapai sukses atau tidak.[29]

b.      Kamampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, ingatan, daya pikir, fantasi.
Orang belajar dimulai dengan mengamati bahan yang dipelajari.Pengamatan dilakukan dengan mengfungsikan panca indera. Makin baik pengamatan seseorang, makin jelas tanggapan yang terekam dalam dirinya, dan makin mudah merepoduksi atau mengingat apa yang mengolahnya dengan berpikir, sehingga memperoleh sesuatu yang baru. Daya fantasi juga sangat berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih bermotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat motivasinya
c.       Kondisi Siswa
Siswa adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan psikofisik.Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis.Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologisnya.Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk akibat begadang atau siswa yang dimarahi orang tuanya dan terbawa ke sekolah akan mengurangi bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa.

d.      Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa.Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya, ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik, dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam balajar.[30]
Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana, perlu ditata dan dikelola, supaya menyenangkan dan membuat siswa betah belajar.Kecuali kebutuhan siswa terhadap sarana dan prasarana, kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian.Kebutuhan rasa aman misalnya, sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa.Kebutuhan berprestasi, dihargai, diakui, merupakan contoh-contoh kebutuhan psikologis yang harus terpenuhi, agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan

e.       Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang22 kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional.Misalnya keadaan emosional siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga. [31]

f.        Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa.
Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka diharapkan upaya tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi belajar siswa melemah atau hilang.
Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Menurut Kenneth H Hoover (dalam Hamalik, 2009: 114), mengemukakan bahwa prinsip-prinsip motivasi belajar sebagai berikut.
Pujian lebih efektif daripada hukuman.Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai yang telah dilakukan.
Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat kepuasan.Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud dalam bentuk yang berbeda-beda.Siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang berasal dari luar.
Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan penguatan (reinforcement).Penguatan perlu dilakukan pada setiap tingkat pengalaman belajar.
Motivasi mudah menjalar kepada orang lain. Guru yang berminat dan antusias dapat mempengaruhi siswa, sehingga berminat dan antusias pula, yang pada gilirannya akan mendorong motivasi rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.
Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar. Apabila siswa telah menyadari tujuan belajar dan pembelajaran yang hendak dicapainya, maka perbuatan belajar kearah tujuan tersebut akan meningkat, karena daya dorongnya menjadi lebih besar.
Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar.
Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar.Dorongan berupa pujian, penghargaan, oleh guru terhadap keberhasilan siswa dalam belajar dapat merangsang minat dan motivasi belajar yang lebih efektif.
Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara minat siswa.Strategi pembelajaran yang bervariasi dapat menciptakan suasana yang menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih mendorong motivasi belajar.
Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan.
Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi lebih baik.Keadaan emosi yang lemah dapat mendorong perbuatan yang lebih energik.[32]
Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan mengganggu perbuatan belajar siswa karena perhatiannya terarah pada hal lain.

Upaya-upaya  meningkatkan motivasi belajar  adalah sebagai berikut :         
Seperti diketahui, motivasi belajar siswa tidak sama kuatnya. Pada siswa yang motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya.Sebaliknya dengan siswa yang motivasinya belajarnya bersifat ekstrinsik.Kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya.Namun demikan, di dalam kenyataan, motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, lebih-lebih pada anak-anak dan remaja.Oleh karena itu, upaya menimbulkan dan meningkatkan motivasi belajar, khususnya oleh guru, merupakan suatu hal yang perlu dan wajar.
Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
1.      Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.
2.      Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
3.      Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman atau kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa.
4.      Mengembangkan cita-cita atau aspirasi siswa.[33]















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya  Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh  dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas atau sekolah baik kebebasan yang dinikmati anak dalam mengeluarkan buah pikiran, dan mengembangkan kreatifitasnya ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dalam pengembangan pribadinya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama.
Guru sebagai pengajar dan pendidik mengemban tugas dan tanggung jawab yang beratdalam membina potensi siswa. Oleh karena itu guru dituntut harus memiliki kepribadian yang baik dan positip didalam menyajikan bahan pelajaran yang diembannya kepada siswa, disamping juga harus menguasai bidang pokok ilmu yang diperoleh .
Kepribadian guru tidak hanya menjadi dasar bagi guru untuyk berprilaku, tetapi juga menjadi modal keteladanan bagi peserta anak didik.
Tidak semua pelajaran menarik bagi siswa maka sangat diperlukan kecakapan guru dalam menyajikan bahan pelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Guru sebagi tenaga Pendidik dan Pengajar harus bertekad untuk mencintai anak didik, meningkatkan kecakapan-kecakapan profesinya dengan mengikuti seminr, diklat, workshop atau lain sebagainya yang sesuai dan selanjutnya bersikap demokratis didalam pergaulan dengan siswa.
Kewibawaan yang muncul dari seorang guru didapat dari pengalaman dan penegakkan disiplin yang diawali dari dalam diri sendiri dan tugas yang dilaksanakan adalah atas dasar keikhlasan dan dengan dasar kepercayaan yang penuh dan bertanggung jawab.
Faktor-faktor pengembangan diri seorang guru
-          Faktor  Bawaan
Unsur  bawaan genetic ( ciri fisik : warna kulit, mata, rambut ) dan kecenderungan dasar ( kepekaan, bakat, potensi diri / IQ )
-          Faktor  Lingkungan
Lingkungan sekolah, social / budaya ( seperti : teman, guru ) dan perluasan wawasan ( karena : pendidikan formal / informal, perjalanan / pergaulan )
-          Interaksi antara bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan AKU / DIRIKU dalam diri seseorang.
Contoh : Anak yang sering dipukul maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis, kejam.

Faktor-faktor yang memperhambat pengembangan pribadi seorang guru :
-          Faktor yang berasal dari diri sendiri :
1.      Tidak punya tujuan hidup yang jelas;
2.      Individu kurang termotivasi;
3.      Ada keengganan untuk menelaah diri sendiri ( takut menerima kenyataan karena memiliki kekurangan / kelemahan );
4.      Orang yang usianya sudah tua tidak melihat bahwa kearifan dan kebijaksanaan bisa dicapai;
5.      Merasa tidak ada tantangan;
6.      Merasa tidak mampu;
7.      Sudah merasa puas;
8.      Merasa tidak berharga.
-          Faktor penghambat yang berasal dari lingkungan :
1.      Sistem yang dianut ( di lingkungan : pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal);
2.      Tanggapan, sikap atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan ( kebiasaan atau tradisi, misalnya : isteri sebagai pengurus rumah tangga sulit berkembang dalam bidang profesi yang diminati ).
Guru merupakan pribadi yang dapat menjadi contoh bagi yang lain. Kompetensi kepribadian guru itu terdiri atas:
·         Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
·         Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
·         Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
·         Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
·         Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kriteria guru ini penting dirumuskan karena peran pendidik yang fital. Pada proses pembelajaran memposisikan guru berperan besar dan strategis, karena itu corakk dan kualitas pendidikan Ilsam secara umum dapat diukur dengan melihat kualitas pendidiknya. Secara umum, tugas pendidik menurut Islam ialah mengupayakan perkembangan seluruh subyek didik. Guru bukan saja bertugas menstransfer ilmu tetapi ia juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer pengetahuan sekaligus nilai-nilai diantaranya yang terpenting adalah nilai-nilai ajaran Islam.
Guru memiliki kedudukan yang sangat terhormat, karena tanggung jawabnya yang berat dan mulia. Sebagai guru ia dapat menentukan atau paling tidak mempengaruhi kepribadian subyek didik. Bahkan guru yang baik bukan hanya mempengaruhi individu, melainkan juga dapat mengangkat dan meluhurkan derajat suatu umat. Allah memerintahkan suatu umat agar agar sebagian diantaranya yang berkenan memperdalam ilmu dan menjadi guru (Q.S. 9: 122) untuk meningkatkan derajat diri dan peradaban dunia, tidak semua bergerak ke medan perang.
Guru membawa amanah ilahiyah untuk mencerdaskan kehidupan umat dan membawanya taat ibadah dan berakhlak mulia. Karena tanggung jawabnya yang tinggi itu ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu baik yang berkaitan dengan kompetensiprofessional, pedagogik, sosial, dan kepribadian. Tentang keempat kompetensi ini, UU guru dan Dosen dn pemerintah telah memberikan rambu-rambunya.
Kemuliaan tugas guru, Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi, memberikan syarat kriteria ideal yang harus dimiliki oleh pendidik agar ia dapat menjadi guru yang baik, yaitu 19 Zuhud dan ikhlas, 2) bersih lahir dan batin, 3) pemaaf, sabar, dan mampu mengendalikan diri, 4) bersifat kebapakan atau keibuan (dewasa), dan 5) mengenal dan memahami peserta didik dengan baik (baik secara individual maupun kolektif). Untuk itu, tidak mudah menjadi guru Muslim yang baik.Kepribadian guru harus merupakan refleksi dari nilai-nilai Islam.
Didalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan motif dan motivasi itu dipelajari, termasuk dalam motivasi belajar.Oleh karena itu motivasi dapat timbul tenggelam atau berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor faktor ini perlu diketahui, terutama oleh guru, agar dapat memelihara dan memperkuat faktor yang meningkatkan motivasi belajar, dan menghindari factor  yang melemahkan motivasi belajar.
Sedangkan factor-faktor yang mendukung motivasi belajar diantaranya factor internal contohnya : motivasi yang tumbuh dari dalam diri sendiri dan eksternal contohnya : dari keluarga, lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut ada 3 fungsi motivasi,yaitu Mendorong manusia untuk berbuat,  Menentukan arah perbuatan, dan Menyeleksi perbuatan.
Proses yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar ada dua, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Bila kebutuhan intrinsik dan ekstrinsik terpenuhi, proses dan hasil belajar bias dicapai sesuai dengan harapan. Cara belajar juga memiliki tiga tipe, visual, auditori, dan kinestik. Bila kita mengetahui cara belajar yang lebih kita gemari, kenyamanan dalam belajar mungkin akan didapat.


B.     Saran
Jadilah guru yang benar-benar guru dan bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik karena guru adalah orang yang digugu dan ditiru.Kemudian jadilah pribadi yang baik dalam menunaikan tugas dan kewajibannya dalam mendidik anak,disiplin dalam pekerjaannya,ikhlas dalam memberikan materi yang diajarkan sehingga ilmu yang diajarkan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik.Demikianlah makalah ini saya buat semoga dapat bermanfaat untuk yang membacanya.Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon dimanfaakaan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
















DAFTAR PUSTAKA


Abd.Batubara.Muhyi,Sosiologi Pendidika,Jakarta:Ciputat Press,2004.
Baharuddin,Pendidikan psikologi,Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2009.
Hasan, S. Hamid,Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya ,2009
Joni.T. Raka,Pembelajaran Terpadu,Jakarta:Dirjen Dikti Bagian Proyek PPGSD,1996.
Kesuma Amir Dein,Pengantar Ilmu Pendidikan,Jakarta:Ciputat pres.1973.
Kunandar,Guru Profesional,Jakarta:Raja Grafindo Persada,2007.
Mulyana,Kurikulum Berbasis Kompetensi,Bandung:Remaja Rosdakarya,2003.
Nasution.S,Sosiologi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara,2009.
Nurfuadi,Kepribadian Guru,Yogyakarta:Grafindo Litera Media,2009.
Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Genad Senduk,Pendekatan Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang:Universitas negeri Malang,2004.
Rifa’i Muhammad,Sosiologi Pendidikan,Jogjakarta:Ar-Ruzzmedia,2011.
Ruswandi Uus dan Badrudin,Pengembangan Kepribadian Guru,Bandung:Insan Mandiri,2010.
Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,Jakarta:Raja Grafindo Persada,1994
Trianto,Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta:Pustaka Publisher,2009.
Waridjan,Tes Hasil Belajar Gaya Objektif,Semarang: KIP Semarang Press,1991.
Zakiyah Derajat,Kepribadian Guru,Jakarta:Bulan Bintang,1978.
http://satulagi.com/newz/prinsip-prinsip-motivasi-belajar
Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam Motivasi Belajar.
http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/kepribadian.html.




[1] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.91
[2] S. Nasution,Sosiologi Pendidikan, h.102

[3] Muhyi, Abd.Batubara, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Ciputat Press, 2004), h.57.
[4] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, h.104

[5] Uus Ruswandi dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru, (Bandung: Insan Mandiri, 2010), h. 154

[6] Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia, 2011), h.112.
[7] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, h. 111.
[8] Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 123
[9] Waridjan, Tes Hasil Belajar Gaya Objektif, (Semarang: KIP Semarang Press, 1991), h. 171
[10] Baharuddin, Pendidikan psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h. 119

[11] Baharuddin, Pendidikan psikologi, h.120
[12] http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/kepribadian.html

[13] Darajat zakiyah, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.124

[14] Darajat zakiyah, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.125


[16] Dein Indra Kesuma Amir, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ciputat pres. 1973), h.56
[17]Nurfuadi, Kepribadian Guru (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009), h. 224

[18] Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.122

[19] Kunandar, Guru Profesional, h.123


[20] Kunandar, Guru Profesional, h.123
[21] Nurfuadi, Kepribadian Guru, h.229
[22] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 67
[23] http://satulagi.com/newz/prinsip-prinsip-motivasi-belajar
[24] Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam Motivasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar.html

[25] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h.69
[26] Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam Motivasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar/.html.

[27] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,  h.72
[28] Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,  h.75

[29] Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,  h.78

[30] Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,  h.82
[31]Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h.85

[32] Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam Motivasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar.html
[33] Belajar Psikologi. 2010. Macam-macam Motivasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar.html


EmoticonEmoticon