BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Mayor di dunia
yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000 umat manusia, Bahasa ini di gunakan secara resmi oleh
kurang lebih 20 negara dan ia merupakan bahasa kitab suci Al-Qur'an dan
tuntunan agama umat Islam sedunia, maka tentu saja ia merupakan bahasa yang
paling besar signifikasinya bagi ratusan juta muslim sedunia baik yang
berkebangsaan Arab maupun bukan.[1]
Ali Al Najjar dalam Syahin
mengungkapkan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang terluas dan
terkaya kandungannya, deskripsi dan pemaparannya sangat mendetail dan dalam
statementnya sebagai berikut:
اللغة العربية من أوسع اللغات و أغناها و أدقاها تصويرا
Artinya
: Bahasa Arab adalah Bahasa yang terluas kandungannya deskripsi dan pandangannya sangat mendetail[2]
Sementara Abdul Hamid bin Yahya dalam
Al Hasyimi berkata aku mendengar Syu,bah berkata “pelajarilah bahasa Arab
karena bahasa Arab itu akan menambah (ketajaman) daya nalar” atau dalam bahasa
aslinya dikatakan:
تعلموا العربية فا نها تزيد فى العقل
Artinya: ''pelajarilah bahasa Arab
karena dapat menambah daya nalar''.[3]
Kedudukan
istimewa yang dimiliki bahasa Arab diantara bahasa-bahasa lain di dunia karena
ia berfungsi sebagai bahasa Al-Qur’an dan Al-hadits serta kitab-kitab lainnya.
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wÎ/ttã öNä3¯=yè©9 cqè=É)÷ès? ÇËÈ
Artinya : Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran
dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.[4]
Itulah
sebabnya, maka di dalam kitab Faid Al-Qodir Syarh Al-Jami’ As-Shogir
susunan Al-Mannawi disebutkan bahwa dari
Ibnu Abbas dengan riwayat Muslim Rasulullah Saw bersabda :
أحب العرب لثلاث لاننى عربى والقران عربي و كلام اهل الجنة عربي
Artinya : saya mencintai Arab karena tiga hal yaitu
karena aku orang Arab, dan Al-Qur’an berbahasa Arab dan bahasa Penghuni Syurga
adalah bahasa Arab[5]
Itulah sebabnya Abdul
Alim Ibrahim berkata bahwa :
Bahasa Arab merupakan bahasa orang Arab dan sekaligus juga
merupakan bahasa agama Islam sebagaimana
dalam ungkapan sebagai berikut,
اللغة العربية لغة العربية و الاسلا م
artrinya: bahasa Arab
itu adalah bahasa orang Arab sekaligus umat Islam.[6]
Hal ini ternukil dalam bahasa Arab dan metode
pengajarannya, karangan Azhar Arsyad. Karena kedudukan bahasa Arab
dalam kaitannya dengan kitab suci Al-Qur’an dan hadits Nabi Saw serta
keistimewaan tersebut maka tidaklah berlebihan kalau umat Islam khususnya
dituntut untuk mempelajarinya sebagai bentuk penghargaan sosial terhadap bahasa
Arab bahkan sepatutnya lebih dari penghargaan yang diberikan kepada bahasa
internasional lainnya. Kalau perkembangan pengajaran bahasa Inggris sangat
berkembang baik dari aspek metode, media, serta motivasi belajar sangat tinggi,
maka perkembangan pengajaran bahasa Arab harus juga dikembangkan dan ditingkatkan baik dari aspek media,
metode serta motivasi belajarnya.
Azhar Arsyad mengatakan : Kalau di Jakarta Ada surat kabar
berbahasa Inggris mestinya surat kabar berbahasa Arab yang diterbitkan oleh
orang Indonesia layak terwujud. [7]
Dalam skenario pembelajaran bahasa Arab, keberadaan media, dan motivasi belajar
adalah sangat penting dikarenakan media
adalah sebagai alat dan sumber
pembelajaran dalam proses pembelajaran. Sedangkan motivasi belajar, adalah
merupakan aspek penilaian Afektif dalam skenario pembelajaran. [8]
Pemanfaatan media atau alat bantu dalam kaitannya dengan
peningkatan motivasi belajar adalah kebutuhan, dan sangat penting dalam proses
belajar mengajar sebagaimana yang dikatakan Hamalik mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa [9]
Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak
ahli menurut Kemp dan Daiton meskipun telah lama disadari bahwa banyak
keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta
pengintegrasiannya kedalam program-program pengajaran berjalan lambat. [10]
Arif, S mengatakan
alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual yaitu gambar, model,
obyek, dan alat-alat lain yang dapat
memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya
serap dan retensi belajar siswa. [11]
Sehingga itu maka setiap pendidik
/ guru sangat dituntut untuk
mengintensifkan pemanfaatan media pengajaran ini agar mutu dan prestasi yang dicapai oleh peserta didik
akan selalu meningkat.
Hingga saat ini pemanfaatan media dalam pengajaran bahasa
Arab di beberapa sekoah telah menjadi alat bantu guru dan peserta didik/siswa untuk
memudahkan menerapkan materi, dan hal ini mempengaruhi motivasi belajar bahasa
Arab bagi peserta didik/siswa.
Namun demikian hal ini harus terus ditingkatkan karena perkembangan teknologi modern akan terus menciptakan berbagai macam jenis
media pengajaran sehingga pada gilirannya nanti media pembelajaran tersebut
berfungsi sebagai partner dari materi pengajaran. Dengan demikian keberadaan media tersebut menuntut pemanfaatan yang optimal dan efisien
walaupun kita maklumi bahwa tidak semua guru
atau pendidik akan mampu menguasai
dan memanfaatkan berbagai jenis
media setiap akan melaksanakan proses
belajar mengajar.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
tersebut di atas, maka dapat dikemukakan beberapa pokok permasalahan yang
berkenaan dengan pemanfaatan media
pembelajaran bahasa Arab dalam upaya
meningkatkan motivasi belajar bahasa
Arab sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian media pembelajaran ?
2.
Apa
tujuan dan manfaat media pembelajaran ?
3.
Bagaimana
upaya meningkatkan motivasi belajar bahasa Arab siswa ?
4.
Bagaimana
pengaruh media pembelajaran terhadap peningkatakan motivasi belajar bahasa Arab
siswa ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Media Pembelajaran
Media
merupakan suatu bagian yang integral dari suatu proses pendidikan di sekolah.[12]
Kata media
berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara وسا ئل artinya: sarana atau pengantar
pesan dari pengirim pada penerima pesan. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
memuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru,
buku, teks dan lingkungan sekolah merupakan media secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photograpis, atau elektroniks, untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Batasan lain telah dikemukakan pula oleh para ahli
yang sebagian diantaranya akan diberikan berikut ini : AECT (Asosiation of
Education and Comunication Technologi 1977) memberi batasan tentang media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
informasi.
Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau
menghantarkan pesan-pesan pembelajaran.[13] Media
adalah penghantar dan penjelas informasi dan merupakan faktor yang sangat
penting dalam pembelajaran. Untuk pengadaan dalam proses belajar mengajar cukup
menggunakan sarana yang ringan dan mudah diperoleh apabila hal tersebut
dianggap efektif dalam menyampaikan pesan pembelajaran.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya
dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang
diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.[14] Schramm,
mengatakan media adalah teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional.
Y. Miarso, mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemajuan siswa sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada diri siswanya.[15]
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana
pendidikann yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk
mempertinggi efektifitas dan efesensiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.
Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat, metode, dan
teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara pengajar dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. [16]
B.
Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
1. Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan
media pembelajaran sebagai alat bantú pembelajaran, adalah sebagai berikut :
a. Mempermudah proses pembelajaran di kelas,
b. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,
c. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar, dan
d. Membantu konsentrasi siswa dalam
proses pembelajaran
2.
Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat
media pembelajaran sebagai alat bantú dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut :
a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar,
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat di pahami
pembelajar, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik,
c. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan guru tidak
kehabisan tenaga,
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
medengarkan penjelasan dari guru saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti : mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, dan lain-lain.[17]
Selain
itu manfaat media pembelajaran bagi guru dan siswa, sebagai berikut:
1.
Manfaat media pembelajaran bagi guru,
yaitu:
a) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan,
b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,
c) Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik,
d) Memudahkan kendali guru terhadap materi pelajaran (khususnya bahasa Arab),
e) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran (khususnya
bahasa Arab),
f) Membangkitkan rasa percaya diri seorang guru, dan
g) Meningkatkan kualitas pengajaran.
2.
Manfaat media pembelajaran bagi siswa,
yaitu:
a) Meningkatkan motivasi belajar siswa,
b) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar siswa,
c) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan siswa untuk belajar,
d) Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga
memudahkan siswa untuk belajar,
e) Merangsang siswa untuk berpikir dan beranalisis,
f) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan
g) Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan guru
lewat media pembelajaran.[18]
Secara umum kegunaan media
pembelajaran dalam proses pembelajaran, sebagai berikut:
a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti:
1)
Obyek yang terlalu besar, dapat
digantikan dengan realita, gambar, film, film bingkai, atau model,
2)
Obyek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film,
atau gambar,
3)
Gerak yang terlalu lambat atau terlalu
cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau
highspeed photography,
4)
Kejadian atau peristiwa yang terjadi di
masa lalu, dapat ditampilkanlagi lewat rekaman film, video, VCD, film bingkai,
foto, maupun secara verbal,
5)
Obyek yang terlalu kompleks
(mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan
6)
Konsep yang terlalu luas (gunung berapi,
gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film
bingkai, gambar, dan lain-lain.
c) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif anak didik. Maka, posisi media pembelajaran berguna untuk:
1)
Menimbulkan kegairahan belajar,
2)
Memungkinkan interaksi yang lebih
langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, dan
3)
Memungkinkan siswa dapat belajar
sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
d) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, seddangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan
sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya
itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang
lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan
media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam:
1)
Memberikan perangsang yang sama,
2)
Mempersamakan pengalaman,
3)
Menimbulkan persepsi yang sama.[19]
Dengan demikian, guru harus
banyak latihan membuat serta menggunakan media pembelajaran apabila ingin
menjadi guru yang profesional. Selain itu, guru tidak boleh gagap teknologi
terhadap alat-alat teknologi modern yang digunakan dalam pembelajaran.
C.
Pertimbangan
Pemilihan Media
Setelah mengetahui tujuan dan manfaat media pembelajaran, langkah
selanjutnya adalah menentukan pilihan media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas. Pertimbangan yang akan digunakan dalam pembelajaran
menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan:
1)
Tujuan pengajaran,
2)
Bahan pelajaran,
3)
Metode mengajar,
4)
Tersedia alat yang dibutuhkan,
5)
Pribadi pengajar,
6)
Minat dan kemampuan siswa, dan
Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan
kondisi siswa, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih
dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga media yang
digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab
media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki hubungan secara timbale
balik dengan empat aspek tersebut. Dengan demikian, ala-alat, sarana, atau
media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan empat aspek
tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
D.
Fungsi Media Pembelajaran
Media
pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan :
1. Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langkah,
2. Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,
3. Membuat konsep abstrak ke konsep konkret,
4. Memberi kesamaan persepsi,
5. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak,
6. Menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan
7. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran.[21]
Didalam
bahasa Arab media pengajaran kurang lebih adalah وسا ئل ايضاح atau menurut istilah DR. Abdul Alim Ibrahim dalam bukunya
almuwajjih alfanniy limudarrisi al-lughah Al-Arabiyyah sebagai : الوسائل توضية artinya: sarana penjelasan. Ada juga beberapa kalangan menyebutnya : المعينا ت السمعية والبصرية (alat pandang dengar). Penggunaan media dalam pengajaran bahasa
bertitik tolak dari teori yang
mengatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indera
lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui
indera dengar dan indera lainnya (Baca Soenjoyo Dirjo Soemarto, 1980 : 10-11). Mujiono dkk menambahkan bahwa media pengajaran dapat
membangkitkan motivasi belajar serta memberikan stimulus bagi kemauan belajar.[22]
Hal ini seiring dengan uraian apa yang dikemukakan Prof. Mahmud Yunus dalam
bukunya At-Tarbiyah Wat-Ta’lim mengungkapkan sebagai berikut :
Maksudnya, bahwasanya
media pembelajaran itu paling besar
pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman …… orang yang
mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa
yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan
mendengarnya.[23]
Selanjutnya DR. Abdul Alim Ibrahim dalam buku bahasa
Arab dan metode pengajarannya karya Prof Azhar Arsyad menjelaskan media
pembelajaran sangat penting karena :
Maksudnya : Media pembelajaran dapat membangkitkan rasa senang dan
gembira bagi siswa/ peserta didik dan memperbaharui semangat mereka, rasa suka
hati mereka untuk ke sekolah akan
timbul, dapat memantapkan pengetahuan pada benak siswa, menghidupkan pelajaran
karena pemakaian media pembelajaran membutuhkan gerak dan karya.[24]
Selain
fungsi di atas, Livie dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran yang khusunya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi
afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Masing-masing fungsi
tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Fungsi atensi berarti media visual merupakan inti, menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran
2. Fungsi afektif maksudnya, media visual dapat terlihat dari tingkat
kenikmatan siswa ketika belajar membaca teks bergambar. Gambar atau lambang
visual akan dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3. Fungsi kognitif bermakna media visual mengungkapkan bahwa lambang visual
memmperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengar informasi atau
pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensantoris artinya media visual memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatkannya kembali.[25]
Dari
empat fungsi media visual, dapat dikatakan bahwa belajar dari pesan visual
memerlukan keterampilan tersendiri, karena melihat pesan visual tidak dengan
sendirinya akan mudah memahami atau mampu belajar. Siswa harus dibimbing dalam
menerima dan menyimak pesan visual secara tepat.[26]
Misalnya kita meminta siswa untuk menerjemahkan suatu gambar visual dalam
bentuk draft, tentu saja guru akan
mendapatkan jawaban yang berbeda dari masing-masing siswa. Katakan saja,
seorang siswa yang terbiasa dengan gambar sketsa, maka secara kognitif dan
afektif akan menerjemahkan gambar tersebut dengan baik. Tetapi bagi siswa yang
belum terbiasa atau kurang memiliki pengetahuan tentang gambar sketsa, akan
menerjemahkan dengan menggunakan perkiraannya saja.
Teknik
efektif untuk memahami pesan visual adalah menuntut penerima pesan atau siswa
untuk melihat dan membaca pesan-pesan visual pada pelbagai tahapan yang dimulai
dari :
1) Fase differensiasi, yaitu di mana siswa mula-mula mengamati,
mengidentifikasi dan menganalisis terlebih dahulu unsur-unsur suatu unit
pengajaran dalam bentuk pesan-pesan tersebut.
2) Fase integrasi, yaitu dimana siswa menempatkan unsur-unsur visual secara
serempak, menghubungkan keseluruhan pesan visual kepada
pengalaman-pengalamannya ,dan
3) Kesimpulan, yaitu dari pengalaman visualisasi untuk kemudian menciptakan
konseptualisasi baru dari apa yang telah mereka pelajari sebelumnya.[27]
Hasil penelitian Edmund Faison, dkk., dalam Nana Sudjana da Ahmad Rivai, tentang
penggunaan gambar dan grafik (visual) dalam pembelajaran, disimpulkan:
1)
Terdapat dari beberapa hasil penelitian
bahwa untuk memperoleh hasil belajar bagi pembelajar secara maksimal, yaitu:
a.
Gambar-gambar yang digunakan harus erat
kaitannya dengan materi pelajaran,
b.
Gambar-gambar familier dengan siswa, dan
c.
Gambar yang digunakan ukurannya cukup
besar, sehingga rincian unsur-unsurnya mudah diamati, sederhana, direproduksi
bagus, lebih realistik, dan menyatu dengan teks.
2) Terdapat bukti, gambar-gambar berwarna (selain warna hitam putih) lebih
menarik minat siswa daripada gambar yang ditampilkan dengan warna hitam putih
saja. Selain itu, daya tarik terhadap gambar juga bervariasi sesuai dengan
umur, jenis kelamin, serta kepribadian siswa. Sekalipun demikian, gambar-gambar
berwarna pun tidak selamanya merupakan pilihan terbaik, karena menurut hasil
penelitian Seth Spaulding, mengatakan bahwa kualitas warna diperlukan untuk
gambar-gambar yang sifatnya realistik.
3) Hasil penelitian Rudisill, mengatakan gambar-gambar yang lebih disukai
anak-anak menunjukkan bahwa suatu penyajian visual yang sempurna
realismenya adalah pewarnaan, karena
pewarnaan pada gambar akan menumbuhkan impresi atau kesan realistik.[28]
E. Macam-macam
Media Pengajaran dan Beberapa Alat Bantu
Abdul Alim Ibrahim mengemukakan beberapa media pengajaran sebagai
berikut :
a.
Benda-benda aslinya ini dapat dipakai sebagai media dalam
mengajarkan bahasa untuk tingkat
pemula dana untuk kelas kecil contoh :
ساعة
– علم – ثمرة – حكيبة – الخ
b.
Contoh riil dalam bentuk patung / permainan seperti :
سيارة – بيت – تمثا ل
الخ
c. Gambar-gambar
d. Peta
e. Kartu
f.
Papan tulis
Untuk papan tulis ini, Alim Ibrahim mengatakan bahwa guru
yang tidak tahu memanfaatkan papan tulis untuk dipakai sebagai media itu sama
dengan setengah guru (يساوى نصف مدرس) artinya: setengah
guru hal ini dikarenakan papan tulis adalah suatu media (murah) yang dapat
memanfaatkan indera lihat para siswa setelah mereka bosan dengan indera dengar,
dan bahwasanya pemanfaatan dua indera lebih mantap dan terkesan ketimbang hanya
satu indera.
g.
Kaset dan tape recorder.
Peter Hubberd. et. All menyebutkan yang berikut ini sebagai alat
bantu dan media pengajaran bahasa. Papan tulis Realita (obyek yang sesungguhnya
yang dibawa ke kelas yang dapat ditangani dan dilihat oleh siswa),Flash Card
(kartu gambar), Gambar-gambar majalah,Wall Cards (peta dinding),Tape recorder, Over
head projector ( OHp)
Amir Aksan membuat
suatu klasifikasi dari media pengajaran sesuai dengan frekuensi penggunaan dan
kemudahan pengadaannya. Diantaranya sebagai berikut:
a.
Bahasa
b.
Berbagai jenis papan
1)
Papan tulis
2)
Papan tempel / Pengumuman
3)
Papan Planel
4)
Papan kantong
c.
Gambar-gambar
1)
Stick figures
2)
Terbitan berkala
3)
Fotografi
d.
Bahan / media cetak (printed materials) Buku teks Terbitan
berkala Lembaran lepas, Media Proyeksi,Projector sliders ,Projector Filmstrip, Ohp
e.
Media Elektronik, Tape recorder, Televisi, Video, Tape, Laboratorium,
bahasa. [29] media-media diatas sangat penting dalam
pembelajaran seorang pengajar dapat
memilih media yang tapat dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pengajaran.
F.
Motivasi
1.
Pengertian
Motivasi
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subyek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan
sebagai suatu kondisi intern (kesiap siagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.[30]
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah,
dan bertahan lama.[31]
Menurut McDonald, motivasi
adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Perumusan ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan sebagai berikut
:
1. Motivasi
dimulai dengan dari adanya perubahan energi dalam pribadi
2. Motivasi
ditandai dengan timbulnya perasaan (affective
arousal)
Dalam kegiatan belajar,
motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi sendiri ada dua,
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
-
Motivasi
Intrinsik. Jenis motivasi
ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang
lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
-
Motivasi
Ekstrinsik. Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan, atau paksaaan dari orang lain sehingga dengan keadaan
demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.[33]
2.
Macam-macam
Motif
Pendapat mengenai klasifikasi motif itu
ada bermacam-macam. Beberapa yang terkenal adalah seperti yang dikemukakan
dibawah ini.
a.
Menurut
Woodwort dan Marquis, motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
(1)
kebutuhan-kebutuhan
organik, yang meliputi : kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual,
berbuat dan unuk istirahat.
(2)
motif-motif
darurat, yang mencakup : dorongan untuk menyelamatkan diri, untuk membalas,
untuk berusaha, untuk memburu. Dorongan ini timbul karena perangsang dari luar.
Pada dasarnya dorongan-dorongan in telah ada sejak lahir, tetapi
bentuk-bentuknya tertentu berkembang karena dipelajari.
(3)
motif-motif
objektif, yang mencakup: kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, untuk
melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena
dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar (sosial dan non sosial ) secara
efektif.
b.
penggolongan
lain didasarkan atas terbentuknya motif-motif itu. Beradasarkan atas hal ini
dapat dibedakan menjadi dua macam motif yaitu:
(1)
motif-motif
bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa dipelajari,
seperti misalnya: dorongan untuk makan, untuk minum, dorongan untuk bergerak
dan beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif
yang diisyaratkan secara bioligis, artinya ada dalam warisan biologi.
(2)
motif-motif
yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbulnya karena dipelajari, seperti
misalnya: dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan
untuk mengejar suatu kedudukan dalam masyarakat dan sebagainya.
d.
ada
juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam atas dasar isi
atau persangkut-pautannya, yaitu:
(1)
motif
jasmaniah, seperti misalnya refleks, intrinsik, otomatisme, nafsu, hasrat dan
sebagainya.
(2)
motif
rohaniah, yaitu kemauan.[34]
3.
Fungsi
Motivasi
Fungsi motivasi dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong
timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi
motivasi itu adalah
1) Mendorong
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul
perbuatan seperti belajar
2) Sebagai
pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang
diinginkan
3) Sebagai
penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.[35]
Dari beberapa uraian di atas,
nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sebagai
penggerak prilaku seseorang untuk mencapai tujuan. Guru merupakan faktor yang
penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan
terutama memenuhi kebutuhan siswa.
Motivasi akan terangsang karena adanya tujuan jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang /
terdorong oleh adanya unsur lain dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan
menyangkut soal kebutuhan.
4.
Strategi Menumbuhkan Motivasi
Ada beberapa strategi untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, yakni :
1.
Menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya
terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapainya
kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam
melaksanakan kegiatan belajar.
2.
Hadiah
Berikan untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan
memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu,
siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi.
3.
Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.
Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk
diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun
5.
Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan
agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.
Membangkitkan
dorongan kepada peserta didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian
maksimal kepada peserta didik
7.
Membentuk
kebiasaan belajar yang baik
8.
Membantu
kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal
(kelompok)
9.
Menggunakan
metode yang bervariasi
10. Menggunakan media yang baik serta harus
sesuai dengan tujuan pembelajaran.[36]
11. Sarkasme
Ialah dengan jalan mengajak para siswa yang
mendapat hasil belajar yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat
mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya, tetapi dipihak lain dapat
menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga
memungkinkan timbulnya konflik antara siswa dan guru.
12. Penilaian
Penilaian secara kontinu akan mendorong
murid-murid belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk
memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapat
tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya
belajar lebih teliti dan saksama.
13. Karyawisata dan ekskursi
cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh
karena dalam kegiatan ini mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya.
Selain dari itu, karena objek yang akan dikunjungi adalah objek yang menarik
minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya
untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar
dapat dilakukan lebih menyenangkan.
14. Film pendidikan
Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran
dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.
15. Belajar melalui radio
Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada
mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi
belajar murid.[37]
Tiap peserta didik memiliki
kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya,
demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih senang membaca, dan
sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki
tiap peserta didik dapat dikurangi. Untuk menarik perhatian anak misalnya, guru
dapat memulai dengan berbicara lebih dulu, kemudian menulis di papan tulis,
dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu, maka
diharapkan dapat memberi stimulus terhadap indera peserta didik.
G.
Peranan Media dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar
Peranan media
dalam meningkatkan motivasi belajar adalah adanya hasil penelitian yang
menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral
pendidikan di kelas atau sebagai cara utama pendidikan langsung yaitu :
1.
Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku setiap pelajar yang
melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
Meskipun guru menafsirkan pelajaran dengan cara yang berbeda-beda. Dengan
penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi
yang sama dapat disampaikan kepada pelajar sebagai landasan untuk pengkajian
latihan dan aplikasi lebih lanjut.
2.
Pendidikan bisa lebih menarik media dapat diasosiasikan
sebagai penarik perhatian atau membuat pelajar tetap terjaga dan memperhatikan
kejelasan dan keruntutan pesan daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan
keingintahuan menyebabkan pelajar tertawa dan berfikir yang kesemuanya
menunjukkan bahwa media memiliki
aspek motivasi dan meningkatkan minat, Sudjana dan Rifai
mengemukakan manfaat media pembelajaran yaitu :
a.
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian pelajar sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar,
b.
Bahan pendidikan akan
lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh pelajar dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pendidikan,
c.
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga pelajar tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi kalau guru mengajar pada setiap
jam pelajaran.
d.
Pelajar dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga mengamati, melakukan. Diantara
manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut :
a)
Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b)
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi
yang lebih langsung antara pelajar dan lingkungannya dan kemungkinan pelajar
untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya
masing-masing[38].
Hubungan media dan motivasi belajar yaitu fungsi media
sebagai pembangkit rasa senang dalam belajar, mempermudah dan memperjelas pesan
yang disampaikan sehingga dengan penggunaan media yang sesuai dengan faktor yang
berhubungan dengan pembelajaran, Baik yang menyangkut penggunaan media yang
efisien dan lain-lain adalah merupakan indikator keberadaan media sebagai alat
bantu dalam meningkatkan motivasi
belajar.
H.
Media dan
Sarana Pengajaran Bahasa Arab
Pengajaran bahasa Arab memerlukan berbagai sarana agar proses belajar
mengajar berjalan lancar. Jika proses berlangsung lancar maka keberhasilan
murid bisa diharapkan. Dalam pengajaran bahasa Arab di perlukan beberapa sarana
atau media pengajaran bahasa Arab . Sarana atau media pengajaran bahasa Arab
sangat banyak. Diantara beberapa media pengajaran bahasa Arab antara lain:
a. Buku
Paket Pelajaran Bahasa Arab
Buku paket pelajaran Bahasa Arab sebagai standar untuk tingkat pendidikan
MTS, MA, PGAN dan lain-lain. Buku paket merupakan buku yang telah disusun oleh
para ahli dan disesuaikan dengan
kurikulum.
Buku paket merupakan buku pedoman guru yang digunakan untuk mengajarkan
Bahasa Arab pada setiap jam pelajaran dan dinamakan juga buku pegangan merupakan
kompas bagi para guru. Guru diperkenankan menggunakan buku-buku lain minimal
isinya sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan, sesungguhnya guru tidak
hanya menggantungkan pada buku paket melainkan berkewajiban menambah berbagai
buku yang ada kaitannya dengan pelajaran bahasa Arab yang diemban sehingga
murid memiliki pemahaman yang lebih luas.[39] buku
paket pengajaran bahasa Arab dapat berfungsi sebagai buku pegangan bagi guru
dan murid sehingga murid diharuskan memiliki buku paket.
b. Benda
sebenarnya
Benda sebenarnya merupakan sarana yang amat penting, adalah alat peraga
langsung yang akan mudah terkesan dalam pikiran murid jika benda sulit di dapat
maka guru dapat memakai benda tiruan.
Untuk menanamkan pemahaman dalam pikiran anak didik kita di perlukan
benda-benda yang sebenarnya banyak
sekali di alam sekeliling kita misalnya kursi sambil memegang kursi atau Al-Miftah
sambil menunjukan kunci dan sebagainya.[40]dalam
penggunaan media seperti ini memerlukan sarana efisien dan mudah diperoleh
sehingga itu seyogyanya seorang guru dituntut untuk melakukan hai ini dalam
pengajaran.
c. Gambar
Gambar digunakan sebagai alat
peraga mengajar terhadap hal-hal yang tidak mungkin dihadirkan misalnya Al
Bahru (laut ), Al -Haul (telaga) dan sebagainya. Menggunakan gambar akan lebih
terkesan dari pada hanya kata-kata. Menggunakan gambar foto-foto lebih bagus
daripada hanya menggunakan kata-kata karena dapat menimbulkan verbalisme dimana
kata itu didengar tetapi tidak dapat digambar misalnya Tuhan, alam ghoib, ruh,
nabi dan sebagainya jika gambar akan dapat merusak keimanan maka guru dalam
menyajikannya dituntut dalam sikapnya yang arif dan bijaksana.
Guru dalam menggunakan alat peraga
bisa dengan sampel artinya menampilkan sebagian tanpa keseluruhan misalnya Ar-Ruz
(nasi), Ar-Romlu (pasir) dan sebagainya sedangkan al-kitab dan Al-Qolam dan
sebagainya tidak bisa ditampilkan kecuali dengan menunjukan wujud barang
tersebut secara total bukan hanya tutup dan sampulnya saja, berbagai model bisa
digunakan sebagai alat peraga misalnya Asy- Syarukh (roket), As- Safinah Al-Jawiyyah
(satelit) dan sebagainya. Model merupakan tiruan bentuk aslinya amat menarik.[41] Dalam
penyampaian lewat gambar atau foto-foto memberikan kesan yang menyeluruh terhadap
obyek yang ditampilkan sehingga memperkuat daya tangkap terhadap materi serta
menimbulkan rasa senang serta kemudahan dalam memahami materi.
d. Kaset
Bahasa Arab
Kaset bahasa Arab berisi bagaimana
belajar bahasa Arab lewat kaset di dalamnya berisi muhadatsah, muthala'ah dan
sebagainya kelemahan belajar lewat kaset dalam kelas maupun di luar kelas sulit
dipahami akan tetapi dengan bimbingan guru mereka akan sukses.[42]
Semua sarana tersebut merupakan
sarana pokok penunjang atas keberhasilan belajar bahasa Arab. Fasilitas memadai
berpengaruh dalam menentukan metode mengajar. Tanpa fasilitas yang cukup guru
akan mengalami kesulitan. Bagaimanapun sarana tidak dapat dipisahkan dengan
metode pengajaran Bahasa Arab. Walaupun tanpa fasilitas guru bisa juga mengajar
tetapi hanya bisa menggunakan metode yang amat terbatas sehingga hasilnya akan
amat sangat minim.
Semua sarana pengajaran bahasa Arab
jika digunakan dengan benar akan memperoleh hasil maksimal. Guru memeragakannya
dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pengetahuan bagi dirinya maupun murid,
hal itu akan cepat membawa mereka mampu
berdiri sendiri.[43]
Dengan penggunaan media pembelajaran
secara efisien dan optimal dapat memudahkan siswa dalam proses pembelajarannya,
membantu guru dalam mewujudkan proses pengajaran yang baik serta keberhasilan
dalam mencapai indikator pembelajaran siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kata
media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Media pembelajaran adalah sarana
pendidikann yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran
untuk mempertinggi efektifitas dan efesensiensi dalam mencapai tujuan
pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat,
metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antara pengajar dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
2. Tujuan Media
Pembelajaran sebagai alat
bantú pembelajaran, adalah sebagai berikut : Mempermudah proses pembelajaran di kelas, meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar, dan membantu konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran.
3. Manfaat Media Pembelajaran sebagai alat bantú dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : Pengajaran lebih menarik perhatian
pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat di pahami
pembelajar, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik, metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan guru tidak
kehabisan tenaga, siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya medengarkan penjelasan dari guru saja, tetapi juga
aktivitas lain yang dilakukan seperti :
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
4. Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, yakni: Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik, hadiah, saingan/kompetisi,
Pujian, hukuman, Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar, Membentuk
kebiasaan belajar yang baik, membantu kesulitan belajar peserta didik, menggunakan
metode yang bervariasi, menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran, sarkasme ialah dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat
hasil belajar yang kurang, penilaian, karyawisata dan ekskursi, film pendidikan,
belajar melalui radio.
5. Media
pembelajaran itu paling besar
pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman orang yang
mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa
yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan
mendengarnya.Media
pembelajaran dapat membangkitkan rasa senang dan gembira bagi siswa/ peserta
didik dan memperbaharui semangat mereka, rasa suka hati mereka untuk ke sekolah akan timbul, dapat memantapkan
pengetahuan pada benak siswa, menghidupkan pelajaran karena pemakaian media
pembelajaran membutuhkan gerak dan karya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimi, Ahmad, Al-Qawa’id Al-Asasiyah Li Al-Lugah Al-Arabiyya, Cet. X; Bairut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 1354 H.
Al-Mannawi,
Faid Al-Qodir Syarh Al-Jami’ As-Shogir, Beirut: Dar al-Jail, 1976.
Arsyad, Azhar, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar ,2004
_____________, Media Pembelajaran, Cet. XIII; Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2010.
Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, Bandung : CV. Diponegoro, 2005.
Fachrudin, Teknik Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, Cet.I; Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2006.
Fathurahman, Pupuh & Sutikno,Sobry, Strategi
Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, Cet.
II; Bandung: PT Refika Aditama, 2007.
Giling, Mustamin T, Media pembelajaran (diktat)(Makassar: FAI UMI.2007).
Hamalik, Oemar, Media Pendidikan,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1989.
Ibrahim, Abdul Alim, Al-Muwajjih al-Fanni Li Mudarrisi al-Lugah al-Arabiyyah, Cet.
X; Al-Qahirah: Dar al-Ma’arif, 1978.
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Cet.
II; Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003.
Sitti Jasmirah, Perangkat
Pembelajaran Bahasa Arab, MAN
2 Model, 2006-2007.
Sadiman, Arif
S, dkk.,
Media Pendidikan, Jakarta: CV. Rajawali, 1984.
Sadiaman, Arief S., dkk., Media
Pendidikan Pengertian, Pengembangan,dan Pemanfaatannya , Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad, Media Pembelajaran, Penggunaan dan Pembuatannya,
Bandung: CV. Sinar Baru, 1991.
Sanaky, Hujair AH, Media Pembelajaran Buku
Pegangan Wajib Guru dan Dosen, Cet. I; Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2011.
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Cet. VII; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2000.
Santrock, John W, Psikologi Pendidikan, Cet.II; Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Cet. VI; Jakarta: CV Rajawali, 1991.
Taufiq, Muhammad Syahin, ‘Awamil Tanmiyyah al-Lugah
al-‘Arabiyyah, Al-Qahirah: Matba’ ad-Da’wah al-Islamiyyah, 1980
Tim
Dosen FIP-IKIP Yogyakarta, Bacaan Wajib,
Media Pembelajaran, Diktat, Yogjakarta, 1992.
Yunus, Mahmud, At-Tarbiyah Wat-Ta’lim,
Padang Panjang: Matba’ah, 1942
[2] Muhammad
Syahin Taufiq, ‘Awamil Tanmiyyah al-Lugah al-‘Arabiyyah, (Al-Qahirah:
Matba’ ad-Da’wah al-Islamiyyah, 1980), h.35.
[3] Ahmad
Al-Hasyimiy, Al-Qawa’id Al-Asasiyah Li Al-Lugah Al-Arabiyyah. (Cet. X;
Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1354 H), h. 4.
[4]
Departemen Agama RI, Alqur’an dan
Terjemahnya (Bandung : CV.
Diponegoro, 2005) h. 235.
[5]
Al-Mannawi, Faid Al-Qodir Syarh Al-Jami’ As-Shogir, (Beirut: Dar
al-Jail, 1976), h. 178.
[6] Abdul
Alim Ibrahim, Al-Muwajjih al-Fanni Li Mudarrisi al-Lugah al-Arabiyyah, (Cet.
X; Al-Qahirah: Dar al-Ma’arif, 1978), h. 48.
[7]Azhar
Arsyad, Bahasa Arab dan Metode
Pengajarannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2004),. , h. 15.
[8]
Sitti Jasmirah, Perangkat Pembelajaran
Bahasa Arab (MAN 2 Model, 2006-2007) h. 25.
[9] Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran (Cet.
XIII; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 15.
[10]
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Cet. XIII; Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2010) h. 21.
[11] Arif S Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta CV. Rajawali,
1984) h. 7.
[12] Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Cet. II,Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003), h. 103.
[13] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Cet. VI; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2005), h. 4.
[14] Arief
S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan
Pengertian, Pengembangan,dan Pemanfaatannya , (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h 7.
[15] Tim
Dosen FIP-IKIP Yogyakarta, Bacaan Wajib,
Media Pembelajaran, Diktat, Yogjakarta, 1992, h. 5.
[16] Oemar
Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1989), h.12..
[17] Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai, Media
Pembelajaran, (Penggunaan dan
Pembuatannya), (Bandung: CV.
Sinar Baru, 1991), h. 2.
[18] Hujair
AH Sanaky, Media Pembelajaran Buku
Pegangan Wajib Guru dan Dosen, (Cet. I; Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2011), h. 5
[19] Arief
S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan
Pengertian, Pengembangan,dan Pemanfaatannya , (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h. 17-18.
[20] Oemar
Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1989), h.
6.
[21] Hujair
AH Sanaky, Media Pembelajaran Buku
Pegangan Wajib Guru dan Dosen, (Cet. I; Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2011), h. 6
[22] Azhar
Arsyad, Bahasa Arab dan Metode
Pengajarannya, (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004), h. 75.
[23] Mahmud
Yunus, At-Tarbiyah Wat-Ta’lim, (Padang
Panjang: Matba’ah, 1942), h. 78.
[24] Azhar
Arsyad, Bahasa Arab dan Metode
Pengajarannya, (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004), h. 76.
[25] Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran (Cet. XIII; Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2010), h. 16-17
[26] Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran (Penggunaan dan Pembuatannya), (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), h.11.
[27] Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran (Penggunaan dan Pembuatannya), (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991),
[28] Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran (Penggunaan dan Pembuatannya), (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), h. 12-13.
[29] Azhar Arsyad, Bahasa Arab Metode dan Pengajarannya (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), h. 79.
[30] Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Cet. VII;
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), h. 71.
[31] John W.
Santrock, Psikologi Pendidikan, Edisi
Kedua, (Cet.II; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.510.
[32] Oemar
Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Cet.IV;
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), h. 173-174.
[33] Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno, Strategi
Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Cet.
II; Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 19-20.
[35] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Cet.IV; Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2004), h. 175.
[36] Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno, Strategi
Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Cet.
II; Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h.. 21
[37] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,
(Cet. III, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 167-168.
EmoticonEmoticon